Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancurnya Seorang Axel
Sebuah hal yang Axel sesali sampai saat ini, ketika dia bahkan tidak tahu dimana asal Kota istrinya. Karena mereka yang bertemu di Ibu Kota, dan ketika pernikahan pun hanya ada adiknya yang datang. Axel sama sekali tidak pernah pergi ke tempat dimana Reni tinggal sebelum dia datang ke Kota ini. Sehingga sekarang dia tidak tahu dimana istrinya tinggal.
Saat ini, Axel sedang berada di dalam Apartemen yang dulu dia tempati bersama sang istri. Botol bekas minuman berserak di atas meja. Kini dia sudah mabuk parah. Mungkin karena memang dia sedang tidak baik-baik saja, sehingga untuk menghilangkan segala stres yang dia alami dengan seperti ini.
"Sayang, kenapa kamu begitu tega meninggalkan aku seperti ini? Aku bisa apa tanpa kamu? Rasanya aku ingin mengakhiri semuanya. Hidup tanpamu, hanya membuat aku tidak mempunyai arti hidup saat ini"
Air mata sudah mengalir deras di pipinya. Bagaimana sekarang dia benar-benar sudah kehilangan apa arti hidup. Seolah cintanya sudah habis di Reni, dan dia sudah tidak bisa membuka hati untuk wanita mana pun. Meski itu adalah istrinya sendiri.
Suara bel pintu membuat Axel yang mengangkat kepalanya yang sejak tadi bersandar di atas meja dengan dirinya yang duduk di lantai. Dengan susah payah, Axel langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu ketika suara bel kembali terdengar. Axel berjalan dengan gontai, kepalanya cukup berat karena minum terlalu banyak.
Ketika membuka pintu, Derry berdiri di depannya. Pria itu terlihat menghembuskan nafas kasar. "Istrimu menelepon dan menanyakan keberadaanmu karena belum pulang"
Axel hanya mengibaskan tangannya, ingin Derry untuk pergi dari hadapannya saat ini. "Aku ingin disini dan tidak mau menemui siapapun. Yang aku inginkan hanya istriku, Anggraeni. Hanya dia yang bisa merubah aku dari segala sikap buruk ini"
Derry menghembuskan nafas pelan, dia menggeleng tidak percaya melihat sahabatnya yang benar-benar hancur sejak kepergian istri yang dicintainya. Dahulu, Axel adalah pria pemain wanita yang tempat bermainnya adalah Club malam. Mabuk adalah hal yang dia lakukan hampir setiap hari dengan para wanita bayaran. Ketika dia stres dengan pekerjaan, maka pelariannya adalah pergi ke Club untuk minum dengan ditemani wanita bayaran.
Dan kehadiran Reni yang polos dan penuh dengan ketulusan, perlahan merubah kebiasaan buruk itu. Hingga dia benar-benar merasakan cinta yang sesungguhnya. Hal yang membuat dia meperjuangkan Reni dengan segalanya. Tapi, sekarang wanitanya sudah pergi dan memilih menyerah dengan semua ini. Dan membuat Axel benar-benar terluka dan hancur. Sehingga dia kembali menyentuh minuman ini.
Derry menyusul Axel yang sudah kembali masuk ke dalam rumah. Melihat banyaknya botol dan kaleng minuman berserak dia atas meja dan di lantai. Derry melihat keadaan sahabatnya yang benar-benar kacau sekarang.
"Reni juga tidak akan suka jika kau berubah kembali seperti ini. Ingat, jika dia yang bisa merubahmu untuk lebih baik lagi. Jadi, jangan kembali pada Axel yang dulu" ucap Derry.
Axel hanya tersenyum sinis, dia duduk di lantai dengan kepala bersandar pada sofa. Melirik sekilas pada Derry. "Jika aku seperti ini, maka dia akan kembali padaku dan merubahku kembali menjadi pria baik"
Derry hanya menghembuskan nafas berat, ternyata memang sekarang sahabatnya ini sudah benar-benar berada dalam situasi yang kacau. Kepergian seorang wanita yang dicintainya, telah menghancurkan hidupnya.
*
Sementara di dalam kamarnya, Avinna terus menunggu suaminya pulang. Terkadang dia berpikir apa suaminya akan bisa luluh suatu saat nanti. Karena Avinna masih harus memilikinya. Seolah ambisi dalam dirinya masih belum hilang. Dia belum menyerah dengan hal ini. Dia harus memiliki pria yang dia cintai saat ini.
"Sebenarnya apa yang tidak aku miliki dan yang dimiliki wanita itu? Aku melihat dia hanya wanita biasa-biasa saja. Tapi kenapa Axel sampai begitu mencintainya"
Pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah terjawab. Karena cinta tidak butuh alasan.
Avinna terus mencoba menghubungi Axel, namun tetap tidak bisa. Sampai akhirnya dia menghubungi Derry dan menanyakan apa dia sudah menemukan keberadaan suaminya.
"Sebaiknya Nona istirahat saja, karena Tuan Muda tidak mungkin pulang malam ini. Tuan Muda aman kok, Nona bisa tidur saja sekarang"
"Katakan dimana kalian berada?!"
Derry menghembuskan nafas pelan, dia melihat arloji ditangannya. Dan sudah menunjukan pukul 2 pagi. "Ini sudah terlalu larut, sebaiknya Nona tidur saja. Tuan Muda aman bersama dengan saya"
Derry langsung memutuskan sambungan telepon dan menon-aktifkan ponselnya. Karena dia tahu Avinna akan terus menghubunginya dan tidak akan menyerah begitu saja.
Derry menatap ke arah Axel dengan prihatin. Pria itu sudah tidak sadarkan diri. Derry langsung membawa tubuh Axel ke kamar dan membiarkan dia tidur untuk malam ini. Lalu dia membereskan semua bekas minum Tuannya ini.
"Nona, ternyata Tuan Muda saya benar-benar hancur kehilangan anda" ucap Derry sambil menatap figura foto Reni yang masih terpajang di setiap sudut ruangan ini.
*
"Dek, nanti pulang jam berapa?"
Rezka yang sedang memakai sepatu, langsung menoleh pada Kakaknya yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Terlihat tangannya sedang mengelus perutnya sendiri.
"Kenapa Kak? Mau aku belikan apa?" tanya Rezka, seolah sudah tahu maksud dari ucapan Kakaknya barusan.
Reni langsung tersenyum, dia berjalan mendekat pada adiknya. "Pengen rujak mangga muda, bisa tolong kamu belikan?"
Rezka langsung mengangguk, di mengelus perut Kakaknya dengan lembut. Rezka akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk keponakannya ini.
"Nanti pas jam makan siang aku pulang dulu, bawa mangga muda yang Kakak inginkan ya. Soalnya aku cukup banyak pekerjaan, mungkin bisa pulang terlambat"
Reni langsung tersenyum, setidaknya meski dia menjalani kehamilan tanpa kehadiran suami. Tapi semua yang dia inginkan, selalu dituruti oleh adiknya ini. Terkadang Paman dan Bibi juga ikut andil dalam memenuhi ngidamnya Reni saat ini.
"Terima kasih ya, Dek"
Rezka mengangguk, dia mengambil tas kerjanya. Lalu menyalami tangan Kakaknya. "Pergi dulu ya, nanti ditunggu mangga mudanya"
Reni mengangguk, dia sedikit merapikan rambut adiknya. "Hati-hati di jalan, jangan kebut-kebutan"
"Siap Kak"
Reni menatap adiknya yang mulai melajukan motornya. Lalu dia duduk di teras rumah, mengelus perutnya yang masih rata, namun sudah terasa mulai kencang.
"Nak, kamu do'akan Om kamu itu selalu lancar dalam pekerjaannya ya. Karena dia yang akan menuruti semua keinginan kita dan yang menjaga kita"
Air mata menetes begitu saja tanpa bisa Reni tahan. Ketika sendiri seperti ini, maka sulit dihindari jika dia selalu mengingat tentang mantan suaminya.
Aku merindukannya.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪