NENEK PAHLAWANKU

Di hari sabtu setelah selesai sholat asyar nenek Samirah mendekat ke arah tanah lapang yang sudah di penuhi para remaja putra maupun putri. Semua murid dengan seragam warna putih dengan sabuk coklat di dadanya ada nomor urut, semua pun berbaris sesuai nomor urutnya.

"Assalamualaikum..." kata nenek di depan para murid.

"Walaikum salam guru....!!" teriak semua murid.

"Sudah hafal jurus 1 sampai 5..?"

"Sudah guru..."

"Satu pesan dari nenek ya.. Kalian belajar bela diri bukan untuk pamer atau menyombongkan diri.. Kajikan bela diri untuk mendapatkan banyak teman dan membela diri di saat tertentu. Bisa untuk mengolah mental kalian agar siap dengan segala kemungkinan ke depannya."

"Siaaaaap Guru...!!"

"Sekarang praktekan gerakan jurus dari 1 sampai 5. Nanti nenek akan mengambil 5 orang terbagus dan menerima hadiah." kata nenek dengan tegas.

"Baik nenek guru..!!" teriak serentak semua murid.

Semua murid pun mengambil kuda kuda bersamaan dan mulai lah melakukan gerakan tangan dan kaki di imbangi dengan gerakan tubuh.

"Percepat ritme gerakan kalian..!!" teriak nenek seraya berjalan mengintari semua murid yang melakukan gerakan-gerakan jurus, menyerang dan menangkis juga menghindar.

Gerakan yang di ajarkan nenek Samirah jenis gerakan cepat kung fu dengan gerakan layaknya tarian yang indah.

Banyak orang tua yang melihat mereka berlatih sangat takjub bahkan ada yang mengikuti gerakan mereka.

Jurus 1 sampai 5 sudah selesai, untuk jurus ke lima di gunakan melawan senjata api karena jurus yang nenek ajarkan mengikuti perkembangan jaman.

"Mulai sekarang kalian saling berhadapan dengan teman kanan kalian.. Nenek ingin melihat sejauh mana serangan dan tangkisan dan merebut senjata dengan cepat. Kalian bergantian yang kanan jadi penyerang dan sebaliknya... Ambil kayu pendek jadikan sebagai senjata api.!"

Dengan serentak murid mengambil sepotong kayu berukuran 20cm sebagai senjata api untuk menyerang.

"Nah bagian kanan mulai menyerang dan yang kiri menangkis dan merebut senjata itu.. Nenek ingin melihat kecepatan kalian.. SIAAAP... Hup... Hup... Hupp.."

"Bagus... Sekarang istirahat dulu." kata nenek.

Semua murid segera bubar, ada yang duduk ngobrol sambil minum air, ada juga yang masih berlatih dengan temannya. Nenek Samirah bangga melihat semangat anak muda dalam memperdalam bela diri.

Nenek memanggil semua murid dan di minta duduk bersila di tanah sambil menghadap ke depan.

Nenek berdiri di depan membawa bingkisan 5 buah dan banyak bingkisan agak kecil yang sudah di siapkan Jimi dan Santoso.

"Arifin...!!"

Arifin pun berdiri dan maju menerima bingkisan.

"Tingkatkan lagi ya nak.." kata nenek lembut.

"Terima kasih nenek guru.." Sambil menerima bingkisan dan mencium tangan nenek dengan hormat.

Ke lima murid yang sudah mendapatkan bingkisan pun kembali duduk.

"Kalian semua jangan kecewa ya anak-anak.. Semua tetap akan mendapatkan bingkisan nanti. Ingat pesan nenek ya..!"

"Siaaaap guruuu..!" teriak semua murid dengan senang.

Semua murid maju satu persatu menerima bingkisan dan langsung pulang.

Di luar orang tuanya menjemput anaknya yang bersemangat, ini membuat para orang tua mereka sangat bangga.

"Jimi dan kamu Santoso mbesuk pagi kita ke pertigaan Cemoro bawalah senjata sniper."

"Lho ada musuh lagi guru.?"

"Iya.. Kita menghadapi 3 mafia besar. Tapi kali ini hanya anak buahnya yang ke sini."

"Apa tidak membuat warga berdatangan guru saat mendengar tembakan."

"Tidak akan ada orang luar satupun, percayalah padaku."

"Siap guru."

Malam sudah datang semakin larut menyelimuti di tambah udara yang teramat dingin. Dalam tidurnya Bento bermimpi ketemu Su Yao dan melihat pertempuran Su Yao melawan nenek Samirah, dalam pertempuran satu lawan satu ia melihat Su Yao keteteran dengan serangan nenek Samirah, sampai mereka beradu ilmu dan berakhir Su Yoa terlempar dengan darah membasahi mulut dan bajunya.

Su Yao menatap tajam ke arah Bento. "Ku tunggu kau Bento keparat untuk menemaniku.!!"

Bento berkeringat dingin ketakutan melihat banyak mahkluk mengerikan memakan tubuh Su Yoa dengan ganas.. Bento pun terbangun dari mimpinya dan timbul penyesalan yang sangat hebat, andai dia pergi akan tetap terlacak juga. perang batin dan pikiran menjadi jadi sampai Bento pingsan.