Pria, 30 tahun. keturunan gelap dari pewaris utama klan, terpaksa menikah untuk memangkas opini keluarga tentang kehidupannya dan demi kesepakatan-kesepakatan lainnya demi menjaga kehormatan klan.
"Bagian mana dari tubuhku yang membuatmu tak pernah berselera untuk menyentuhnya," protes Dorrota sambil menanggalkan seluruh pakaiannya.
"Aku bukannya tak berselera, tapi..."
"Jadi benar kabar yang kudengar, kamu memiliki wanita lain. Ah, bukan! tapi Pria lain!"
"Aku tidak peduli apapun yang kamu pikirkan, kesepakatan tetaplah kesepakatan. Ingat batasanmu!" ucap tegas Math Male meninggalkan Dorrota yang terisak dalam kemarahan dan kekecewaannya.
mampukah Dorrota mengambil hati Math Male?
ataukah Math Male akan menemukan hati yang lainnya?
.......
Hallo reader, karya ini hanya berdasarkan imajinasi author sepenuhnya. jika ada kesamaan nama tokoh, latar atau kejadian, hanya merupakan kebetulan yang tidak disengaja.
selamat membaca,
Salam, author Yoshua,
Semoga Semua Bebahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 31
Mual masih dirasakan Usstica, ia terbaring lemah di atas ranjangnya dengan wajah yang semakin pucat. Namun, bukannya menyesali perbuatannya, Kallida justru bersungut-sungut mengutuk Math dan Dorrota.
"Dasar pria bodoh! Keturunan Taddeus memang tidak berguna! Kenapa malah mengikuti wanita murahan itu!" bukannya mengurus putrinya, Kallida malah semakin terbakar amarah. "Tidak! Aku sudah cukup lama mengalah, kali ini aku tidak akan membiarkan cucuku terhina lagi!"
Tak lama, Math pun muncul sendirian, "Bagaimana Usstica Bu?" Math duduk mendampingi Usstica.
Kallida mendengus kesal dengan raut wajah marah khas seorang ibu mertua. "Usstica sakit, kamu harusnya menemaninya, kenapa malah mengikuti gadis Codi itu? Kamu sudah jatuh cinta?" sewot Kallida.
"Ibu ini bicara apa? Aku hanya memastikan apa yang dia lakukan." Math terkekeh melihat ekspresi Kallida.
"Aku tidak apa-apa, aku pernah mendengar kalau seorang wanita hamil muda memang terkadang tiba-tiba menjadi lemah." Usstica menengahi mencoba menebak apa yang dirasakannya.
"Bagaimana bisa baik-baik saja, kamu sangat pucat, Usstica."
"Benar, kamu istirahat saja, Dorrota sedang meramu obat untukmu, aku juga sudah memanggil tabib, sebentar lagi pasti datang." Math menenangkan Usstica, menepuk pelan punggung sang adik.
"Aduh!! Kenapa aku tidak terpikirkan sebelumnya? Bagaimana kalau tabib itu tahu aku menambahkan bubuk itu dalam teh Usstica? Sandiwara apa yang harus aku mainkan selanjutnya?" batin Kallida tiba-tiba bingung dengan ulahnya sendiri.
Dan benar, kekhawatirannya pun akhirnya terjadi. Tabib datang setelah mengetuk pintu, Math membukakannya dan mempersilakan tabib itu untuk masuk dan memeriksa Usstica. Kallida menjadi semakin salah tingkah dan kebingungan. Jantungnya berdegup begitu kencang menahan rasa takut karena ia tahu pasti ketahuan.
Tabib kepercayaan Math bukan tabib sembarangan, ia terkenal sangat teliti dan tepat dalam memeriksa detail penyakit seseorang. Tabib Murzi memulai tugasnya, memeriksa denyut nadi Usstica, merasakannya dengan sangat teliti, tak lupa memastikan suhu tubuh Usstica, lalu kembali memeriksa bagian lainnya. Kallida semakin dibuat kalang kabut, saat melihat ekspresi tabib Murzi terlihat seperti seseorang yang kaget.
"Maaf agak lama, ramuan penawarnya baru matang." Dorrota pun muncul dengan membawa sebuah gelas antik, gelas dari bahan tanah liat, yang memang sangat pas untuk menyajikan ramuan obat-obatan.
Tabib Murzi menatap Dorrota, ia sedikit terperangah, lalu segera membungkuk memberikan salam penghormatan. "Salam Nona Dorrota, tidak kusangka kita bertemu di sini."
"Guru, harusnya aku yang memberi hormat," sahut Dorrota membalas membungkuk lebih dalam.
DEG!!!
"Guru?!!" Kallida semakin kalang kabut dengan kenyataan yang ia lihat. "Bagaimana ini bisa terjadi? Aduh! Habislah aku!"
"Kalian saling mengenal?" Math pun tak menyangka hal itu.
"Tentu saja, Tabib Murzi adalah guru besar di sekolah tabib yang ayah dirikan dan aku salah satu muridnya." Dorrota tersenyum manis menjawab pertanyaan Math, sambil berjalan mendekati sang guru. "Guru, menurutku, Nona Usstica keracunan teh kedaluwarsa, gelasnya pun sudah aku simpan, dan aku membuat ramuan ini, benarkah analisaku, Guru?"
Tabib Murzi tersenyum hangat menatap Dorrota, murid kesayangan sekaligus seorang putri klan yang sangat ramah dan periang itu, benar-benar tumbuh cepat dan sangat cerdas. "Benar, tapi bukan teh yang kedaluwarsa, aku rasa ...."
"Seseorang menambahkan bubuk racun! Hahaha...." Dorrota terbahak kecil, "Tidak, Guru. Itu tidak akan terjadi, jadi itu murni teh yang kedaluwarsa, aku sudah memeriksa keseluruhannya."
Tersentak kaget dan takut karena ternyata Dorrota bisa memeriksa sehebat itu, Kallida hampir tak bisa bernapas karenanya. Namun Dorrota berhasil juga membuatnya kembali merasa sedikit lega, karena ada analisanya yang membuat Kallida memiliki celah untuk menutupi niat jahatnya.
"Aku yang membuatkan teh untuk putriku. Dia putri satu-satunya yang aku miliki, tuan Tabib. Aku bukan ibu jahat yang akan tega membunuh anaknya." Kallida menyahut dengan nada kasar dan congkak.
Tabib Murzi menunduk hormat, "Maafkan saya, Nyonya, saya tidak bermaksud begitu, maafkan hamba yang salah mengira," ucap sopannya.
"Sudahlah, berikan ramuan penawarnya." Math mengulurkan tangan, meminta gelas yang dibawa Dorrota setelah membantu Usstica bangun, dan menyandarkan tubuh sang adik ke dalam dekapannya.
"Sialan, dia mau juga memperlakukan adiknya dengan manis. Aaaah ... Mau bagaimana lagi mereka juga suami istri." batin Dorrota sedikit memanas melihat pemandangan romantis itu.
"Hahaha ... Bagus sekali, perlakukan putriku seperti itu terus Math, buat putri Codi itu semakin hancur dan akan membencimu. Satu langkah berhasil." Kallida tertawa puas dalam batinnya, merasa satu kemenangan berpihak padanya.
"Minumlah perlahan, nanti akan aku carikan satu asisten yang akan membantu mengurus semua kebutuhanmu." Math begitu manis memperhatikan Usstica.
Dorrota memutar manik mata dengan malas, ekspresi kesal begitu dominan di wajahnya. "Dasar pria! Dia begitu dingin padaku, bilangnya nggk mau menyentuhku." Dorrota semakin terbakar cemburu. "Tunggu!! Apa dia bukan karena penyuka sesama pria, tapi karena mencintai adik tirinya? Ya ampuuun ... persaingan macam apa ini? Menjijikkan!"
...****************...
To be continue...
Menurut ku Dorrota ini mirip sama Kallida, daripada Usstica yang notabenenya adalah putri kandungnya.
Dorrota dan Kallida tak berpura-pura mencintai suaminya.
but nantinya ntahlah Apakan Dorrota juga akan berubah seperti Kallida?
Lucu yaak tetiba pen jadi istri Math, pdhl kadarnya mereka masih satu turunan dari Mattew. Usstica itu kan dinikahi yaa kna dia dalam keadaan berbadan dua... tapi bkn anak Math, tapi anaknya Miltus.
tak sabar nunggu Mesh yang dinikahi Math terus hamil. Mesh jadi permaisuri utama kan?
bisa kna prank semua kaum hawa di klan Male.
Kallida melakukan cara kotor itu kna pelampiasan semua perasaan kecewanya pada Tedd yang tak pernah bisa mencintai nya dan Usstica just alat bwt Kallida.
Mesh perempuan berbeda Miltus...
jngn terlalu merasa tak enakan, krna kiss bwt Mesh tak seberapa.
berkaitan Math, Usstica, Dorrota, Miltus, Mesh yg notabenenya orang biasa tapi malah yang berkesan bwt Math.