NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode dua puluh satu

Beta naik ke tempat tidurnya lima menit kemudian, ia kembali mengingatkan ku untuk menggunakan jam istirahat dengan baik, aku mengangguk, diriku tidak mengantuk, semalam sudah puas tertidur. Aku memutuskan kembali membaca buku tentang hukum politik, kembali mencatat beberapa kata yang penting serta kata kata yang asing, mungkin nanti bisa bertanya di kelas pikir ku.

Setengah jam telah berlalu sejak Beta mulai tidur, aku meluruskan kaki sejenak, menggerakkan leher perlahan yang sejak tadi sudah terasa pegal. Ternyata buku ini menyimpan begitu banyak ilmu pengetahuan, aku yang baru membaca dua puluh halaman saja sudah merasa begitu banyak ilmu yang kudapatkan.

Aku meletakkan buku ku sejenak, berjalan menuju dispenser air di samping pintu kamar, tenggorokan ku terasa kering sedari pagi belum ada minum air.

Aku kembali ke kasurku, meletakkan buku ke lemari, aku rasa cukup sampai sini dulu bacanya, terkadang kita tidak boleh memaksakan sesuatu, apalagi proses belajar, harus ada di selingi dengan sedikit hiburan. Baiklah, aku meraih sebuah kertas kosong dan pensil, kali ini aku tidak menggambar, aku ingin menulis. Aku mulai menulis hal hal apa saja yang telah aku alami dua hari terakhir, siapa tau kelak aku bisa menceritakannya kepada orang lain.

Satu jam kemudian ketika tangan ku sudah kesemutan, aku mulai menghentikan aktivitas ku. Kertas putih ukuran lima belas kali dua puluh senti itu terlihat sudah penuh dengan tulisan, aku membaca ulang tulisan ku, mencoret beberapa kata yang salah, menambahkan beberapa kata yang kurang.

" Kau tidak tidur Dium?" tanya Beta sambil mengusap matanya.

Aku melongok kan kepala ke atas, melihat Beta yang baru saja bangun tidur. Aku menggelengkan kepalaku, aku tidak mengantuk.

" Pastikan tenaga mu cukup kawan, pekerjaan kita tidak ringan setelah ini." ucap Beta sambil menuruni tangga, tempat tidurnya berada di atas tempat tidurku, tangannya yang satu menutupi mulutnya yang menguap, iya berjalan sempoyongan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Aku tertawa melihatnya, melirik ke kiri dan kanan ku, terlihat si kembar tiga yang masing masing sudah mulai menggeliat, beberapa anak lainnya juga sudah mulai bangun.

Lima menit kemudian Beta keluar dari kamar mandi sambil membawa sedikit air di telapak tangannya, ia lalu mengusap kan ke wajah si kembar tiga. Setelah si kembar bangun sambil melempar bantal ke arah Beta, Beta bergegas lari ke arahku sambil tertawa.

" Kenapa kau melakukannya?" tanyaku penasaran.

" kalau tidak aku lakukan seperti itu, bisa saja mereka bertiga baru bangun setelah jam lima sore nanti." ucap Beta menjelaskan.

" Segera ganti pakaianmu, kita akan mengambil air, lalu setelah itu pergi ke laut." sambung Beta.

Aku mengangguk, mengganti bajuku, lalu bersama dengan sepuluh anak SMP dan si kembar tiga yang berjalan sambil sempoyongan, kami menuruni anak tangga menuju ke samping rumah tempat sumur berada.

Ada lima kamar mandi di kamar kami, satu kamar mandi memiliki dua buah bak mandi, satu bak mandi baru bisa terisi penuh setelah di isi dengan lima ember, jika masing masing dari kami membawa dua ember sekali pergi, itu artinya anak anak SMP akan bolak balik sebanyak tiga kali, dan kami yang anak SMA akan bolak balik sebanyak empat kali, tapi di putaran yang terkahir masing masing dari kami hanya perlu membawa satu ember saja. kalau di pikir pikir cukup adil karena memang kami lebih tua.

Di putaran yang pertama aku menelan ludah, dua ember air ini bukan perkara yang ringan, kami harus menaiki anak tangga, baru setelah itu memindahkan air dari ember menuju bak mandi, keringat meluncur deras di dahi ku, ternyata ada rintangan yang harus aku lalui, mulai dari ketika berpapasan dengan teman teman yang mau turun sementara lebar tangga kurang dari satu meter, lantai yang licin karena beberapa kali air dari ember tidak sengaja tumpah, serta si kembar yang selalu bermain main.

Setelah selesai putaran ke empat, aku meluruskan kaki sejenak di lantai. Beta tertawa melihat ku, dia mengatakan bahwa kita akan istirahat setengah jam baru setelah itu pergi ke laut untuk mencari kerjaan, Beta juga meminta agar anak anak yang bertugas membersihkan kamar agar mengelap tumpahan air yang ada di lantai dan di tangga, takutnya ada yang terpeleset. Aku menggelengkan kepalaku melihat Beta yang tidak sedikitpun ia berkeringat apalagi merasa lelah, sepertinya karena beta sudah sering melakukannya, ala bisa karena terbiasa.

Setengah jam kemudian aku dan Beta sudah berjalan di pesisir pantai, si kembar tiga melambaikan tangan ketika kami berpisah di depan pintu rumah, mereka mengatakan akan pergi membantu para petani menanam padi, Beta mengangguk lalu mengingat kan mereka untuk tidak pulang terlalu malam.

Lima menit berjalan di antara pasir putih dan ombak yang bergelung, akhirnya Beta menunjukkan tanda tanda akan tiba di tujuan.

" Hai Nirmala." sapa Beta kepada seorang gadis yang sedang menyikat sebuah perahu.

Gadis yang di panggil Nirmala itu menoleh. Wajahnya yang cantik sedikit tersamarkan dengan rahang yang kokoh dan sorot mata yang tajam menggambarkan seseorang pelaut tangguh, kulitnya sawo matang khas penduduk sini, tingginya mungkin sebahu ku, rambutnya yang mengombak terlihat mempesona di tiup angin.

" Ternyata kau Beta, kau tidak sendirian, siapa dia?" tanya nirmala sambil menunjuk ke arahku.

" Dia keluargaku, namanya dium." jawab Beta.

Aku menelan ludah ketika berjabat tangan dengan Nirmala, dia benar benar berbeda dengan gadis gadis kebanyakan, jabat tangan nya mantap, gestur wajah serta perawakan nya benar benar menggambarkan banyak pengalaman yang telah ia peroleh.

" Apakah Abang mu tidak ikut nir? Dia masih demam?" tanya Beta.

Nirmala mengangguk, tangannya cekatan memindahkan alat alat membersihkan kapal, ia mengecek semua peralatan untuk menangkap ikan, lalu memberi tahu kepada kami kalau perahu sudah siap untuk berangkat.

" Beta, tolong pastikan kau menebar jaring dengan benar, atau kita akan dapat ikan Kuningan lagi." ucap Nirmala mengingatkan.

" Aye aye kapten." jawab Beta sambil meletakkan tangan nya di pelipis, memberikan hormat lalu tertawa, di susul oleh Nirmala yang ikut tertawa .

Kami bertiga mendorong perahu sampai akhirnya mengapung di atas air, air laut membasahi celanaku hingga ke paha. Lalu kami mulai baik ke atas perahu. Perahu awalnya sedikit oleng karena penempatan beban yang tidak seimbang.

" Kau pernah membawa perahu?" tanya nirmala kepadaku.

Aku menggelengkan kepala, seumur hidup baru kali ini aku menaiki yang namanya perahu. Nirmala mengangguk, tidak masalah, ia mencontohkan sejenak bagaimana cara mendayung perahu, bagaimana cara belok ke kanan, belok ke kiri, berputar, hingga cara memelankan laju perahu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!