12
Sabila Alfiana Bumantara.
Diusia 19 tahun, ia adalah sosok yang begitu periang. Bahkan, diusia itu ia sangat bermimpi untuk menikah muda bersama laki-laki impiannya. Namun, karena sebuah insiden tidak mengenakan membuatnya mengubur impiannya untuk menikah muda. Bahkan, pernikahan sudah tidak ada lagi dalam list tujuan hidupnya hingga kini usianya menginjak 29 tahun.
Lalu, sebenarnya insiden apakah yang akhirnya membuat Sabila menolak untuk menikah? Ikuti kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sabila mematut dirinya di depan cermin rias dengan cukup lama demi memastikan penampilannya benar-benar sempurna. Tidak lama, terlihat Xavier yang keluar dari ruang ganti dengan membawa dasi di tangannya, lalu langsung berdiri di belakang Sabila. Baru saja Xavier akan menyimpul dasinya, Sabila langsung berdiri berhadapan dengan Xavier dan tanpa kata mengambil alih dasi Xavier dan memasangkannya.
Meski bingung, Xavier tetap merasa bahagia karena inisiatif istrinya kali ini. Matanya terfokus pada wajah cantik istrinya yang tengah memasangkan dasi, tanpa berniat untuk mengalihkan tatapannya sedikitpun. Hingga akhirnya, saat dasinya terpasang sempurna, Sabila hendak kembali duduk, tapi langsung dicegah Xavier dengan menahan pinggangnya.
Cup!
"Hadiah untuk perlakuan istriku yang sangat manis," ucap Xavier setelah melabuhkan kecupan mesra di bibir istrinya.
Xavier pikir istrinya akan kesal dengan tindakannya yang mungkin membuat make up sang istri menjadi berantakan. Namun, ternyata dugaan Xavier salah, karena kini Sabila justru tersenyum malu-malu padanya.
*
"Tuan," Sekretaris Romi masuk begitu saja ke ruangan sang bos. "Anda kenapa senyum-senyum sendiri, Tuan?" tanya Sekretaris Romi heran. Sebab, biasanya lemparan pulpen atau majalah pasti akan menyambutnya saat memasuki ruangan sang bos tanpa mengetuk. Namun pagi ini, Xavier justru menyambut kedatangannya dengan tersenyum tidak jelas.
"Istriku itu manis sekali, Rom." ucap Xavier.
Romi mengangguk, ia duduk di kursi di depan meja kerja bos-nya, lalu meletakkan berkas yang ia bawa ke atas meja. "Iya, Tuan. Nyonya Bos itu memang manis, apalagi kalau dia tersenyum, uhhh!" Sekretaris Romi ikut tersenyum saat membayangkan hal itu.
Gubrak!
"Sekali lagi kau berani memuji istriku, kusumpal mulutmu!" ucap Xavier.
"Eh, Tuan." Sekretaris Romi sampai terkejut setengah mati karena aksi bos-nya ini. "Mm i-ini, Tuan. Silahkan ditanda tangani." Sekretaris Romi menggeser berkas ke hadapan Xavier untuk mengalihkan pembicaraan.
Tanpa banyak kata, Xavier langsung menanda tangani berkas yang Romi bawa dan langsung memberi kode agar Romi segera pergi. Romi yang melihat itu tentu saja langsung beranjak untuk pergi. Namun, barusaja akan membuka pintu untuk keluar, Romi harus menghentikan langkahnya saat Xavier tiba-tiba memanggil.
"Ya, Tuan?"
"Carikan aku rujak. Ingat, jangan pakai buah lain selain mangga muda."
"Rujak, Tuan?" tanya Sekretaris Romi memastikan.
"Hm,"
"Sekarang, Tuan?"
"Terserah kau saja. Kalau ingin nanti juga tidak apa-apa. Tapi, gajimu aku potong habis!"
"Eh? Jangan, Tuan. Baik, saya belikan sekarang. Permisi." Sekretaris Romi langsung lari terbirit-birit demi memenuhi kebutuhan bos-nya.
Sepeninggal Sekretaris Romi, Xavier masih saja senyum-senyum tidak jelas saat mengingat selama dua malam berturut-turut kebutuhan batinnya terpenuhi dengan sempurna. Entahlah, Xavier tidak berani bertanya alasan istrinya bersikap begitu manis padanya. Yang pasti, Xavier harap semua moment indah ini adalah awal yang baik untuk kelanjutan hubungan pernikahannya dan sang istri.
Beberapa menit berlalu, Sekretaris Romi telah kembali ke ruangan bos-nya dengan membawa rujak yang dipesan sang bos. Tidak tanggung-tanggung, sekretaris Romi membelikan dua porsi rujak sekaligus dan langsung menghidangkannya di depan Xavier. Hitung-hitung mengambil hati sang bos agar tidak benar-benar memotong gajinya.
Begitu rujak terhidang, Xavier menghirup aromanya dalam-dalam. Tanpa banyak kata, Xavier langsung mencoba rujak tersebut, membuat Sekretaris Romi yng melihatnya terlihat memejamkan mata seolah menahan asam.
"Tidak asam, Tuan?" tanya Sekretaris Romi saat melihat bos-nya tampak begitu menikmati.
"Tidak, ini sangat manis dan lezat." Lagi-lagi, Xavier memakan rujaknya dengan nikmat.
"Keinginan anda sudah seperti ibu hamil saja, Tuan." ceplos Sekretaris Romi.
"Ini benar-benar enak, bumbu kacangnya sangat medok." komentar Xavier, tanpa menghiraukan ucapan Sekretaris Romi. "Kau mau coba?" tawarnya kemudian.
"Tidak, Tuan. Terima kasih." Melihat Xavier memakannya saja Sekretaris Romi sudah ngilu, lalu bagaimana kalau ia sendiri yang memakannya. "Kalau begitu, saya permisi, Tuan."
"Hm, pergilah."
lanjut
tapi baguslah daripada nanti penasaran terus nanggung jadi lebih baik aku tabung aja HAHA.