NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

From Zero to Hero

Saat ingin membuka mata, Lily merasa matanya sangat berat. Dia bahkan seolah harus menggunakan semua tenaganya hanya untuk membuka mata. Kepalanya juga terasa pusing.

Dia terus mencoba membuka mata hingga akhirnya dia berhasil melakukannya. Kepalanya terasa sangat sakit, lebih sakit dari saat dia menutup mata.

"Alhamdulillah Non Lily sudah sadar." Suara lembut seorang perempuan membuat Lily menoleh ke arahnya. Ada perempuan setengah baya, seumuran Bu Karmila tapi agak sedikit lebih tua, tersenyum ke arahnya.

"Sebentar, saya harus panggil Nyonya Karmila." katanya lagi.

Nyonya Karmila, kenapa wanita itu harus memanggil Bu Karmila, pikir Lily. Lily memandang sekeliling.

"Di mana aku?" tanya Lily lirih.

Wanita itu baru saja menutup sambungan teleponnya.

"Nona ada di kediaman keluarga Watson."

Bahasanya sangat sopan dan terdengar berbeda. Lily merasa ada dalam dunia drama. Dia seperti ada di dalam kastil keluarga bangsawan dan sekarang berbicara dengan kepala pelayan mereka.

Kepalanya berdenyut lagi. Sakit, seperti di hantam besi. Tiba-tiba dia teringat kejadian di angkot tadi. Dadanya terasa berdebar. Nafasnya tersengal-sengal.

Sang wanita paruh baya terlihat panik.

Tepat saat dia hendak keluar kamar, Karmila masuk bersama seseorang yang terlihat seperti seorang dokter.

"Bu Aska, ada apa ini?" tanya Karmila terlihat panik melihat keadaan Lily.

"Saya tidak tahu, Nyonya. Begitu Nona Lily sadar, saya langsung menelepon anda. Setelah menutup telepon dan melihat Nona Lily, keadaannya sudah seperti ini." ujar wanita bernama Askarina itu.

"Tenang, Tante Karmila. Javad periksa dulu ya." kata dokter yang merupakan keponakan Joshua itu.

Javad terlihat memeriksa Lily dan memberi Lily beberapa pertanyaan.

Dia juga meminta Lily menarik dan membuang napas hingga Lily merasa dadanya lebih lapang.

"Dia kenapa, Jav?"

"Nggak apa-apa, Tan. Cuman kayaknya, mungkin loh ya, mungkin ada sedikit trauma. Terus kalau Lily pusing, mungkin efek bius yang tadi belum bener-bener ilang. Javad kasih resep obat tidur aja ya, takutnya Lily ntar susah tidur. Ini dosis paling ringan. Jangan disalah gunain ya, Ly?"

"Sayang, kamu nggak apa-apa kan, Nang? Pusing ya?"

Lily tidak menjawab. Dia hanya mengangguk..

Dia masih sedikit bingung.

Javad kemudian berpamitan setelah memberikan resep obat yang harus diminum Lily pada Karmila.

"Bu Aska boleh istirahat. Biar saya yang jaga Lily di sini."

"Terimakasih, Nyonya."

Lily menatap kepergian wanita itu setelah sebelumnya mengucap terimakasih.

"Tante." Tiba-tiba Lily menangis dengan kencang.

"Maafin, Tante ya Nang. Gara-gara Tante undang kamu terus pulang kemaleman, kamu jadi harus ngalamin semua ini." Karmila memeluk Lily sambil menangis.

"Untung Jared waktu itu sempat lihat kamu naik angkot. Tapi karena angkot itu mencurigakan, Jared terus ngikutin angkot. Dan bener aja angkot itu berbelok ke arah yang bukan rute seharusnya. Jared terus nelepon polisi. Nggak tau ini berkat dari Tuhan atau apa, pas banget ada polisi lagi patroli. Bayangin, Nang.. Ada polisi patroli tengah malam tepat di dekat tempat kejadian. Jared minta bantuan mereka terus nemuin kamu yang udaaaahhh...Hiks...hiks." Karmila tidak bisa meneruskan ucapannya.

Lily tahu maksud Karmila. Syukurlah kehormatannya masih terjaga. Tapi perlakuan para penjahat tadi membuatnya benar-benar trauma.

Kemudian tidak lama setelah itu, Joshua, Giorgina dan Antoinne memasuki kamar tempat Lily berbaring.

Jared menyusul paling belakang.

Entah kenapa saat melihat Jared, Lily seperti melihat cahaya di sekeliling pemuda itu. Dan dari punggungnya nampak ada sayap yang membentang.

Lily yang sudah dalam posisi duduk di atas ranjang segera menggelengkan kepalanya. Mengusir kehaluan yang mendera. Tapi saat menggelengkan kepala itulah, lagi-lagi kepalanya seperti dihantam lalu godam. Sakit luar biasa hingga sekilas pandangannya menggelap dan tubuhnya tidak imbang.

Karmila yang ada di sebelah Lily langsung menangkap tubuh Lily yang terhuyung.

"Lily, kenapa?"

"Nggak apa-apa, Tan. Cuman pusing banget."

"Yaudah kamu tiduran aja."

Lily memandangi semua orang yang ada di situ. Dia merasa tidak sopan jika harus berbaring ketika banyak sekali orang menjenguknya.

"Nggak apa-apa kok, Tan." Lily mencoba menenangkan Karmila yang terlihat sangat khawatir.

"Tante, saya belum ngabarin orang rumah." Lily baru ingat dia belum memberi kabar apapun pada adiknya. Dia takut, adik dan neneknya khawatir.

"Kamu tenang aja, Ly. Tadi saya sudah hubungi adik kamu. Saya bilang kamu nginep di rumah kita. Maaf kalau saya tidak cerita kejadian yang sebenarnya sama adik kamu. Saya nggak mau dia khawatir dan saya juga merasa nggak berhak cerita tanpa persetujuan kamu." sahut Antoinne. Dia menjelaskan panjang lebar pada Lily.

Lily bersyukur Antoinne tidak menceritakan kejadian sebenarnya pada Corey.

"MerCi, Monsieur." kataku.

"Jangan makasih ke saya, Ly. Tuh..ke adik saya. Dia lah pahlawan yang sebenarnya. Yang layak dapet ucapan makasih dari kamu." Antoinne menunjuk ke Jared dengan dagunya.

Lily menoleh ke arah Jared. Mata mereka bertemu. Keduanya salah tingkah dan sama-sama memalingkan pandangan.

Tapi kemudian Lily merasa harus berterimakasih pada laki-laki yang sebelumnya selalu membuatnya sebal itu.

"Ummm... Pak Jared. Terimakasih. Saya nggak tahu gimana harus ngebales kebaikan Bapak. Terimakasih." ucap Lily tulus.

Jared melirik Lily.

"Mmm..." hanya seperti itu reaksi Jared. Lily menghela napas. Kalau biasanya doa akan tersinggung dengan sikap sok cool Jared, kali ini dia memaklumi hal itu. Mungkin memang seperti itulah sifat putra mahkota Watson.

"Tadi Javad bilang apa, Sayang?" tanya Joshua apda Karmila.

"Nggak ada pesen khusus, Sayang. Cuman tadi dikasih obat tidur dosis rendah. Takut Lily kena serangan panik atau trauma gitu."

"Ohh, kamu pasti takut banget tadi ya, Lily?" Joshua memandang prihatin pada Lily.

Lily mengangguk tapi tetap tersenyum.

"Yaudah, malam ini kamu di sini dulu. Tadi kata Antoinne keluarga kamu dah di hubungi."

"Iya Pak."

"Besok nggak usah kerja dulu. Nggak apa-apa kan, Tony?"

"Nggak masalah, Pap." jawab Antoinne.

'Jadi panggilan Antoinne itu, Tony' gumam Lily dalam hati.

"Ya sudah, udah larut banget ini. Bentar lagi pagi. Kita istirahat dulu. Kamu langsung tidur ya, Ly. Nggak usah mikirin besok harus kerja." tegas Joshua.

"Terimakasih, Pak Joshua. Makasih Tante Karmila. Terimakasih Pak Antoinne. Terimakasih Kak Gina. Terimakasih Pak Jared." ketekunan Lily menyebut satu-satu terimakasih pada semua orang yang ada di situ membuat mereka tersenyum, kecuali Jared tentu saja.

Setelah mengucapkan selamat tidur, Lily ditinggal sendirian.

Ketakutan itu masih ada. Tidak semudah itu melupakan kejadian seperti tadi. Kehormatannya nyaris terenggut. Bukan hanya oleh satu orang, tapi banyak orang.

Lily terus beristighfar, memohon ampun pada Allah. Mungkin saja ini teguran dariNYA.

Dia merasa, Tuhan menegurnya untuk tidak membenci seseorang tanpa alasan. Itulah yang dirasakan pada Jared. Tapi ternyata malah Jaredlah yang membantu Lily terlepas dari mimpi terburuk dalam hidupnya.

Bayangan wajah dan mata Jared yang terlihat sangat khawatir saat menolongnya berkelebat lagi di dalam memory Lily.

Di mata Lily, Jared menjelma dari yang sebelumnya pecundang menjadi seorang pahlawan.

1
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!