(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Nara sebenarnya tak terluka cukup parah, apalagi Nara sangat pintar dalam seni bela diri. Selama ini Nara pura-pura lemah karena tak mau bermasalah dengan teman sekolahnya, tapu masih juga dapat masalah.
Selesai mandi Nara mengambil sesuatu di sepatunya, kamera kecil yang di sembunyikan di sepatunya tadi. Akhirnya Nara bisa mendapatkan keinginannya, Nara tersenyum bahagia sembari mencium kamera kecil itu.
Dengan mengunakan alat-alat di kamarnya di rumah sang kakek dan sang nenek, Nara mencharger HP-nya dan menyalin rekaman dari kamera kecil ke HP-nya agar nanti Nara bisa mengunakan video rekaman tadi.
Kamera kecil miliknya itu, Nara masukan ke dalam laci meja hias kamarnya. Agar suatu saat jika Nara membutuhkannya lagi, Nara akan ke rumah sang kakek dan sang nenek kapanpun yang Nara mau.
"Kak Selin, tunggu aja apa yang akan aku lakukan pada kalian bertiga" kata Nara tersenyum sinis, Nara sudah siap untuk melakukan serangan pada Selina dan geng-nya
Tok...Tok...Tok
"Non Nara, nyonya besar mengajak makan siang bersama di ruang makan" kata ART yang bekerja di kediaman sang kakek dan sang nenek
"Iya, Bik" sahut Nara sembari beranjak lalu keluar dari kamar
"Ohh ya, non Nara. Baju seragam non Nara tadi mana? Biar Bibik cuciin, kata nyonya tadi kena pewarna"
"Ehh, jangan Bik. Nanti seragamnya di buang saja" jawab Nara dengan sopan menolak ART itu
"Loh, kenapa non? Kan cuma kena pewarna, nanti Bibik kasih sesuatu yang bisa ngilangin pewarna itu" kata ART itu masuk ke dalam kamar hendak mengambil seragam sekolah Nara yang di dalam keranjang pakaian kotor
"Jangan di sentuh, Bik" ujar Nara sembari menarik tangan ART itu
"Kenapa?"
"Seragam itu sudah kotor, biar Nara buang saja. Kan di rumah banyak, disini juga ada yang baru" jelas Nara
ART itu paham lalu mengangguk dan pamit undur diri hendak mengerjakan pekerjaan lain, Nara menghela napas dan mengucap hamdalah ART tadi tak menyentuh seragam sekolahnya yang di keranjang.
Tiba di ruang makan, sang kakek dan sang nenek sudah menunggunya dari tadi. Nara segera duduk di kursi sebelah kiri sang kakek, sedangkan sang nenek duduk di kursi sebelah kanan sang kakek.
Mereka bertiga makan dengan diam, menikmati hidangan yang di siapkan oleh ART. Nara makan dengan lahap, karena Nara merasa tenaganya hari ini cukup terkuras setelah menjebak Selina dan geng-nya.
"Ayo!!! Tambah lagi sayang, kamu pasti kelelahan banget ikut drama di sekolah tadi" titah Sang nenek sembari menambah rendang daging ke piring Nara
"Gak usah repot-repot, nek. Nara bisa ambil sendiri kalau mau nambah, nenek nikmati makanan punya nenek"
"Kamu sering-sering menginap disini atau kamu tinggal saja disini, bukan kah lebih dekat kediaman kakek ke sekolahmu, dari pada rumah kalian"
"Tapi kan semua buku dan peralatan sekolah Nara ada di rumah, kek. Paling Nara sering-sering menginap saja disini, untuk menemani kakek sama nenek" kata Nara sesekali menyiapkan nasi dan lauk ke dalam mulut
Selesai makan sang kakek dan sang nenek langsung masuk kamar mereka untuk tidur siang yang sudah menjadi jadwal mereka semenjak memiliki sakit asam urat, Nara juga kembali ke kamarnya.
Nara memasukan seragam sekolahnya yang ada di keranjang tadi ke dalam kantong plastik yang di mintanya dengan ART, seragam itu harus di buang karena kalau ada yang menyentuhnya akan merasakan gatal.
Sebelum memakai seragam itu, Nara sudah lebih dulu memakai penawar jika tidak sengaja bubuk itu mengenai kulitnya, setelah itu Nara membawa seragam yang sudah di dalam plastik tadi ke halaman belakang.
Lalu di buangnya ke tempat sampah, selesai dengan tugasnya Nara kembali ke kamarnya. Karena tadi makan sangat lahap dan kekenyangan, Nara akhirnya terlelap di atas kasur empuk yang ada di kamar.
Disisi lain Selina menghentikan laju mobilnya di tepi jalan, Selina mulai menggaruk tangannya, telapak tangannya juga punggung tangannya yang terasa sangat gatal luar biasa entah apa penyebabnya.
"Aduh tangan gue gatal, kenapa ya? Gimana mau nyetir kalau begini?" kata Selina mengeluh
"Salwa, loe kenapa sih? Dari tadi garuk-garuk tangan terus?" tanya Sofia
"Punggung tangan gue gatal banget, gak tau kenapa?" jawab Salwa menggaruk begitu kuat hingga kulitnya lecet karena kukunya panjang-panjang
"Tangan gue juga gatel, tapi kok bisa sih kita gatalnya barengan gini" sahut Sofia melakukan hal sama seperti Salwa
Tidak tau apa yang akan mereka bertiga lakukan, ketiganya terlihat bingung juga tidak nyaman dengan rasa gatal yang mulai menyebar ke seluruh tangannya mereka dan sudah naik ke pergelangan tangan.
Karena tidak tahan dan tak sanggup untuk mengemudi, Selina akhirnya memutuskan menghubungi sopir di rumah agar menjemputnya di pinggir jalan yang tak jauh dari sekolahnya.
Motor ayahnya Erika melewati jalan raya yang penuh dengan pemukiman warga, Erika yang sudah bosan setiap hari melihatnya jadi tak tertarik untuk melihat pemandangan di depan matanya saat ini.
Namun tiba-tiba matanya tertarik ketika melihat mobil Selina terparkir di tepi jalan, Erika melihat ke arah Selina dan dua temannya berdiri di samping mobil sambil garuk-garuk tangan mereka.
"Kenapa mereka? Sejak kapan ketiga manusia kurang waras itu berubah jadi monyet" gumam Erika dalam hati
Selang berapa menit ada dua orang berboncengan dengan motor berhenti di mobil Selina, di lihat dari pakaian mereka sepertinya sopir atau satpam, salah satu masuk ke dalam mobil Selina.
Di ikuti Selina dan dua temannya, yang satu tetap di motor, setelah itu mereka pergi dari tempat itu. Apalagi Selina dan dua temannya sudah tahan untuk segera tiba di rumah, agar bisa mengobati rasa gatal di tangan.
Tak bisa menahan tawa lagi, tawa Erika pun meledak melihat pemandangan di depan matanya tadi. Erika merekam pemandangan itu dari awal Erika melihat Selina dan du temannya garuk-garuk.
"Nara pasti suka lihat mereka garuk-garuk kayak monyet seperti tadi" kata Erika langsung mengirim rekaman Selina dan dua temannya yang tengah garuk-garuk ke Nara
"Ayah perhatikan kamu ketawa terus, apa yang bikin kamu ketawa?" tanya Ayahnya Erika penasaran
"Ayah gak lihat?"
"Lihat apa?"
"Itu tadi di tepi jalan ada tiga cewek cantik berubah jadi monyet, Hahaha" kata Erika tawanya kembali meledak
"Mana ada cewek cantik jadi monyet?"
"Ada, ayah. Barusan Erika lihat dengan mata kepala sendiri" sahut Erika yang masih tertawa mengingat Selina dan dua temannya tadi.