NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Dirga tiba di rumah. Di lihatnya Tiara dan Vida yang berada di ruang tamu.

“Sayang kamu sudah pulang?” sapa Tiara seraya berjalan menghampiri sang suami.

“Iya, aku pulang untuk makan siang bersamamu,” sahut Dirga sengaja menunjukkan perhatian. Bukan hanya Tiara, Vida yang mendengarnya juga ikut tersipu.

“Kalau begitu aku pamit pulang sekarang,” pamit Vida tidak enak hati jika harus mengganggu Tiara dan Dirga.

“Makan bareng dulu,” ajak Tiara masih banyak hal yang ingin ia tanyakan dengan Vida.

“Tidak,” tolak Vida. “Tuan Dirga, Tiara saya pamit pulang sekarang,” pamitnya.

“Jangan!” cegah Tiara.

Namun, Vida kekeh akan pulang sekarang juga. “Lain kali aku bisa ke sini,” timpalnya. “Sampaikan pada Nyonya Rani aku pulang sekarang.” Vida melambaikan tangan dan keluar dari kediaman keluarga Abraham . “Suamiku, kenapa kamu membiarkan Vida pulang?” protes Tiara menatap sang suami.

“Bukankah dia bilang mau ke sini lagi besok?” balas Dirga. Ia tidak suka ada seseorang yang mengganggu Quality Time-nya bersama sang istri

Tiara berjalan mendekat dan mencium tangan suaminya. Selanjutnya, mereka berdua berjalan ke ruang makan.

“Rosalin kok belum ke sini ya,” ujar sang mama ikut bergabung di ruang makan. Ia sudah tidak sabar ingin memberi tahu Rosalin mengenai Dirga dan Tiara yang sudah menikah.

“Memangnya kenapa, Ma?” selidik Dirga seraya mengamati Tiara yang sedang mengambilkan nasi dan lauk untuk makan siangnya. Pria itu curiga sang mama juga tahu mengenai pengumuman pertunangan yang akan dilakukan oleh keluarga Rosalin.

“Emm— begini, sebenarnya beberapa hari yang lalu Bu Siska, mamanya Rosalin ingin sekali kalian bertunangan. Mama tidak bisa menolak, tai mama baru sadar kalau mama salah dan harus menjelaskan semuanya pada mereka!” sahut Nyonya Rani. “Tapi Rosalin, sampai sekarang belum datang!” keluhannya. Benar-benar takut kalau sampai kabar pertunangan itu benar-benar tersebar.

“Ayo kita makan dulu! Biar aku yang menyelesaikannya, Ma!” Dirga terlihat sangat tenang dan selalu tersenyum ke arah Tiara.

“Mama belum lapar, kalian berdua saja yang makan!” tolaknya dan hanya diam melihat ke arah Tiara dan Dirga bergantian. Terlihat Jelas keduanya sedang dimabuk cinta. Saling suap-suapan, perhatian satu sama lain, dan selalu menatap penuh cinta.

“Ayo makan dulu, Ma!” kali ini Tiara yang memaksa.

“Kalian saja yang makan.” Nyonya Rani masih belum bisa tersenyum, karena terlampau memikirkannya.

Dirga mengakhiri makan siangnya dengan meneguk segelas air putih yang diambilkan Tiara. Kemudian, ia berniat memberitahu sang mama kenapa Rosalin tidak datang ke rumah saat ini. “Sebenarnya tadi Rosalin sudah datang ke kantor, Ma!” ujar Dirga dengan suara pelan. Sekilas melihat ke arah Tiara.

“Lalu?”

Nyonya Rani menegakkan kepalanya penasaran.

“Aku sudah mengatakan semuanya, mengenai Tiara, mengenai pernikahanku! Mama tidak perlu memikirkannya lagi, semoga saja setelah ini Rosalin dan Tante Helen menghentikan niat mereka itu! Lagi pula, bukankah itu terlalu memaksa! Aku bahkan tidak pernah bersedia bertunangan dengannya sampai kapan pun! Aku mencintai Tiara, Ma! Dan aku akan segera mengumumkan pernikahan kita!” ujarnya dengan antusias.

“Kalau begitu mama akan menelefon, Helen. Mama harus memberitahunya agar dia tidak marah!” usul Nyonya Rani. Meski belum merasa lega sepenuhnya, ia merasa cukup senang mendengar penjelasan Dirga.

Dirga mengangguk pelan.

Kemudian, Nyonya Rani beranjak dari duduknya dan berniat menelefon sahabatnya itu.

Kini di ruang makan hanya ada Dirga dan Tiara. “Jadi, tadi kamu bertemu Rosalin?” selidik Tiara. Masih ingat dengan jelas betapa jengkelnya saat peristiwa di Bali kembali terlintas di benaknya.

“Ya.”

“Apa yang kalian lakukan?” interogasi Tiara sembari menyipitkan matanya.

“Tidak ada, dia hanya datang dan memberitahuku, bahwa sore nanti akan mengumumkan pertunangan antara aku dengannya. Tapi, aku sudah menjelaskan bahwa kita sudah menikah dan aku akan segera mengumumkan pernikahan kita!” sahut Dirga jujur.

“Benarkah Cuma itu?” desaknya.

“Ya!”

“Sungguh?”

“Ya!”

“Apa buktinya?”

Dirga merespons pertanyaan Tiara dengan menggendongnya.

“Sayang turunkan aku!” pinta Tiara.

“Tidak,” elak Dirga dan terus membawa tubuh mungil sang istri ke ruang kamar mereka yang berada di lantai bawah.

Tangan kiri Dirga membuka pintu dan membawa Tiara ke ranjang kemudian merebahkan perlahan. “Awas, jangan bergerak!” bisiknya. Kemudian berjalan ke pintu untuk menguncinya. Tanpa jeda Dirga kembali menghampiri sang istri yang tengah berbaring di ranjang.

“Tunggu!” cegah Tiara. Melihat ke arah jam dinding. Menunjukkan jam setengah satu siang.

“Kenapa?” tanya Dirga. “Kamu akan berpura-pura kalau punggungmu sakit lagi?” tebaknya seraya melepas jas hitam yang ia kenakan. Lantas, melemparnya ke sembarang.

“Ini masih siang,” protes Tiara menyilangkan kedua tangan di depan dada.

“Memangnya kenapa?”

Dengan jemari tangannya Dirga melepas satu per satu kancing kemejanya. Detik berikutnya ia semakin mendekat dan berniat mencium istrinya.

Jari telunjuknya mulai menelusuri wajah sang istri. Perlahan menyibakkan rambut Tiara ke belakang telinga. “ Ini tidak berdosa karena kamu istriku, ini juga tidak berdosa karena tidak melanggar hukum,” lirihnya dengan terus mendominasi tubuh sang istri. Tidak akan melepaskan dari kuasanya. Pria itu dominan, ia paling suka memegang kendali.

“Tu—,” ucapan Tiara terhenti karena Dirga menaruh telunjuk di bibirnya.

“Tidak ada larangan hubungan suami istri tidak boleh dilakukan siang hari! Aku juga tidak berniat hanya melakukannya di malam hari saja!” bisik sang suami di indra pendengar sang istri dengan sesekali menghembuskan nafas menggoda.

Kali ini Tiara tidak berkutik. Ia hanya diam menerima sentuhan dari suaminya. Kadang, kedua tangannya mencengkeram kuat dan menahan desahan. Entah berapa kali ia mencapai puncak pelepasan. Tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya meski seluruh tubuh terasa remuk redam.

Tiara menatap wajah sang suami. Ia percaya jika Dirga tidak bersandiwara. Beberapa kali ia mendapati wajah sang suami tersenyum dan begitu menginginkannya.

Kedua tangan Dirga meraih Tiara ke dalam pelukan. “Aku baru saja membuktikan, kalau tidak terjadi apa-apa antara aku dan Rosalin!” dalih Dirga berbisik di telinga sang istri.

“Bilang saja kalau kamu tidak sabar menunggu sampai malam nanti!” sahut Tiara bersembunyi di pelukan sang suami.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!