Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Okta sebenarnya tidak melakukan apa pun selain jalan cepat, tetapi setiap pengunjung mal yang melihatnya hampir pasti tak bisa abai. Sebagian langsung bisik-bisik, bahkan buru-buru memotret atau merekam momen yang menurut mereka terlalu sayang dilewatkan.

Ini semua gara-gara buket bunga mawar putih yang dibawa Okta. Membawa setangkai saja sudah lebih dari cukup untuk membuat Okta menjadi pusat perhatian, apalagi 100 tangkai?

Tak hanya mahal, buket bunga ini juga jelas susah dibuat. Tidak mudah mengumpulkan 100 mawar putih dengan kondisi setengah kuncup, terlebih sang klien memintanya secara mendadak.

Pemilik toko bunga pasti menangis jika tahu ratusan mawar putih seindah ini berakhir di tempat sampah begitu saja.

Ironisnya, itulah perintah yang diterima Okta. Sang bos menyuruh Okta memusnahkan buket bunga tersebut karena istrinya ternyata tidak suka. Sungguh malang nasib mawar putih tak berdosa dalam dekapan Okta ini.

Jadi, Okta berinisiatif untuk membuat bunga-bunga itu tidak terbuang sia-sia. Perintah Raka hanya memusnahkan, tetapi tidak ada instruksi khusus soal metodenya.

Okta mempercepat langkahnya agar segera sampai kantor manajemen mal. Begitu tiba, beberapa staf langsung menyambutnya dengan antusias. Mereka bahagia ikut ambil bagian dalam misi darurat penyelamatan buket bunga.

***

Di tempat berbeda, Gani mengepalkan tangannya penuh emosi. Dia kesal saat teringat apa yang dikatakan Raka padanya semalam.

Perkenalkan, saya Raka Dhananjaya Bhaskara. Saya suami Batari Nuria, perempuan yang nyaris mati setelah Anda khianati.

Gani rupanya memang tidak salah. Perempuan yang bersama Raka dalam potret viral beberapa hari lalu ternyata sungguh Tari. Perempuan yang menjalin kasih dengannya selama bertahun-tahun benar-benar menjadi istri pewaris Bhaskara Group.

Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa Tari mendadak dinikahi pria kaya raya?

Hari pembalasan segera tiba. Tunggu saja!

Kepalan tangannya semakin kuat gara-gara membayangkan wajah angkuh Raka saat mengucapkan kalimat yang jelas-jelas merupakan ancaman itu. Rahangnya mengeras, menahan emosi yang kian menjadi-jadi ketika kembali melihat layar ponselnya.

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal baru saja Gani terima beberapa menit yang lalu. 

Segera bayar utang sebesar Rp1 miliar karena sudah jatuh tempo! Boleh minta perpanjangan waktu tapi bunganya 5% per hari. Pembayaran maksimal minggu depan. Lebih dari itu, data-data Anda kami jual di dark web, kontak-kontak diteror, dan harus siap malu seumur hidup.

Gani tak habis pikir. Mengapa dirinya tiba-tiba ditagih utang Rp1 miliar? Demi Tuhan! Dia tidak punya utang sebanyak itu pada siapa pun. Tentu saja ada yang orang sengaja menjebak dirinya.

Siapa lagi kalau bukan Raka?

"Sial!" umpat Gani.

*** 

Banyak orang menyukai hujan, tetapi Raka bukan salah satunya. Raka membenci setiap tetes hujan yang jatuh membasahi semesta. Apa pun bakal dia lakukan agar tidak perlu berurusan dengan hujan. 

Sudah sejak lama hujan menjadi musuh Raka. Dia benci saat rintik hujan membuat tubuhnya basah. Rasanya entah kenapa sangat menyakitkan.

Terakhir kali kehujanan, Raka nyaris mati. Menakutkan.

"Mau minum kopi sambil menunggu hujan reda?"

Tawaran Raka membuat Tari bingung. Mereka baru saja sampai lobi mal dan mobil yang biasa dipakai Raka sudah siap di luar. Kenapa tidak langsung pulang saja?

Hujan memang terlihat cukup deras di balik dinding kaca area lobi. Namun, masalahnya apa? Mereka naik mobil, 'kan? Tidak perlu takut bakal basah kehujanan.

"Saya tidak terlalu suka minum ..."

Tari tak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Raka tiba-tiba saja berjalan cepat meninggalkannya. Pria itu bahkan tidak menoleh sedikit pun. Aneh.

Tari berniat segera mengejar Raka, tetapi obrolan pegawai mal mendadak mengusik perhatiannya.

"Kamu barusan lihat juga, 'kan? Ternyata itu bukan cuma rumor. Pak Raka beneran fobia hujan," kata seorang perempuan yang bertugas sebagai customer service.

"Kasian, ya. Pak Raka pasti menderita banget kalau musim hujan datang. Bisa-bisanya fobia hujan," ucap pria yang merupakan rekan pegawai perempuan tersebut.

"Kamu tahu Pak Raka jadi kayak gitu gara-gara apa?"

"Katanya, pernah ada kecelakaan parah yang terjadi saat hujan deras sepanjang hari."

Raka fobia hujan? Sejak kapan? Tari tiba-tiba mendapati dirinya jadi merasa iba sekaligus penasaran pada suaminya.

Detik berikutnya, Tari sadar dirinya sudah terlalu lama diam-diam mencuri dengar obrolan pegawai. Dia segera mengedarkan pandangan ke sekeliling dan ujungnya berdecak kesal karena tidak menemukan Raka di mana pun.

Ke mana perginya Raka?