Cinta Kedua Setelah Penghianatan Suamiku

Bobby mengusap air mata Sinta lalu di peluknya wanitanya itu. Wanita yang selalu memberi kepuasan untuknya.

Hingga akhirnya pertempuran di atas ranjang pun kembali di mulai hingga dua-duanya lemas kahabisan tenaga.

Mereka tertidur dalam ke adaan polos tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuh keduanya. Mereka saling berpelukan di dalam selimut tebal.

Tanpa mereka sadari hari telah berganti malam. Mereka terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Sayang, aku laper," kata Sinta.

"Ya sudah pesan aja sayang."

"Tapi sayang, aku ingin kita makan di luar sambil jalan-jalan menikmati suasana malam," rengek Sinta.

"Sayang, aku tahu kamu bosan kita begini terus, tapi kita harus main cantik dulu sebelum kita merampas semuanya dari Dania."

"Apa hubungannya sih sayang sama makan di luar?". sungut Sinta.

"Kamu ingat kan, waktu kita makan malam dulu, ada yang ngadu sama Dania, kamu mau kita ketahuan? apalagi kalau sempat di foto terus fotonya di kirim ke Dania bisa repot kita, semua yang kita rencanakan akan sia-sia."

"Bener juga sih sayang, ya udah kalau gitu aku pesan makanan sekarang, kamu makan apa?" tanya Dania.

"Apa saja yang kamu suka aku juga suka, jadi terserah kamu aja."

Sementara Sinta memesan makanan di hotel, Dania dan dua orang jagoannya beserta bik Titin sedang berada di pusat pembelanjaan. Dia meminta bik Titin tidak pulang malam ini.

Karena sudah tahu semua yang di lakukan Sinta dan Bobby bik Titin pun merasa kasihan pada Dania. Dan berat untuk meninggalkan Dania. Jadi bik Titin pun nurut saat Dania memintanya untuk menginap.

Mereka baru saja selesai berbelanja keperluan anak-anak Dania. Seperti susu dan lain-lainnya.

Dania terlihat sedang mengantri di kasir untuk melakukan pembayaran. Saat itu tiba-tiba seseorang menegurnya.

"Eh bu, selamat malam," ucap seorang wanita cantik dengan pakaian kantoran.

"Eh widya, selamat malam, baru saja pulang?" tanya Dania yang ternyata mengenali wanita itu.

Dia adalah Widya, sekretaris papanya yang sangat di percaya saat papanya masih hidup dulu.

Dan sekarang Widya menjadi sekretaris Bobby atas perintah papanya Dania.

"Saya sudah pulang dari jam delapan tadi bu, dan singgah kesini mencari barang disini," jawab Widya.

"Apakah bu Dania kesini dengan pak Bobby? soalnya pak Bobby hari ini hanya sebentar ke kantor setelah itu tidak kembali lagi, bahkan hari ini saya banyak membatalkan janji pak Bobby ketemu relasi," jelas Widya.

Degggh.

Jantung Dania berdetak.

Dia diam, pikirannya penuh tanda tanya. Apakah benar apa yang di katakan Widya? Lalu kemana Bobby? Bukankah dia belum pulang sampai saat mereka akan pergi belanja pun Bobby belum pulang? semua pertanyaan itu berputar di kepala Dania.

Setelah tiba giliran antrian Dania, Dania segera membayar belanjaannya di kasir. Ia tak menjawab pertanyaan Widya yang tadi. Tanpa banyak bicara ia langsung berpamitan dengan Widya, "Wid, aku duluan ya."

"Oh iya bu, silahkan" jawab Widya.

Dania menghampiri si kembar dan bik Titik. Mereka keluar dari mall tempatnya berbelanja.

Dania tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Wajahnya tampak gelisah. Pikirannya ke mana-mana teringat dengan ucapan Widya tadi.

"Jika mas Bobby tidak di kantor dan juga di rumah lalu kemana ia seharian ini, oh Tuhan apakah mas Bobby selingkuh dan pergi ke rumah selingkuhannya?" batin Dania.

Bik Titin tampak memperhatikan majikannya itu.

"Non, ada apa? kenapa non Dania seperti gelisah sekali?" tanya bik Titin.

"Eh, enggak ada apa-apa kok bi," jawab Dania yang terkejut saat bik Titin menyentuh lengannya.

"Ya sudah ayo kita pulang bik itu pak Tono," ajak Dania, sambil menunjuk ke arah pria paruh baya yang berjalan ke arah mereka.

Dia adalah pak Tono. Supir pribadi yang sudah lama bekerja di keluarga Dania saat papanya masih hidup. Bahkan saat Dania masih kecil.

Dulu Sinta dan Dania hidup bahagia bersama kedua orang tua mereka. Di rumah besar nan mewah mereka menghabiskan masa kecilnya.

Dulu kehidupan Dania sangat bahagia. Masa kecilnya berlimpah kasih sayang dari kedua orang tuanya. Meski ada sebuah rahasia besar yang tak penah Dania ketahui hingga saat ini.

Rahasia tentang silsilah keluarganya. Sebenarnya baik pak Tono maupun bik Titin, mereka mengetahui segalanya. Tapi mereka tak berani buka suara.

Karena sudah terikat janji dengan orang yang sudah tiada. Yaitu tuan besar Ardian dan nyonya Desi, kedua orang tua Dania dan Sinta.

Dulu mereka meminta merahasiakan semua yang telah mereka ketahui dari Dania.

Berbeda dengan Sinta yang memang sudah mengetahui semua rahasia keluarganya. Karena saat itu Sinta sudah berumur tujuh tahun. Yang memori otaknya telah mampu merekam semua kejadian dalam hidupnya dan juga orang sekitarnya.

Di tengah lamunannya tiba-tiba pak Tono mengejutkan Dania.

"Ayo non masuk, semua belanjaannya sudah saya masukkan ke bagasi," ucap pak Tono.

"Eh iya pak," Dania tersentak, ia seperti baru tersadar dan baru kembali dari masa lalu.

Dania melihat sekeliling, ia mencari si kembar yang ternyata sudah ada di dalam mobil bersama bik Titin.

Begitupun belanjaannya sudah di dalam bagasi mobil semua. Tinggalah Dania seorang yang masih berdiri terpaku di depan pintu mobil yang sudah di bukakan oleh pak Tono.

"Ayo non, masuk," seru bim Titin.

"Iya bik," buru-buru Dania masuk ke dalam mobil.

Pak Tono mulai menjalankan mobil. Mobil pun berjalan pelan meninggalkan halaman parkir mall tersebut.

Bik Titin menoleh ke samping ke arah Dania.

"Non, ada apa? apa yang non Dania pikirkan?" dengan lembut bik Titin bertanya.

"Nggak apa-apa bik, aku hanya ingat mama dan papa saja," Dania tersenyum pada bik Titin.

"Kalau non Dania rindu pada tuan dan nyonya, kita bisa mengunjungi makam mereka non."

"Iya bik, besok kita kesana."

Suasana di dalam mobil hening. Semuanya diam dan bergelut dengan pikiran masing-masing. Dan sik kembar terlelap di pangkuan bik Titin dan juga Dania.

Dania masih tenggelam dalam pikirannya akan perkataan Widya tentang suaminya hari ini.

Tak berbeda jauh dari Dania bik Titin pun tenggelam dalam pikirannya ke masa lalu. Masa dimana ia masih menjadi pembantu di rumah besar kedua orang tua Dania.

Tempat dimana ia tinggal dan bekerja disana melayani keluarga itu.

Tuan besar Ardian dan nyonya Desi adalah orang yang sangat baik dan juga sangat dermawan.

Nyonya Desi meninggal terkena serangan jantung. Saat itu ia bersama putrinya. Sinta. Entah apa yang mereka perdebatkan hingga membuat nyonya Desi terkena serangan jantung dan meninggal saat di larikan kerumah sakit.

Bersambung.....