Korban Saudara Kembar

...****************...

Rani akhirnya kembali ke rumah Mega, karena dirinya pulang menjelang siang tentu saja Mega sudah tidak ada di rumah karena Ia harus bekerja.

Rani menyibukkan diri merapikan seisi rumah sahabatnya agar ketika wanita itu kembali, rumahnya sudah tidak berantakan lagi.

Karena lelah Ia memutuskan untuk istrahat, sampai ketika jam pulang kerja Mega kembali ke rumah.

Ia sedikit heran mendapati pintu depan tidak tertutup rapat, Mega bergegas masuk ke dalam rumah.

Ia mencari keberadaan orang lain di dalam rumahnya tersebut, senyum nya mengembang sempurna melihat Rani tidur di kamarnya. Meskipun begitu Mega tetap geleng-geleng kepala, karena Rani lupa menutup pintu.

       " Alhamdulillah kamu kembali Rani, kamu pasti lelah sampai ketiduran begitu. " Batin Mega.

Baru akan melepas tasnya, tiba-tiba ekor matanya melihat ke pantulan cermin. Ia terkejut melihat ada seseorang yang begitu sangat Ia kenali, terlihat dari wajahnya sedang melihat sesuatu.

Mega melangkah maju dan melihat seseorang itu dengan cepat- cepat melepaskan pakaian atasnya seperti berburu waktu.

Mega melihat itu, akhirnya Ia faham dengan apa yang akan terjadi. Seseorang itu bergegas mendekati ranjang tempat Rani sedang tertidur.

Mega yang datang tanpa mengeluarkan suara apapun tentu tidak akan ada yang menyadari kehadiran nya, termasuk seseorang itu.

Tanpa menunggu lagi, Mega langsung menyeret seseorang itu keluar. Tentu saja orang itu terkejut melihat kehadiran Mega, wajahnya pucat ketika berada di ruang tengah.

Plakkk. !!!

Sebuah tamparan melayang di wajah orang itu yang ternyata adalah seorang Pria, kebetulan Pria itu adalah kekasih Mega yang baru Ia pacari selama dua bulan terakhir.

        " Apa- apaan kamu Daren, apa yang kamu lakukan di kamar ku. " Mega menatapnya nyalang, tangan nya bersedekap di dada.

Daren yang ternyata memang mata keranjang, berusaha mencari alasan.

         " Jangan marah dulu sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat dan pikirkan. Sebenarnya dialah yang merayu ku terlebih dulu. "

Dasar Daren bodoh, biasanya Ia selalu pintar namun kali ini si tupai kena batunya juga. Mega tersenyum sinis mendengar alasan yang di utarakan Daren.

          " Kamu pikir aku bodoh Daren, mulai sekarang kita putus. Pergi jauh dari hidup ku, aku tidak ingin melihat mu lagi. " Ucap Mega dengan penuh penekanan.

Daren terkejut karena selama ini Ia tidak pernah di putuskan oleh seorang wanita, biasanya Dia yang selalu memutuskan hubungan secara tiba-tiba, tentu setelah apa yang Ia inginkan tercapai.

         " Sayang, kamu dengerin aku dulu. Aku tidak bersalah, kenapa kamu putuskan aku begitu saja hanya karena wanita itu. " Tanya Daren.

" Oh jadi kamu benar-benar mengira aku ini bodoh Daren, baiklah biar aku jelaskan. Jelas- jelas Dia itu tidur bahkan setelah suara kita sekeras ini, dia masih tetap tertidur lelap. Lalu sekarang coba katakan padaku, bagaimana caranya Ia menggodamu. Apakah dia yang menghubungi mu dan meminta mu untuk datang kemari. Soal mengapa aku lebih percaya padanya di banding brandalan gila seperti mu, jelas- jelas aku lebih percaya dia karena dia adalah sahabat ku. Aku lebih tau dia di bandingkan dengan siapapun. Jadi sekarang aku minta padamu, pergi dari sini. Kita putus, jangan pernah tampakan wajahmu itu padaku. "

Daren benar-benar kaget, Ia tidak menyangka akan di putuskan begitu saja. Akhirnya Ia pun merasakan bagaimana korban- korban nya yang dulu pernah Ia putuskan secara sepihak.

        " Tanggu apalagi Daren, apa perlu aku panggilkan warga agar mengusir mu dari sini. " Ancam Mega karena melihat Pria itu masih betah berdiam diri disana.

Daren mengepalkan tangannya, meskipun tidak terima dengan semua perlakuan Mega namun Ia pun terpaksa harus pergi daripada warga mengeroyok nya.

       " Hei tunggu. "

Daren menyunggingkan senyum karena Mega menghentikan langkah nya yang sudah hampir mencapai gagang pintu.

          " Apa, kamu pasti nyesal kan ngusir aku. Makanya jadi perem.....

" Cukup, jangan lupa. Bawa bajunya sekalian, jangan sampai kamu benar-benar di gebukin warga karena di kira orang gila baru. "

Mendengar ucapan Mega, Daren melihat dirinya sendiri. Benar saja, saat ini Ia memang tidak mengenakan pakaian bagian atas nya. Bahkan pakaian bawahnya pun sudah tidak beraturan lagi, kancingnya sudah lepas dari tempatnya seharusnya.

Daren kembali ke dalam kamar, mengambil baju yang sebelumnya Ia lempar begitu saja.

Daren masih sempat melirik sekilas ke tempat tidur dimana Rani masih nyenyak di alam mimpi.

Sampai di luar Daren kembali mengepalkan tangannya, menoleh ke arah rumah yang baru saja Ia tinggalkan.

Amarah masih membara di hatinya karena di putuskan secara sepihak dan juga hasratnya yang tadi belum sempat tersalurkan.

Meskipun begitu Ia tetap malu karena kebodohan yang Ia lakukan tadi.

Mega menutup pintu ketika Daren sudah meninggalkan rumahnya, Ia melangkah masuk ke dalam kamar.

          " Alhamdulillah Ran, akhirnya kamu kembali. Maafkan aku, hampir saja kamu mendapatkan hal buruk. Andai aku tadi telat sedikit saja, aku tidak ingin membayangkan apa yang akan dia lakukan padamu. " Batin Mega dengan wajah sendu.

Ia menatap wajah cantik sahabatnya itu, setelah nya Mega memutuskan membersihkan diri. Hari ini Ia benar-benar lelah.

Rani membuka matanya perlahan, menatap langit- langit. Ia bangun perlahan karena melihat di luar mulai terlihat gelap.

Mega tersenyum melihat Rani keluar dari kamarnya.

       " Eh kamu sudah pulang Mega. Maaf, aku ketiduran tadi. "

" Tidak apa- apa Ran. Oh ya, kita makan yuk, atau kamu mau mandi dulu. " Tanya Mega.

Rani menggeleng pelan dan menarik kursi untuk duduk. Sayang nya perutnya langsung mual ketika melihat hidangan yang tersaji di atas meja.

Ia bergegas lari ke kamar mandi, menumpahkan hampir semua isi perutnya. Mega yang khawatir pun menyusul sahabatnya itu.

        " Ran, kamu nggak apa- apa kan. " Tanya Mega, dari suaranya Ia terdengar benar-benar cemas.

Setelah beberapa saat Rani keluar dengan wajahnya yang pucat, Mega menuntun Rani untuk duduk di sofa.

" Kamu kenapa Ran, apa ada sesuatu yang.... .

Ucapan Mega terhenti karena Rani langsung memeluknya, terdengar isak tangis sahabatnya itu.

Mega memberi waktu untuk sahabatnya itu tetap memeluk nya, mungkin dengan sebuah pelukan Rani bisa merasa sedikit tenang.

Rani mengurai pelukan nya dan menunduk, Mega menunggu Rani dengan sabar. Ia tidak ingin memaksakan wanita itu untuk menceritakan apa yang saat ini mungkin menjadi beban pikiran nya.

" Mega, aku tidak sedang baik- baik saja saat ini. Aku..... aku ha.... hamil. "

Ucap Rani dengan suara bergetar, Mega sangat terkejut mendengar itu namun Ia berusaha bersikap tenang.

" Aku hamil anak Pria itu dan sekarang aku tidak tau harus bagaimana Mega, aku tidak mungkin menemuinya dan mengatakan semuanya. Kamu tentu tau apa yang akan terjadi. "

Mega meraih tangan Rani dan mengelus nya perlahan, Ia harus memberi kekuatan pada Rani agar sahabatnya itu kuat dan tidak merasa sendirian di tengah dunia yang kejam ini.

...****************...