Mengubah Takdirku

Suasana di dalam ruangan kembali hening. Beberapa saat kemudian, seorang pria yang mengenakan jas dan memakai pin manager berjalan menghampiri Leon.

"Tuan, kuberi empat ratus ribu, coba pergi saja ke toko mobil di seberang dan bercanda dengan mereka." Setelah mengatakannya, manager itu benar-benar mengeluarkan empat ratus ribu.

Manager itu tidak percaya orang yang mengendarai sepeda listrik bekas bisa membeli mobil BMW seharga satu miliar. Orang ini pasti datang untuk bercanda dengan mereka.

Leon menggelengkan kepala. Dia merasa tidak perlu banyak bicara lagi, jadi langsung berbalik dan pergi.

"Kak Ridho, tunggu sebentar. Biarkan pelanggan memilih dulu. Aku saja yang melayani dia." Wanita berambut panjang itu berkata sambil mendekati Leon.

Beberapa sales sudah tertawa mengejek. Mereka tidak akan melakukan yang sia-sia seperti itu. Meskipun mereka bisa mendapatkan bonus banyak dari penjualan satu mobil, tidak mungkin mereka bisa mendapatkannya dari Leon.

Leon yang awalnya sudah berjalan ke luar, kembali menoleh pada karyawan wanita itu. Kemudian, Leon mulai memilih mobil setelah mendengarkan pengenalan dari wanita berambut panjang itu.

"Mobil ini boleh juga." Leon melihat mobil dengan model atap terbuka, BMW seri dua yang harganya kira-kira sembilan ratus juta. Meskipun Leon hanya mencari mobil yang bisa dikendarai, Aurel seharusnya suka dengan model seperti ini.

"Penilaian tuan memang bagus. BMW seri dua dengan atap terbuka ini sangat disukai oleh anak muda, harganya juga cocok dan nyaman saat dikendarai," ucap wanita cantik itu sambil tersenyum. Leon mengangguk. Dia pun menyentuh pintu mobil itu, rasanya memang lumayan.

"Ehm, Tuan...." Ketika melihat Leon ingin membuka pintu mobil, wanita itu memanggil dengan tidak enak hati.

"Ada apa?" Leon menyentuh gagang pintu mobil, kemudian menoleh ke arah wanita berambut panjang itu.

"Mobil ini sudah.... "

"Gila! pengemis dari mana ini?" sebelum wanita itu selesai bicara, terdengar suara dari luar. Semua orang menoleh ke sumber suara. Disana sepasang pria dan wanita yang berpakaian rapi berjalan kemari dengan marah.

"Ehm, Tuan Rudianto, Nyonya Desi!" Wanita berambut panjang itu segera memanggil dengan cemas. Beberapa sales di ruangan itu langsung senang begitu melihat adegan ini.

"Wenny ini benar-benar lucu, dia mau saja melayani pelanggan yang tidak diterima. Dia pikir dia siapa? Sekarang sudah dapat balasannya, 'kan? Dia pikir dirinya hebat, serba bisa. Nyonya Desi ini pemarah, kita lihat saja bagaimana nasib Wenny kali ini."

Nyonya Desi berjalan kemari dengan sepatu hak tingginya, kemudian mendorong wanita cantik itu. Setelah sampai di depan mobil, Nyonya Desi langsung mendorong tangan Leon.

"Ada apa dengan toko kalian? Mobil yang sudah kami pesan bisa-bisanya dipegang oleh pengemis. Astaga, menjijikkan sekali. Ini adalah mobil baru kita!" Nyonya Desi berteriak dengan marah, sementara Tuan Rudianto mengerutkan dahi sambil menatap Leon dengan tidak senang.

"Tuan Leon, mobil ini memang sudah dipesan oleh Tuan Rudianto...." kata Wenny dengan pelan. Leon melirik mereka berdua dengan ringan, lalu dia berkata, "Kalau begitu aku pilih yang lain saja."

"Kamu mau mengganti yang lain? Apakah kamu pikir kamu sedang membeli sepeda? Ini adalah showroom mobil BMM! Memang kamu mampu?" Nyonya Desi tertawa ketika mendengar perkataannya. Leon mengabaikannya, lalu berbalik dan berjalan ke samping.

"Berhenti! Mau pergi begitu saja setelah menyentuh mobil kami?" Nyonya Desi melangkah maju untuk menghalangi jalan Leon.

"Minggir, jangan mencari masalah," kata Leon setelah melirik Nyonya Desi dengan ringan.

Nyonya Desi tertegun sejenak, kemudian tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, "mencari masalah? Aku akan mencari masalah denganmu hari ini!"

"Tanganmu yang kotor seperti tangan pengemis itu sudah menyentuh mobilku dan kamu malah mau pergi begitu saja? Masalah ini belum selesai!"

"Mobilmu? Kalau ini mobilmu, kenapa kamu tidak membawanya pergi?" Leon mengerutkan alisnya. Dia tidak ingin membuat keributan di sini, tetapi wanita ini terlalu agresif.

"Tuan Leon, Tuan Rudianto sudah membayar uang jaminan, jadi mereka memiliki hak pertama untuk membeli mobil ini," jelas Wenny.

"Apa kamu mendengarnya? Hak pembelian pertama! Itu adalah hak istimewa yang tidak akan bisa dinikmati oleh pengemis sepertimu!" Nyonya Desi menatap Leon dengan dominan.

"Aku memang tidak perlu hak pembelian pertama ini, karena aku telah membeli mobil ini," kata Leon sambil tersenyum tipis, lalu menatap Wenny. Karena Nyonya Desi bersikeras untuk berdebat dengannya, maka Leon tidak keberatan untuk memberikan pelajaran kepada wanita ini.

Nyonya Desi tertawa, "kamu pikir kamu siapa? Kami telah membayar uang jaminan, apakah kamu mengerti apa itu uang jaminan? Mobil ini milik kami, hak apa yang kamu miliki untuk membelinya? Bahkan kalau kami mengalah padamu, apakah kamu mampu membelinya? Jangan-jangan kamu akan menjual ginjalmu untuk membeli mobil ini?"

"Uang jaminan bukan uang muka. Kamu mungkin sudah salah memahami surat perjanjian." Leon tersenyum meledek.

"Pergilah, dasar pengemis. Kamu pikir kamu siapa?" teriak Nyonya Desi dengan marah.

"Nyonya Desi, yang dikatakan tuan ini memang benar. Uang jaminan berbeda dengan uang muka. Uang muka adalah penentuan sah transaksi, sementara uang jaminan hanya dapat dianggap sebagai reservasi. Setelah membayar uang jaminan, kamu dapat mengambil mobil setelah melunasi pembayarannya, tapi dealer mobil kami juga memiliki hak untuk menjualnya sebelum kamu membayar dan mengambil mobil tersebut. Ini semua sudah ditulis secara rinci di atas surat perjanjian," jelas Wenny dengan sopan kepada Nyonya Desi.

Pria dan wanita itu sedikit terkejut, mereka segera mengeluarkan surat perjanjian pemesanan mobil lalu memeriksanya. Memang benar seperti yang dikatakan Wenny.

"Jadi, apakah kalian akan membayar sisanya sekarang?" Leon memandang mereka berdua dengan tatapan lucu. Ekspresi mereka tampak sedikit malu. Sisa harga yang harus dibayar masih ada tujuh ratus juta, bagaimana mungkin mereka bisa mengeluarkannya dengan begitu mudah?

"Bi.... Bisakah kami membayar dua ratus juta uang jaminan lagi atau mencicilnya?" tanya Tuan Rudianto kepada Wenny.

Sebelum Wenny berbicara, Leon langsung berkata dengan santai, "Sudah tidak ada kesempatan. Aku mau mobil ini, aku akan langsung melunasinya."

"Kamu! Pengemis seperti kamu bisa melunasi mobil ini?" Tuan Rudianto tidak bisa menahan diri lagi, dia melangkah maju kemudian menunjuk Leon sambil berteriak. Nyonya Desi juga terus mencibir. Meskipun mereka tidak bisa melunasinya, mereka bisa membayar setengahnya.

Sedangkan Leon yang berpakaian seperti seorang pengemis, bisakah dia membeli mobil BMW seharga ratusan juta? Staff penjualan lainnya dan manager penjualan dealer mobil sedang memandang mereka dalam diam. Kalau orang seperti Leon mampu membeli mobil mewah ratusan juta, maka penjualan dealer mobil mereka akan berlipat ganda.