NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Azzam berjalan di belakang umi yang akan menyusulkan resep obat ke Anna. Dia mengerutkan kening karena mendengar suara Anna yang memanggil seseorang.

Lelaki itu melihat sekeliling dan menemukan Anna, menyadari bahwa wanita bercadar itu berdiri di depan seorang lelaki dengan tatapan yang membuat hati Azzam menjadi panas. Tangan Azzam tertahan umi.

"Mengapa kamu di sini .... ?" Anna menggantung pertanyaan di udara.

"Kamu .... " Alam tertawa pelan. Melirik netra hazel dengan kelopak mata bergetar.

Anna menyadari bahwa Alam memperhatikannya dengan seksama. Itu sangat mengaduk-aduk apa di dalam dadanya, membuat Anna ingin jatuh ke tanah.

"Ini rumah sakit, semua orang ke sini dan tentu. Ah!" Alam merangkul bahu wanita di sisinya yang lebih tinggi dari Anna. "Istriku, Aram Adinda Dirgantara."

"Aram ... "Aram mengulurkan tangan dan senyuman dengan satu sudut bibirnya.

Ana menatap netra kuning wanita bernama Aram lalu menjatuhkan pandangan dan melihat perut besar di balik tunik hijau botol yang dielus itu. Ingin menertawakan situasi ini. Dia ingin banyak bertanya pada lelaki itu, tapi dia lupa segalanya.

"Tunggu di sini sebentar saja ya?" ucap Alam terdengar begitu lembut dengan kepala di depan Aram. Lelaki itu terdiam sejenak setelah Aram mengangguk, mendorong Anna dengan punggung tangan , meraih tangannya dan membawa ke suatu tempat.

"Kejar Nak Azzam, dia mantan Anna!" geram Sarah dan sebenarnya Azzam sudah melangkah tetapi langkahnya pelan karena tertahan genggaman umi. Baru setelah itu dia berjalan cepat mengikuti Anna. Mantan? Mantan seperti apa yang membuat Anna menatap lelaki itu sampai sebegitu nya!

Anna menatap Mas Alam yang rambutnya semakin pendek, tulang pipinya sedikit menonjol, tulang bahunya juga sedikit menonjol dari balik kemeja stelan bisnis. Dia menjatuhkan pandangan dan melirik obat di tangan lelaki itu, tadi petugas itu memanggil nama lengkap pria ini.

Alam menarik plastik obat ke belakang. Dia berkedip berulangkali mengamati wajah yang terhalang kain hitam. Alis indah tebal itu tertutupi. Hanya terlihat mata hazel itu tetapi suaranya yang serak dan sedikit cengeng, mudah ia kenali. "Lihatlah cara berpakaianmu sekarang? Kau semakin aneh."

"Mas! Anna berpakaian seperti ini agar tidak ada yang mengganggu Anna lagi? Mas batalin pernikahan kita, Anna jadi bahan olokan laki-laki! Mereka semakin berani dan berbuat tidak baik pada Anna? Inilah satu-satunya yang bisa menyelamatkan Anna dari mereka!"

Anna teringat bagaimana lirikan para pemuda yang dilewatinya. Bahkan saat dia hanya berhijab sering mendapat siulan dan lirikan tak senonoh dari para pemuda. Belum lagi kalau jalannya dihalangi dia ingat lututnya gemetar dan merinding seakan hal buruk akan terjadi padanya.

Waktu setelah magrib adalah yang terburuk, dia benar-benar trauma karena sering diganggu, diincar. Dikejar gerombolan anak nongkrong sampai dia jatuh keseleo di aspal dan mereka makin tertawa menawarkan bantuan dengan cara genit menjijikkan bahkan memperagakan hal tak senonoh. Ada dari mereka hampir menurunkan sesuatu dari celana preman itu untung ada klakson panjang dan ternyata tetangganya yang lewat dan memintanya untuk segera membonceng.

Alam melihat bahu Anna yang gemetar, tangannya makin terkepal.

Anna melihat keringat mulai bercucuran di wajah Alam terutama leher padahal tadi tidak ada. Apa yang membuat lelaki itu begitu marah, seharusnya justru dia yang begitu marah. Bodohnya marahnya Anna seperti lenyap begitu saja saat melihat ketidaknyamanan di wajah lelaki itu.

Alam memillin pangkal hidung dengan kepala terpejam sambil berbicara, "Lain kali kalau bertemu aku pura-pura saja kita tidak pernah kenal Ann."

"Kenapa?"

"Saya tidak bisa, saya sudah memiliki istri. Calon anakku telah berumur 7 bulan."

Tubuh Anna bergetar akan jatuh. Matanya menatap kosong dada Alam yang dulu sering ditatapnya dan diangan-angankan akan menjadi tempat bobonya setiap malam. Semua itu langsung sirna. "Kalau aku tidak mau?"

Tangan Alam menjauh dari wajahnya. Diam dengan tajam matanya menatap Anna. Perlahan bergetar seluruh tubuhnya. Kini dia memijat kening, mual menyelimuti perutnya. Dia kemudian menyeringai dan memasukan kepalan tangan ke dalam saku.

"Kau gila?" suara Alam disertai geraman. Keringat dingin memenuhi telapak tangan saat sakit kepala hebat melandanya hingga dia sering terpejam. "Kau menjijikkan! Pakaianmu.... " katanya berungkali tak fokus . "Kau kira ini arab?"

Anna terluka oleh ejekan itu. "Kan sudah bilang, banyak yang menggangguku, Mas!"

Alam mengatupkan bibir. Mulutnya terasa kecut dan dadanya mulai bergemuruh. Jangan mempersulit. "Kau tidak tahu!" teriak Alam dengan mata merah dan nafas ngos-ngosan.

Anna menatap Alam tanpa berkedip, melihat dengan hati-hati, di mata silver itu dia membaca gerangan apa yang membuat lelaki itu marah.

"Iya! Aku memang tidak tahu. Kita melakukan persiapan pernikahan kita dengan baik ternyata waktu itu Mas mengkhianatiku?" senyuman gila yang mengembara di wajah Anna di balik cadarnya, dan tatapannya diarahkan seperti panah tajam.

Alam menelan ludah dan menatapnya.

"Bagaimana kamu bisa begitu kejam?" Anna melihat tatapan Alam yang benar-benar tak tertembus. "Bagaimana kamu bisa tega menyakiti aku, Mas?"

"Jangan menyanjung dirimu ya? Kamu tak punya nilai di mataku!" Jantungnya seperti mau rontok, melihat embun bening langsung menggenangi mata hazel. Dia tertunduk dan menggelengkan kepala dengan berat.

"Kamu membuatku mual, menyingkirlah," geram Alam mencengkram bahu itu dengan satu tangan. Namun, tangan kanannya itu gemetaran karena Anna menjadi kurus, membuat gemetarnya makin lama makin hebat sampai mata Anna menatap nyalang pada jemarinya.

"Mas, kamu kenapa! Tanganmu pucat banget!" Anna belum pernah mendapati tangan itu sedingin itu kecuali saat kehujanan bareng. Lagi pula tangan itu makin kurus. Ana mulai mencerna obat atas nama Rustam Alamsyah. "Kamu sakit apa Mas?"

"Bodoh!" Alam mendorong Anna dengan keras, kenapa malah mengkhawatirkannya.

"Alam Sayang?" suara wanita itu begitu lembut mengiris hati Anna.

Dua pasang mata bergegas ke arahnya. Mata hitam jelaga Azzam dan mata kuning wanita itu.

"Tidak lagi ada yang penting kan Sayang. Kita ada kelas antenatal lho!"

Bibir Anna berkedut mendengar kelas dengan tujuan membekali calon orang tua dengan semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan kelahiran anak.

"Anna, ayo obatnya ditunggu," ucap Azzam lembut pada Anna yang tak mau beranjak dan masih menatap suami orang itu.

"Oh, dia menendang saya, Alam!" Aram menarik tangan suami untuk langsung meraba perutnya.

Mata Anna melebar karena terkejut, dia menaikkan pandangan melihat Alam yang baru lima langkah darinya. Tubuhnya terguncang menyaksikan tangan Alam di perut wanita itu.

Anna menyingkirkan tangan Azzam darinya, hal itu sedikit ditangkap ekor mata Alam. Raganya didekat istrinya, tetapi Alam terus mencerna siapa bule itu.

"Abi sedang sakit, Mas," lirih Anna yang didengar Alam.

Lelaki itu berbalik melihat Anna sesenggukan, tangannya terkepal.

Anna merasa entah mengapa dirinya tak tahu diri, masih saja meminta kepedulian dan perhatian yang dulu kerap dia dapatkan . Dia merasa gila padahal tahu di depannya ada istri Mas Alam. Tapi sulit sekali dia mengendalikan lidah, seakan-akan itu bukan menjadi anggota tubuhnya. Dia menempel lidah itu ke langit mulut menahan untuk tidak memohon lagi.

"Bukan urusanku!" Mata Alam berubah nyalang dan mata Anna tercengang, dadanya terguncang.

"Tentu ada Mas! Aku dan Abi kena TBC. Paru-paru Abi diangkat sebagian. Abi sering kedinginan karena tinggal di gubuk ... pinggir sungai yang kumuh!" teriak Anna membuat netra silver Alam bergetar. "Ini semua gara-gara kamu, keluargaku menderita Mas!"

Manik silver Alam menyipit tak mempercayai apa yang didengarnya.

Mata Istri Alam membola dengan bibir terkatub dengan tangan terkepal.

Kepala Alam cenut-cenut. Dia berkedip berulang kali agar tak ceroboh. "Apa hubungannya denganku, Anna?"

"Kami diusir dari rumah oleh rentenir! Karena pinjaman Mas itu tidak dikembalikan. Kenapa Mas juga bawa kabur uangnya!"

Keheningan memenuhi lorong.

"40 juta itu yang harus mas bayarin buat gedung dan katering? Apa Mas pake buat nikah sama dia?" Anna menunjuk sambil mendekat dengan aura kebencian.

Istri Rustam melirik samping seolah-olah ikut mencerna apa yang baru didengarnya.

"Ayo Alam, pergi dari sini!" Istri Rustam menarik lengan suaminya. "Apa yang kamu katakan penuh kebohongan! 40 juta apa lagi? Mimpi di siang bolong kamu?"

"Darimana kamu tahu aku bohong? Kamu bahkan tak tahu apa-apa!" Anna mencekal lengan wanita itu dengan keras , tatapannya begitu tajam.

Rustam langsung melepas pegangan Anna. Namun, sekuat-kuatnya lelaki itu mencoba melepaskan cengkeraman tangan Ana yang berubah kemerahan, usahanya sia-sia.

Alam menarik kuat jemari Anna, semakin kuat Anna menahan tangan Aram yang meringis kesakitan.

"Sejak kapan kamu mengenal Mas Rustam? Padahal di pernikahanmu itu dua minggu lalu perutmu belum besar!"

Mata Rustam lagi-lagi dibuat membola, tercengang apa Anna tahu pernikahannya. Seberapa jauh?

"Dia telah menjadi kekasihku selama tiga tahun sebelum akhirnya memutuskan ke jenjang serius. Aku dan dia bersiap selama tiga bulan. Katering dan gedung sudah dibayar. Tiba-tiba dua minggu sebum hari H. Justru dia membatalkannya dan menghilang dengan uang gedung yang belum dibayarkan! Eh, ternyata untuk menikahimu?"

"Cukup Anna!" bentak Rustam disela tangisan Anna yang mulai pecah histeris.

Damar yang baru datang, melewati pintu masuk. Dia melihat Anna, berniat akan memanggil, tetapi tatapan wanita itu penuh luka. Lelaki chindo menyentak tangan Anna yang akan menampar seorang perempuan.

Anna menganga sakit tak terkira melihat perempuan itu yang kini dibawa ke dalam pelukan Alam. Dia sungguh menangis darah. WalLahi. WalLahi. Sakitnya. Dia menatap kosong tangan Alam dengan air mata bercucuran. Tangan Alam yang dulu berlaku lembut padanya kini telapak itu mengarah ke wajahnya.

Damar berlari menarik Anna. Azzam melongo saat menghalangi tangan pria itu karena Anna jatuh ke dalam pelukan Damar.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!