NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Penyerangan!

Manusia tidak pernah tahu bagaimana nasibnya ke depannya. Ada yang hari ini bahagia, tiba-tiba dilanda musibah keesokan harinya. Begitupun sebaliknya.

Dunia memang menyimpan banyak misteri. Itulah mengapa kita mati senantiasa mendoakan diri ini, agar terjauhkan dari hal-hal yang tidak diingini.

Di bandara.

Hendrik ketara menitikkan air mata haru kala mengantar ibundanya tercinta untuk kembali pulang ke kediamannya di Bali.

Setelah berminggu-minggu lamanya tinggal bersamanya, sudah tiba waktunya bagi sang ibunda untuk kembali pulang ke tempat tinggalnya tercinta.

"Mama, hati-hati disana."

"Jangan nakal dan terlalu banyak bergaul."

"Awas aja nanti kalo mama ketahuan jalan bareng om-om." Gerutu Hendrik kepada Viola, yang melayangkan kedua tangan menguyel-uyel pipi anak kesayangannya yang garang diluar, manja didalam.

"Ututu. Justru mama yang mengkhawatirkanmu."

"Tolong ya. Embat Ayuma secepatnya."

"Mama pengen kalian nikah dalam waktu dekat!"

"Titik!" Tegas Viola, melempar tatapan tajam ke Yoga.

"Awasi dia terus ya!"

"Jangan sampai main sama wanita lain kecuali Ayuma! Paham?!" Gertak Viola, reflek membuat Yoga memberikan hormat dan berdiri tegap seraya mengucapkan, "siap laksanakan, ndoro!"

"Hung! Bagus!" Viola berbalik menatap Hendrik.

"Kalau begitu mama balik dulu ya."

"Jaga dirimu baik-baik." Tutup Viola yang telah berminggu-minggu tinggal bersama Hendrik. Ia berbalik badan, melangkahkan kaki gembira menuju ruang tunggu penerbangan.

Sedangkan dari belakangnya, Hendrik tampak tersedu-sedu seolah tidak bisa jauh dari sang ibu.

"Tuan---" Ujar Yoga mengulurkan tissue, yang dalam sekejap mata dimuncratkan ingus oleh Hendrik.

Hufffttttt!

"Ayo kita kembali ke kantor."

"Aku mau menelpon Ayuma."

"Aku merindukannya." Titah Hendrik tersengut, akibat hidungnya yang tersumbat lendir ingus.

"Sudah kudugong. Cepat atau lambat----"

"Tuan pasti membucini nona Ayuma." Batin Yoga merengah nafasnya.

Klotak... Klotak... Klotak.

Mereka lantas berjalan beriringan, segera meninggalkan bandara.

Pada waktu bersamaan---

Bruuummmm.

Ayuma tampak mengemudikan mobilnya menuju ke kediamannya, untuk kembali sebentar mengambil dokumen-dokumen perusahaan yang tertinggal didalam kamarnya.

"Tck! Kenapa mesti lupa sih?!"

"Kan jadi tertunda meetingnya." Celetuknya mengocehi diri sendiri. "Mana bentar lagi, udah mau jam lima."

Ayuma membuang fokusnya menatap jam tangan lalu mengalih sekejap ke cincin berlian indah yang melintang di jari manis kirinya. Pemberian Hendrik pada malam setelah night party'nya terselesaikan.

Ayuma bernostalgia.

Trapppp.

Hendrik memasukkan cincin itu ke jari manis Ayuma, tanpa seizin darinya.

"Ap.. Apa ini??" Tanya Ayuma terheran. Menurunkan sorot mata, memandangi cincin berkilauan yang melingkari jemarinya.

"Hadiah."

"Itu sebagai pertanda bahwa kau adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah, dan ditakdirkan untukku seorang." Lirih Hendrik, menyentuh lubuk hati Ayuma. Betapa romantisnya dia.

"Ta.. Tapi ini mahal."

"Aku takkan mungkin memakainya kemana-mana. Takut hilang." Sahut Ayuma, gugup.

"Hahaha. Tidak masalah."

"Yang penting kau menerima pemberianku dengan setulus hati." Timbrung Hendrik.

"Ayuma."

"Aku mencintaimu."

"Terimalah cintaku." Lagi-lagi Hendrik menguntaikan kalimat, yang meleyotkan Ayuma.

Ayuma salah tingkah dan terkalang-kabut.

"Ahaha. Tu.. Tuan Hendrik, Aku----"

"Shuuhh." Hendrik mendaratkan telunjuknya menempeli bibir Ayuma yang belum selesai bicara. "Tidak usah dijawab sekarang. Aku mengerti ini cukup mendadak untuk dibicarakan. Tapi tenanglah. Aku akan memberimu kesempatan untuk mengambil keputusan."

"Tolong jangan kecewakan aku Ayuma."

"Aku sudah benar-benar berharap." Tutup Hendrik, yang menyadarkan Ayuma dari lamunannya.

Ia seketika bergeleng kepala dan tersadar kalau sekarang ia tengah berkendara. Ayuma mendecih.

"Cih! Ayuma Ayuma. Bisa-bisanya kau tiada henti-hentinya memikirkan dia." Ayuma termenung sesaat lalu setelahnya menjawab sendiri ocehannya. "Yaialah! Orang dia tampan. Kyaaaa!!" Celetuknya bertingkah-tingkah.

Ia tidak tahu-menahu bahwa di perempatan sana, seorang pengemudi truk dan satu orang lainnya yang bertampang seram-seram, terlihat sedang memantau serta menunggu kedatangan mobil Ayuma dari arah kiri mereka.

"Bagaimana? Ada tanda-tanda pergerakannya?" Tanya pengemudi truk, kepada temannya yang terpantau celingak-celinguk.

"Ahh! Itu dia!!" Teriak si pemantau, menemukan mobil Ayuma sesuai plat yang tertera di selembaran kertas ditangannya, tertentang melajukan mobilnya.

Sementara Ayuma, dengan santainya mengemudikan mobilnya tanpa perasaan was-was.

Ayuma kelihatan merogoh-rogoh sakunya, mengambil ponsel. Dan sialnya benda tersebut jatuh bawah tepat disebelah pedal gas mobil.

Bruuuk.

"Haigggh! Sialan. Mengapa harus jatuh sih?!!" Celoteh Ayuma, menurunkan sebelah tangannya dan memiringkan badan 180 derajat demi meraba-raba bagian bawah di sekitaran kakinya, berharap bisa menggapai handphonenya secepatnya.

"Tck! Mana sih?!!" Namun saat dia reflek melempar pandangannya ke bawah dan kendali kemudinya mulai tidak searah---

Tiba-tiba----

Bruuuummmm.

Sebuah mobil truk besar melaju kencang ke arahnya, dan Ayuma seketika menoleh terperangah!

Tidak sempat mengendalikan laju kendaraannya, mendadak mobil Ayuma tertabrak lalu terpental, sehingga oleng ke sembarang arah!

Ckittttt!! Bruaaaakkk!! Bruuuum. Gedubrak!!

"Arggghhh!!" Teriak Ayuma yang terambau menabrak pohon, dan posisi mobilnya pun langsung menjungkir terbalik ke samping!

Wusssshhhhh. Tiu Tiu Tiu Tiu.

Asap mengepul keluar dari mobil Ayuma dan alarm mobilnya menggema.

Didalam sana terdapat Ayuma, yang berlumuran darah dan terbaring lemah tanpa tenaga.

"Eughhh. To... Tolong---" Lirih Ayuma mengulurkan tangannya ke jendela mobil, tidak kuasa meneriaki pertolongan. Matanya sayu dan nafasnya terenguh.

Kedua pria yang sedari awal kedapatan mengawasi hingga dengan nyali besar menabraknya tanpa berpikir panjang, muncul menghampiri Ayuma.

"Hahahaha! Dia masih hidup!" Cerca salah satunya, melebarkan senyuman jahat.

"Bagus. Sebelum ada yang melihat----"

"Kita bawa dia menghadap boss sekarang." Sahut yang satunya, terkekeh kejam.

Ayuma cuma bisa terdiam. Separuh tenaganya habis terkuras. Darah yang dikeluarkannya terlalu banyak. Sehingga perlahan-lahan dia menutup kedua mata dan kehilangan kesadaran.

"Sialan... Apakah ini akhir dari segalanya?"

"Badanku terasa ringan."

"Apakah sebentar lagi aku akan ke surga."

"Padahal aku belum sepenuhnya membalaskan dendam."

"Oooh ibu."

"Sepertinya sudah waktunya kita kembali berjumpa."

"Tunggu aku."

Batin Ayuma, sebelum pada akhirnya ia benar-benar memejamkan mata.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

PT. Hen Futures.

Ruang CEO.

CRANKKKK!!

Hendrik tidak sengaja menjatuhkan gelas kopinya.

"Auggghhh!! Shhhhh!!" Hendrik mendesis. Sebab air kopi yang masih panas tersebut, tumpah melumasi pakaiannya dan membuat kulit perutnya melepuh perih.

Mendengar pekikan dari dalam ruangan pribadi tuannya, Yoga cepat-cepat mengecek keadaan Hendrik.

Tap... Tap... Tap.

Cekrik.

"Tuan!" Terobos Yoga membuka pintu dan memasuki ruangan. Ia mendapati Hendrik tengah mengelap-elap bajunya yang menghitam akibat tumpahan kopi, sambil merintih sakit.

Yoga membelalakkan mata!

"Tuan! Anda tidak apa-apa?" Tanyanya menghampiri Hendrik yang meringis.

Hendrik menggeleng. Tetapi raut wajahnya cemas.

"Aku baik-baik saja."

"Cuman----"

"Sedari tadi perasaanku tidak enak."

"Aku tidak pernah seteledor ini sebelumnya."

"Tumben-tumbenan aku begini." Jelas Hendrik, mendadak menitikkan air mata.

Yoga menganga dan spontan menghunjuk pelupuk Hendrik yang berderai air mata, "tu... Tuan, anda----"

Hendrik menjamah wajahnya. "Ya."

"Ak.. Aku... Kenapa tiba-tiba-----"

"Menangis?"

Deggg!!

"Agghh! Dadaku juga sakit sekali." Dada Hendrik berdegup.

Kegelisahan beserta rasa cemasnya menumpuk.

Dan wajahnya memucat bak mayat hidup.

Bruuuuk.

Hendrik terhenyak duduk di kursinya.

Nafasnya tersengal dan ia memerintahkan Yoga.

"Cepat! Ambilkan aku air."

"Ada apa denganku hari ini?" Tutur Hendrik berusaha mengendalikan pompa nafasnya, yang entah mengapa tidak seperti biasanya.

1
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!