Dibesarkan dalam sebuah organisasi rahasia, membuat dua orang gadis dan dua orang pemuda tumbuh menjadi pembunuh berdarah dingin, masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda.
Chu Haitang adalah seorang dokter ajaib, dia menguasai berbagai macam pengobatan modern maupun tradisional.
Bao Yunceng adalah seorang ahli penempaan senjata, dia sangat lihai dalam membuat berbagai macam benda yang mematikan.
Liu Jinhong adalah seorang ahli strategi sekaligus ahli pedang, jurus-jurusnya terlihat sangat lembut, namun mematikan.
Rong Siyue adalah seorang ahli menundukkan binatang, dia sangat pandai dalam mata-mata dan menyusup.
Keempat orang tersebut dipertemukan pada saat berusia 5 tahun, mereka hidup sebagai saudara dan saling melindungi satu sama lain. Bekerja di bawah naungan seorang tuan yang misterius sekaligus kejam, membuat mental dan pemikirannya berbeda.
Bagaimana jika keempat orang tersebut mengalami perpindahan waktu? Masih bisakah mereka menjadi saudara yang rukun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZHAO ZHAN
Pembangunan rumah dilakukan oleh para pengrajin dibantu warga desa sekitar, jika biasanya mereka akan mendapatkan makan siang, namun Chu Haitang tidak melakukannya.
Setiap hari para pekerja akan mendapatkan 40 tael tembaga sebagai bayaran, mengingat di tempat lain gaji yang diberikan sebesar 30 tael tembaga. Chu Haitang sengaja melakukannya, karena dia tidak menyiapkan makan siang secara gratis, namun para pengrajin dan warga desa terlihat sangat senang, 10 tael tembaga cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya dalam beberapa hari.
Chu Haitang, Chu Wentian, Chu Yunling dan Liu Jinhong akan bergantian datang setiap harinya untuk memeriksa pekerjaan mereka, sekaligus mengatur jika ada yang tidak tepat.
Warga desa cukup kooperatif, mereka bekerjasama dengan sangat baik dan memenuhi keinginan dari keluarga tersebut, untuk menghasilkan rumah yang istimewa dan satu-satunya terbesar di seluruh desa Gujia.
Mereka bisa melihat gerobak sapi yang datang setiap hari untuk mengantarkan kayu maupun batu bata biru, tidak hanya dinding rumah, bahkan halaman depan juga akan menggunakan batu bata.
Warga desa terlihat sangat antusias, selama beberapa generasi tidak ada satu orang kaya pun yang tinggal di tempat mereka. Namun dengan kemunculan keluarga Chu, mereka yakin bahwa masa depan yang baik akan segera datang. Keluarga itu pasti akan memerlukan lebih banyak pekerja lagi, apalagi mereka memiliki 50 hektar lahan yang perlu direklamasi.
.
.
.
Seorang pemuda miskin dengan baju kasar dan bertambal duduk di atas batu besar sambil menikmati roti kukus yang sudah dingin, dia baru saja akan menyuapkan makanan ke dalam mulut, saat sebuah kereta kuda tiba-tiba saja terguling. Pemuda itu melompat dengan sangat cepat, dia membantu orang yang terjatuh sekaligus mengangkat kereta itu untuk kembali ke jalan besar.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya pemuda miskin itu, dia mengambil kembali roti kukusnya yang terjatuh di atas tanah, sambil meniupnya perlahan.
"Terima kasih, rotimu kotor. Bagaimana jika aku mentraktirmu makan sesuatu?" Chu Wentian menangkupkan tangan sambil bertanya.
Pemuda itu mengerutkan keningnya, "Tidak perlu, roti kukus ini masih bisa di makan."
Chu Wentian terdiam, pemuda di depannya benar-benar sangat menyedihkan. Dia mengingat kembali penampilannya beberapa bulan yang lalu, saat keluarga mereka masih dalam kondisi kekurangan.
"Namaku Chu Wentian, siapa namamu?" dia sengaja memperkenalkan diri terlebih dahulu, agar pihak lain mau menyebutkan namanya.
"Zhao Zhan," jawab pemuda itu dengan acuh tak acuh.
"Kau juga tinggal di desa Gujia?" tanya Chu Wentian, jika di lihat-lihat, sepertinya pemuda di depannya baru berusia 13 tahun. Tangannya kasar dan ada beberapa retakan di sana, masih ada sisa darah kering yang belum terhapus.
Zhao Zhan mengangguk, dia menunjuk ke arah gubuk bobrok tak jauh dari tempat itu, "Disana!"
"Baiklah, Zhao Zhan. Terima kasih banyak telah menyelamatkanku, jika kau memerlukan bantuan, datang saja ke keluarga Chu kami, di masa depan, kita akan menjadi tetangga." ucap Chu Wentian.
Zhao Zhan menganggukkan kepala, dia kembali duduk di atas batu besar. Chu Wentian masuk ke dalam kereta, dia melihat keranjang kain yang di bawa dari rumahnya.
"Masih ada panekuk telur dan nasi kepal, makanlah!" ucap Chu Wentian sambil menyerahkan keranjang miliknya, namun Zhao Zhan menggelengkan kepala.
"Tidak perlu, roti kukus ini cukup untuk mengisi perutku." jawabnya.
Chu Wentian tidak mengatakan apa-apa, dia kembali ke kereta dan melanjutkan perjalanan menuju kota kabupaten Gaosui, sementara Zhao Zhan menatap rumit pada keranjang kain di depannya.
Sejak dia datang ke tempat itu 3 bulan yang lalu, pemilik tubuh aslinya telah lama diabaikan oleh orang-orang. Dia dianggap sebagai pembawa sial, karena keluarganya meninggal saat terjadi bencana banjir. Dia yang saat itu baru berusia 8 tahun berhasil selamat dan hanyut, namun kedua orang tuanya terbawa arus, jasad mereka tidak ditemukan hingga saat ini.
Zhao Zhan tinggal sendirian di gubuknya, dia bertahan hidup dengan cara menggali sayuran liar ataupun berburu di hutan. Tiga bulan yang lalu, pemilik tubuh asli meninggal dunia karena kelaparan ditambah demam tinggi. Tidak ada satu orang pun warga desa yang datang untuk menjenguknya, dia di abaikan sejak lama.
Saat itu, Zhao Zhan yang baru melintasi dimensi masuk, dia menggantikan pemilik tubuh asli dan hidup dengan identitasnya. Zhao Zhan berusaha keras untuk mendapatkan makanan dan air, dia menyeret tubuh lemahnya ke sungai untuk mencari ikan.
Dia beruntung, seekor ikan gemuk muncul dan langsung tertangkap, sehingga bisa melanjutkan hidup hingga saat itu. Namun dia tidak pernah berinteraksi dengan warga desa dan lebih memilih untuk pergi ke gunung, berburu dari waktu ke waktu.
Zhao Zhan tidak dikenali, bahkan warga desa sudah melupakan nama pemuda itu. Dia tumbuh dengan hati yang dingin, tidak ada kehangatan sedikitpun di matanya.
.
.
.
"Kakak laki-laki, kenapa kau datang terlambat?" tanya Chu Haitang sambil melihat pakaian Chu Wentian yang kotor dan penuh debu.
"Baru saja, kereta yang saya gunakan tergelincir dan jatuh, untung seorang pemuda ada di sana dan menolongku." jawab Chu Wentian.
"Apakah kau baik-baik saja?" Chu Haitang memutar tubuh Chu Wentian dan memeriksanya.
"Tidak apa-apa, saya selamat." ucap Chu Wentian, namun kemudian dia mengingat Zhao Zhan dan menceritakannya.
Chu Haitang menahan nafas saat mendengar nama Zhao Zhan, mungkinkah dia pemuda yang sama yang di kenalnya di dunia modern?
"Dimana kakak bertemu dengannya?" tanya Chu Haitang, dia terlihat sangat penasaran.
"Ada apa? Apakah kau mengenalnya?" tanya Chu Wentian.
Chu Haitang menggelengkan kepala, "Aku tidak yakin, tapi jika dia benar-benar orang yang sama yang aku pikirkan, seharusnya dia juga murid dewa tua."
Chu Wentian mengerutkan dahi, "Bukankah dewa tua hanya memiliki 4 orang murid?"
Chu Haitang mengangkat kedua bahunya dengan acuh tak acuh, "Harusnya dia murid dari generasi yang sama dengan Jinhong, aku akan memeriksanya nanti."
Chu Wentian hanya mengangguk, dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
Sementara Chu Yunling baru saja kembali, awalnya dia ingin berjalan-jalan, namun sialnya gadis itu bertemu dengan beberapa orang gangster lokal. Dia masuk ke rumah dengan wajah yang pucat. "Adik, tempat ini tidak terlalu baik."
"Ada apa kakak?" Chu Haitang segera membantu gadis itu masuk, wajahnya bengkak, masih ada darah yang mengucur di sudut bibirnya.
"Aku hampir saja di tangkap oleh beberapa baj*ngan lokal," ucap Chu Yunling, dia masih sedikit ketakutan.
"Apakah mereka yang melakukan ini padamu?" tanya Chu Haitang. Chu Yunling menganggukkan kepala.
"Ya, beruntung ada seorang pemuda yang membantuku, dia membawa seekor rusa dan ingin menjualnya." jawab Chu Yunling, dia mengingat kembali penampilan pihak lain.
"Apa kau mengetahui nama pemuda itu?" tanya Chu Haitang.
"Ya, namanya Zhao Zhan, dia berasal dari desa Gujia." jawabnya.
Pei Yuwen terlihat sangat kaget, dia menatap penampilan putri tertuanya yang mengenaskan. "Yunling, apa kau baik-baik saja? Ibu akan menyiapkan air panas untuk mengompres wajahmu."
Chu Yunling menganggukkan kepala, sementara Chu Haitang bergegas mencari Liu Jinhong, mereka harus segera memverifikasi pemuda yang bernama Zhao Zhan itu.