Mantan Istri Sang Mafia

Elisa terdiam dengan mata yang terkejut, ia melihat sosok Raymond yang kini menatap acuh kepadanya.

"Kak, maksud mu apa?" Tanya Elisa dengan tatapan mata yang bingung dan kesal.

"Pergi, aku akan meminta Roni untuk mengantarmu kembali ke rumah mu. Dan setelah itu kau tidak perlu lagi tinggal di sini, dan tenang saja. Aku akan memberikan kompensasi kepada mu." Jelas Raymond dengan nada acuh.

Elisa menggelengkan kepalanya tak terima, "Enggak, aku enggak mau! Kenapa Kak Raymond jadi berubah seperti ini. Apa kau Raymond lupa jika aku telah menyelamatkan mu dulu." Elisa mulai menangis, kedua matanya mulai berkaca-kaca.

Yumna hanya diam dengan tatapan tak suka, "Dasar betina." Gumam Yumna yang tidak suka cara Elisa menangis.

Ia selalu ingat bagaimana cara Elisa membuatnya cemburu dan itu sering Elisa lakukan dulu, saat ia masih menikah dengan Raymond.

"Roni! Bawa keluar wanita itu." Usir Raymond yang mulai jengkel.

Roni langsung meminta dua anak buah Raymond untuk membawa pergi Elisa, wanita itu terus berteriak dan tak terima dengan perlakuan Raymond kepadanya.

Yumna terdiam dengan mata yang melihat Elisa, kini tatapan mata Yumna langsung tertuju pada Raymond yang hanya diam tanpa ekspresi sedikit pun.

"Oma, aku ingin pergi ke toilet dulu." Ucap Yumna, ia merasakan sedikit sakit di perutnya.

"Baiklah."

Yumna langsung buru-buru pergi ke lantai dua, lebih tepatnya ke kamar yang selalu Alesa siapkan untuknya. Saat membuka pintu kamar, Yumna buru-buru pergi ke kamar mandi.

Ia merasakan gejolak aneh ingin terus keluar dari perutnya, rasa mual tak tertahankan membuat Yumna terus muntah tanpa henti. Meski ia sama sekali tidak mengeluarkan sedikit pun makanan dari dalam perutnya.

"Arg.." Yumna merasa tubuhnya sangat lemas, ia duduk di kamar toilet dengan tangan yang mengelus perutnya.

Hingga pintu kamar mandi pun di buka secara perlahan, Raymond melihat Yumna duduk lemas di toilet.

"Kau kenapa?" Tanya Raymond heran, ia berjalan mendekat ke arah Yumna.

"Pergi, aku sedang tidak enak badan." Usir Yumna, ia merasa perutnya sangat mual.

"Bodoh!" Maki Raymond.

Pria itu menarik tangan Yumna dan menggendong tubuhnya keluar dari kamar mandi, "Jika kau sakit itu bilang! Jangan pura-pura menjadi wanita kuat." Omel Raymond yang langsung menidurkan Yumna di atas ranjang.

"Aku tidak sakit! Aku hanya masuk angin." Jawab Yumna dengan tatapan mata yang kesal.

Raymond terdiam sejenak, pria itu lalu beranjak pergi meninggalkan Yumna sendirian di dalam kamar. Yumna menghela nafas kasar, hingga tak beberapa Raymond kembali datang.

"Berbaringlah." Ucap Raymond.

Yumna yang duduk di tepi ranjang langsung mengerutkan keningnya, "Untuk apa?" Tanya Yumna.

"Untuk membelah perut mu, cepat berbaring." Ucap Raymond dengan nada sedikit memerintahkan.

"Dasar!" Maki Yumna yang langsung berbaring di atas ranjang.

Tanpa ragu Raymond membuka kancing baju Yuman dan membuat wanita itu berteriak, "Dasar cabul!" Maki Yumna kesal.

"Cepat lepaskan atau aku yang melepaskan nya." Ucap Raymond.

"Memangnya kau mau apa?" Tanya Yumna kesal.

"Aku ingin mengoleskan minyak kayu putih ke perut mu." Jawab Raymond.

"Dasar cabul! Hanya mengoleskan saja tidak perlu membuka baju segala." Maki Yumna kesal.

"Aku tidak suka, jadi cepat buka baju mu!" Perintah Raymond.

"Arg! Raymond gila! Raymond cabul! Raymond mesum!" Teriak Yumna kesal.

Tapi pada akhirnya Yumna berbaring dengan hanya menggunakan bra, ia memalingkan wajahnya saat Raymond mengoleskan minyak kayu putih pada perutnya.

"Aku juga bisa mengoleskannya sendiri!" Ucap Yumna kesal.

"Diam!" Jawab Raymond.

Pria itu terus mengoleskan minyak kayu putih secara lembut pada perut Yumna, "Sudah?" Tanya Yumna karena ia merasa Raymond terlalu lama melakukan kegiatan tak penting ini.

"Diam!" Jawab Raymond yang masih fokus pada kegiatannya.

Hingga akhirnya Raymond berhenti, Yumna langsung menggunakan pakaiannya lagi. Matanya menatap tak suka ke arah Raymond yang nampak santai.

"Bilang apa?"' Tanya Raymond dengan senyuman di wajahnya.

Yumna memicingkan matanya kesal, "Makasih!" Jawab Yumna dengan nada kesal dan tak tulus.

"Kau beristirahat saja di sini," Ucap Raymond yang melihat Yumna hendak bangkit.

"Tidak, aku harus pulang." Jawab Yumna dengan tegas.

"Kenapa kau sangat ingin pulang ke tempat kumuh itu?" Tanya Raymond dengan tatapan tak suka.

"Tentu saja karena itu rumah ku." Jawab Yumna.

"Tempat kecil dan sempit seperti itu kau bilang rumah? Sebaiknya kau tinggal dulu di sini." Jawab Raymond.

"Tidak usah repot-repot." Jawab Yumna, tapi saat ia hendak pergi Raymond langsung menahan tangannya.

Raymond menarik tangan Yumna dan juga memegang pinggang wanita itu, lalu membuat Yumna berada di atas tubuhnya.