Alvaro rela mengorbankan mimpinya untuk menjadi seorang polisi demi sang istri. Dia bekerja keras di siang dan malam untuk bisa membiayai kuliah sang istri, sehingga akhirnya sang istri diterima bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan raksasa.
Suatu hari, istrinya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut meninggal. Alvaro rela menggantikan istrinya sehingga dia yang dipenjara, mengakui kesalahan yang sama sekali bukan dia perbuat.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dan meninggalkan Alvaro yang telah banyak berkorban untuknya.
Setelah keluar dari penjara, Alvaro bekerja menjadi seorang detektif swasta, mengandalkan kemampuannya dalam mengungkapkan banyak kasus.
Alvaro tak pernah bisa melupakan bagaimana perlakuan buruk mantannya terhadap dirinya, Alvaro berjanji akan membalas semua perbuatan mantan istri dan selingkuhannya, sehingga dia memanfaatkan adik ipar sang mantan sebagai pion rencana balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Joana terkejut dengan gerakan tiba-tiba Alvaro, pria itu mencium bibir Joana dengan tempo yang semakin lama semakin cepat dengan posisi pria itu masih menindih tubuh Joana, sampai Joana merasakan ada sesuatu yang keras menusuknya di bawah sana.
Apakah itu artinya Alvaro memang seorang pria yang normal? Joana menjadi teringat ketika pertemuannya dengan Alvaro untuk pertama kalinya, dia juga merasakan hal yang sama ketika pria itu tak sengaja menindih tubuhnya, rupanya dia telah melupakan fakta tersebut. Alvaro memang pria normal, itu artinya dia telah menggali lubangnya sendiri.
Alvaro menyesap bibir atas dan bibir bawah Joana, lidahnya menelusup masuk ke dalam mulut Joana dan bermain di dalamnya. Ciuman Alvaro begitu memabukkan, membuat Joana hampir saja menikmati apa yang telah Alvaro lakukan. Terbuai dengan godaan bibir Alvaro.
Alvaro melepaskan ciumannya, dia menatap dingin gadis yang ada dibawahnya, wajah Joana nampak merah merona mungkin karena ingin mengutuk dirinya sendiri, mengapa harus menikmati ciuman Alvaro.
Alvaro menggesekkan sang jantan yang sudah mengeras dibalik celananya di bawah sana, membuat Joana terkejut, bisa dia bayangkan bagaimana besarnya batang Alvaro.
Tapi gesekan di bawah sana semakin lama membuat Joana tak bisa berpikir dengan logis, dalam hati berkata tidak, tapi tubuhnya menjadi penasaran.
"Bagaimana? Apakah kamu masih menganggap aku pria ho-mo?" Alvaro mengatakannya dengan nada menekan dan semakin menekan sang jantan ke bawah perutnya Joana. Inilah bukti bahwa kecurigaan Joana padanya itu sangat salah besar.
Joana menelan saliva, badannya merinding, kemudian dia memperhatikan wajah tampannya Alvaro, lalu dia pura-pura bersikap ceria. "Astaga, Al. Dari kemarin itu aku cuma bercanda, suer!" Joana mengacung dua jarinya pada Alvaro.
Mungkin Joana berharap Alvaro melepaskannya. Tapi tak semudah itu untuk lepas dari singa yang telah lama bertapa dan sangat kelaparan, apalagi sang joni sudah menggeliat ingin segera dilepaskan. Alvaro sudah tidak bisa mengendalikan hasratnya sebagai seorang pria.
"Aku sudah berusaha untuk menahannya, tapi kamu terus memancing aku, karena itu kamu harus bertanggungjawab terhadap lelucon kamu itu." Alvaro padahal sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyentuh Joana, karena dia menikahi Joana demi sebuah misi, bukan cinta. Jadi jangan salahkan Alvaro jika dia melakukannya pada Joana, karena Joana yang memulai.
"Ber-bertanggungjawab?" Joana sangat gugup sekali. Apakah dia harus merelakan keperawanannya diambil oleh Alvaro malam ini?
"Tu-tunggu dulu, Al." Kini malah Joana yang dibuat kelalabakan oleh Alvaro.
Tapi Alvaro tidak ingin mendengarkan protes dari Joana, dia mencium bibir Joana kembali, Alvaro sudah tidak bisa mengendalikan hasratnya, dia akan gila jika malam ini tidak mendapatkan jatah dari Joana.
Alvaro tak habis pikir, mengapa bibir Joana begitu manis, hingga ia tidak mau melepaskannya. Bahkan dia semakin memperdalam ciumannya, mengunci tubuh Joana. Joana tak dapat melawan karena tubuhnya begitu kecil, dibandingkan dengan tubuh Alvaro yang tinggi, kekar, dan berotot.
Ciuman panas Alvaro membuat Joana merasakan ada gelayar panas menjalar ke seluruh tubuhnya, sepertinya Alvaro telah sukses memancing gairahnya sehingga dia tak dapat menolaknya, ketika Alvaro telah berhasil melepaskan piyama yang dia pakai, sehingga kini hanya menyisakan pakaian da-lam saja.
Nafas Alvaro memburu, seakan seperti singa yang sangat kelaparan. Mungkin karena sudah lama berpuasa, sampai dia lupa bagaimana rasanya, dan sama sekali tidak pernah tertarik untuk melakukannya lagi, walaupun hanya sekedar main-main.
Ciuman Alvaro turun ke leher Joana, memberikan banyak kecupan pada leher gadis tersebut, dan tak lupa memberikan tanda merah pada leher yang jenjang dan putih tersebut.
"Al!"Joana mere-mas rambut Alvaro, dia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya, membiarkan pria tersebut memberikan gigitan kecil pada lehernya, membuat Joana meremang.
Tangan Alvaro tak mau kalah, dia melepaskan bra yang masih dipakai oleh Joana, sehingga menyem-bul lah buah dua benda bulat yang sangat menggoda, apalagi bagian puncaknya yang masih berwarna merah jambu, membuktikan bahwa gadis itu tak pernah tersentuh oleh siapapun.
Alvaro langsung melahap buah dada Joana bagian kiri, yang bagian kanannya tak dia anggurkan, biarkan tangannya yang bekerja memberikan rema-san lembut pada buah melon yang masih sintal dan padat.
"Ah Al, ini geli." protes Joana. Tapi tangannya malah menekan kepala Alvaro, sehingga Alvaro hampir kehabisan nafas, lubang hidungnya telah tertutup oleh buah dada Joana.
Tubuh Joana menegang, hisapan Alvaro di dadanya semakin kencang, membuat Joana merasakan dirinya terbang tinggi ke langit ketujuh.
Joana semakin membusungkan dada, membuat dadanya naik ke atas, Alvaro semakin rakus melahapnya.
"Oh... Alvaro!" Rasanya Joana seperti sebagai seorang ibu yang sedang menyusui anaknya.