Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Prolog

Di gedung pencakar langit yang menjulang gagah di kota Seoul, seorang pria dengan wajah dingin memasuki ruangan mewah yang penuh dengan nuansa kontras berwarna emas. Dalam tuxedo hitam yang memancarkan kesan elegan, langkahnya tak terdengar di atas lantai marmer yang mewah.

Aura misterius menyelimuti ruangan yang ditinggal pemiliknya, menciptakan suasana tegang yang sulit dipatahkan. Namun, pria tersebut tak terpengaruh, ia menjelajahi setiap sudut ruangan dengan langkah yang pasti. Cahaya redup dari lampu gantung di langit-langit hanya memberikan sedikit penerangan, namun cukup untuk memperlihatkan kemewahan di sekitarnya.

Tangannya menyentuh permukaan dingin marmer di meja besar di tengah ruangan, di atasnya terdapat dokumen-dokumen penting perusahaan yang menumpuk serta guci langka dengan harga fantastis. Pria itu seakan sudah hafal dengan isi ruangan, dengan gesitnya bergerak menuju tempat penyimpanan wine yang terletak tidak jauh dari meja.

Dengan keahlian yang terampil, ia memilih wine yang tepat untuk menemani malamnya yang penuh dengan intrik dan ambisi. Segera setelah memilih wine, ia mengambil gelas dan meletakkannya di atas meja marmer yang di atasnya terdapat papan nama "Pimpinan, Kim Jane," sebuah simbol kekuasaan yang ingin ia rebut dengan tekad yang kuat.

Pria dengan sedikit senyum dibibirnya lantas menatap papan nama dengan mata yang menusuk tajam, seolah mencari jawaban dari pertanyaan yang terpendam di dalam dirinya. Tanpa ragu, ia melangkah dan duduk di kursi yang seharusnya bukan haknya, ia yakin sebentar lagi ia akan duduk dengan pantas dikursi ini.

Saat itulah, ponsel Nokia klasik yang selalu setia menemaninya bergetar di saku jasnya. Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal menunggu untuk dibaca. Dengan ekspresi datar, pria itu membuka pesan tersebut, perlahan ia membaca pesan yang dikirimkan. Jari-jari tangannya tak tinggal diam, mereka mengetuk-ketuk meja dengan irama yang pasti.

Tanpa perlu berpikir panjang, pria itu langsung mengetik balasan dengan lincah, menuliskan kata-kata tegas yang mengekang keputusan penting yang akan segera diambilnya. Pesan itu dikirim, dan ia meletakkan ponselnya di atas meja, lalu memutar piringan lagu klasik yang telah ia siapkan sebelumnya.

“Selesaikan Sekarang!”- isi pesan yang ditulis pria itu.

Dengan sentuhan jari yang halus, ia meletakan ponselnya diatas meja marmer mewah yang akan segera menjadi miliknya. Musik klasik memenuhi ruangan dengan kedamaian seolah-olah menjadi gambaran isi hatinya. Di balik nada-nada indah yang terdengar tenang, tersembunyi aura mencekam yang hanya bisa dirasakan oleh pria itu sendiri. Namun, ada rasa tegang yang diselimuti kalut, dikalau rencananya yang sudah ia susun matang gagal malam ini.

Seolah memainkan simfoni kehidupannya sendiri, bersiul mengikuti irama musik yang semakin menggigit. Setiap dentingan nada terasa seperti serangkaian keputusan yang harus diambil, setiap lonceng yang berdenting seperti simbol dari pertaruhan yang ia ambil.

Ketika lagu mencapai puncaknya, pria itu memejamkan matanya sembari menunggu kemenangan yang akan berada ditangannya. Setelah melalui perjalanan nada-nada musik yang memikat jiwa, pria itu mengendurkan aliran musik klasik yang telah mengisi ruangan dengan kekuatan yang menggetarkan. Matanya yang kini memancarkan kepuasan yang dalam, seolah mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersembunyi yang menghantui pikirannya.

Dengan gerakan yang lincah, pria itu mengisi gelasnya dengan wine yang telah menunggu dengan sabar di atas meja mewah. Anggur merah itu mengalir dalam gelas, menciptakan warna dan aroma yang memikat di udara.

Beranjak dari tempat duduknya, pria itu melangkah menuju jendela besar yang menghadap ke kota. Cahaya bulan menembus kaca, menyinari wajahnya yang penuh dengan refleksi dan pemikiran. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di depannya memberikan latar belakang yang megah, menciptakan nuansa yang sesuai dengan ambisinya yang tak terbatas.

Keindahan malam itu menjadi saksi atas keinginan dalam diri. Yang selama ini ia sembunyikan dalam diam, ia merenung tentang langkah-langkah yang akan diambil, tentang mimpi-mimpi besar yang ingin diwujudkan. Di tengah gemerlap kota yang tak pernah tidur, ia merasa seperti menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang akan mengubah takdirnya sendiri.Dengan menjadikan puncak tertinggi kota ini menjadi miliknya.

Tentu dengan tekad yang membara, pria itu menatap kedepan dengan penuh keyakinan. Malam itu, ia memutuskan untuk mengejar apa yang menjadi panggilan hatinya, melampaui batasan dan menggapai bintang-bintang yang berkilau di kegelapan langit.

Dengan ketenangan yang mengalir dalam dirinya, pria itu melihat ponselnya bergetar di atas meja. Sentuhan getaran itu menandakan satu hal yang begitu dinantikannya, yang menandakan permainan telah dimenangkan, dan rencananya telah sukses.

Bahkan tanpa harus membaca isi pesan secara langsung, pria itu sudah merasakan jawaban dari getaran tersebut. Satu kata sederhana yang mewakili kesuksesannya: "selesai."

Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya, tanpa kata-kata yang terucap. Ia menggoyangkan gelas anggurnya dengan gemulai, merasakan aroma yang begitu memikat sebelum akhirnya meminumnya dalam satu tegukan panjang. Anggur merah itu mengalir di tenggorokannya, memberikan rasa hangat yang memenuhi hatinya.

Perayaan atas keberhasilannya menghilangkan hama yang selama ini menghalanginya untuk menjadi pimpinan perusahaan. Dalam keheningan ruangan yang kini dipenuhi oleh kepuasan, pria itu merasa bahwa langkah-langkahnya selama ini tak pernah sia-sia. Ia telah mencapai tujuannya, mengambil alih kendali atas hidupnya sendiri dengan cara yang paling efektif.

Dalam gemerlap cahaya kota yang menyinari jendela, pria itu menatap masa depan dengan keyakinan yang lebih kuat. Ia tahu bahwa setiap tantangan yang dihadapinya akan menjadi batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar. Dan malam ini, ia merayakan bukan hanya kemenangannya dalam permainan bisnis, tetapi juga kekuatan dalam menjalani hidup dengan tekad yang tak tergoyahkan.

Dengan perasaan puas yang meliputi hatinya, pria itu kembali menghabiskan dua botol wine yang tersedia di atas meja. Setelah merasakan kehangatan anggur merah yang memenuhi tenggorokannya, ia merasa cukup percaya diri untuk melanjutkan ritual kemenangannya.

Dengan langkah yang sedikit mabuk, pria itu mengambil papan nama "Pimpinan, Kim Jane" dengan tangan gemetar karena efek wine yang mulai dirasakannya pada tubuhnya. Dengan perasaan kemenangan yang memenuhi dirinya, ia membuang papan nama tersebut ke dalam tong sampah dengan gerakan yang keras dan penuh kepuasan.

Melongarkan dasi hitamnya yang sempurna, pria itu berjalan pelan menuju sofa yang nyaman dan duduk dengan santai. Ia memegang botol wine yang baru ia buka, merasakan aroma anggur yang segar dan memabukkan. Dalam keadaan yang semi-mabuk, ia memandang sekeliling ruangan yang akan segera menjadi miliknya sepenuhnya.

Gelak tawa yang mengelilingi ruangan itu menjadi saksi dari kegembiraan yang ia rasakan. Alexander merasa bahwa dirinya adalah raja dari lingkungan ini, dan keputusannya telah membawanya ke puncak kesuksesan. Dalam gemerlap lampu-lampu kota yang menyinari ruangan, ia merayakan kemenangannya dengan cara yang paling spontan dan penuh kebebasan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!