Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Laura bangun lebih awal ia segera membersihkan tubuhnya kemudian mempersiapkan pakaian untuk suaminya. Setelah semua beres barulah ia turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan.
Laura di bantu bik Rum menyiapkan sarapan kesukaan putrinya nasi goreng dan telur mata sapi setengah matang.Tak lupa ia juga membuat kopi untuk suaminya.
"Nyonya, biar saya saja yang mengerjakannya. Nyonya duduk saja!" ucap bik Rum.
"Tidak perlu bik,Laura bisa melakukannya. Bibik bisa mengerjakan yang lain saja" sahut Laura.
Mendengar itu bik Rum hanya bisa melakukan perintah majikannya itu.
"Oh ya bik, Laura harap bibi tidak lagi memanggil Laura dengan sebutan nyonya. Laura merasa risih, bik" sambung Laura lagi sebelum bik Rum pergi.
"Baiklah Laura!" sahut bik Rum.
Tak berapa lama nyonya Laurent tiba di dapur. "Duh, harum banget masak apa kamu Laura?" .
"Nasi goreng. Mama mau mencicipi masakan Laura?" sahut Laura.
"Tentu saja. Berikan aku sepiring penuh"pinta nya.
Laura segera mengambil sepiring yang di minta mertuanya itu. Ia merasa itu terlalu banyak, namun ia tetap meletakan sepiring nasi goreng itu.
" Harum sekali. Mama yakin ini pasti lezat"ucap nyonya Laurent lagi.
Laura tersenyum. "Cobalah ma!".
Nyonya Laurent mengambil sesuap nasi itu dan memasukkan ke dalam mulutnya. Satu suapan itu membuat nyonya Laurent terdiam.
" Wow. Masakanmu lezat sekali"ucapnya.
Laura hanya tersenyum saja. Ia memang mahir dalam memasak. Dan sebelum ia bekerja pada nyonya Laurent, ia bekerja di sebuah kedai di kota itu sebagai koki. Usianya yang masih belasan tahun kala itu memaksanya harus memikirkan bagaimana bisa bekerja dan menghasilkan uang.
"Kau bisa membuka restoran sendiri sayang" sambung nyonya Laurent lagi.
"Benarkah ma?"
"Tentu saja sayang. Kau bersedia jika mama membuka restoran untuk mu?".
" Laura tak ingin restoran ma, tapi Laura ingin buka online saja. Jadi Laura tidak harus meninggalkan Abel "sahut Laura.
Mendengar itu nyonya Laurent merasa bangga memiliki mantu yang sayang pada cucu nya itu.
" Kau serius sayang?"ucap nyonya Laurent. Laura hanya mengangguk.
"Terserah kau saja, mama akan mendukung mu" sahutnya.
Damian segera menganti pakaian yang telah di siapkan istrinya. Timbul senyum tipis di bibirnya. Ia memakai setelan itu dan menatap cermin yang ada di kamar itu.
"Lumayan" gumamnya.
Damian segera turun, sebelum itu ia melihat Abel yang sedang kesulitan untuk memakai pakaian sekolahnya.
"Bisa papa bantu?" tanyanya seketika.Abel menatap ayah nya.
Damian langsung membantu bocah itu bersiap. "Di mana mama mu? Apakah kau selalu melakukannya sendiri?" tanya Damian lagi.
Abel hanya terdiam. Ia takut menjawab pertanyaan ayahnya itu.
"Anda?" ucap Laura kaget. Damian melihat ke belakang.
"Maafkan mama sayang, mama terlambat!" ucapnya pada bocah kecil itu.
"Selesai!" ucap Damian.
"Apakah sudah rapih?" ucap Damian lagi.Laura hanya mengangguk.
"Sarapan sudah siap, ayo kita turun!" titah Laura kepada mereka berdua.
Laura dan Abel berjalan terlebih dahulu lalu Damian mengekor mereka dari belakang.
Laura duduk di samping Abel sementara Damian berada di hadapannya.
"Wow nasi goreng" ucap Abel riang.
"Kau yang memasak?" tanya Damian.
Laura hanya mengangguk. Ia meletakan ke atas piring Damian dan Abel. lalu ia meletakan untuk nya. Suasana pagi itu sangat harmonis.
"Kalian bisa ikut bersamaku. Aku akan mengantar kalian terlebih dahulu" ucap Damian seketika.
Tentu saja hal itu membuat Laura kaget. Ia bahkan semakin tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Tidak perlu repot. Kami akan ikut pak Dorman saja" sahut Laura.
"Kau harus menurut aku tak ingin dibantah!" tegasnya.
Mendengar itu Laura hanya bisa diam. Ia tak ingin membuat masalah di pagi ini. Abel pun ikut merasakan apa yang dirasakan ibunya. Rasa takut masih menghantui gadis kecil itu.
"Kami berangkat dulu ma" ucap Damian kepada nyonya Laurent yang duduk di teras sambil bersantai.
Nyonya Laurent mengerutkan dahinya. "Kau bersama mereka?" tanyanya heran.
"Tentu saja!" sahut Damian.
Laura dan Abel segera berpamitan dengan nyonya Laurent. Lalu mengikuti langkah Damian yang semakin menjauh. Nyonya Laurent menatap penuh bahagia.
"Kalian bisa duduk di depan. Aku bukan supir" ucap Damian.
Tentu saja Laura menutup kembali pintu belakang mobil itu. Ia dan Abel segera memutari mobil itu dan masuk ke depan di samping Damian.
"Kalian bisa tunggu aku pulang! Aku akan menjemput kalian nanti" ucapnya.
"Baiklah!" sahut Laura.
"