NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Beberapa waktu sebelumnya,

Anna keluar dari rumahnya tetapi Bang Azzam masih di sana. Anna mencoba melewati tetapi laki-laki itu berjalan di belakang.

"Bang Azzam kenapa motornya dituntun? Kaya ngikutin Anna jadinya."

"Abang takut bila ada yang gangguin kamu. Nna, Lagipula kita searah."

Anna membisu begitu lama, langkahnya menjadi canggung. "Abang punya anak ya?"

Kemudian pria itu berjalan lebih cepat hingga sejajar dengan Anna. "Bain Aksara namanya. Anaknya cerdas cerewet. Kamu akan menyukainya."

"Kata abi, Abang bilang pernah ke tempat perang? Abang bukan tentara kan?"

Azzam tersenyum merekah, rasanya tidak percaya bila dia bisa jadi topik obrolan mereka. "Abang ke sana buat nyumbang makanan cepat saji yang akan kami launching."

Anna ternganga karena tawa pemuda itu membuat jantungnya berdetak lebih kencang.

"Lalu itu Masha Allah justru penjualan produk baru itu menjadi terlaris selama tiga tahun ini. Sepertinya Bain, anak itu juga membawa rezeki banyak untuk kami."

"Masha Allah, Abang baik sekali, mau memperhatikan mereka." Hati Anna mendadak sakit. Dia saja ditinggal begitu saja oleh kekasihnya, tetapi ini masih ada orang yang berbaik hati dengan mau kerelaan hati memperhatikan orang-orang kelaparan di luar sana.

"Mau tidak? Abang bawa beberapa tetapi keripiknya masih di hotel. Besok Abang bawain buat kamu, ya. "

"Boleh kalau tidak ngerepotin." Ana berjalan menunduk. Tiga orang ibu-ibu di pinggir jalan saling berbisik dengan lirikan tajam.

"Anna!"

Anna menghela napas lega saat mendengar suara sahabatnya dari arah belakang yang terdengar ngos-ngosan. "Dari mana kok jalan kaki?"

"Ini dari tukang jahit pojok, ambil baju kondangan. Motorku lagi di servis jadi jalan kaki." Winda berjalan di antara mereka, lalu tersenyum pada pemuda itu. "Bang? Namanya siapa kok kita belum kenalan!"

Deg. "Saya Azzam." Pemuda itu berubah ke mode dingin. Anna bisa merasakan perbedaan pandangan dan suara pemuda itu.

"Aku Winda Bang, teman dekatnya Anna. Kenapa motornya ini dituntun bukannya malah diboncengi bareng Anna! Kan enak dilihatnya gitu!"

Anna menyipitkan mata kesal karena nada meledek Winda.

"Ini ya ... saya ingin jalan kaki tetapi juga harus ngembaliin motor."

"Oh, gitu? Kirain bannya kempes!" Winda cengengesan. "Ngomong -ngomong Abang kaya bule ya. Tapi kalau aku tanya Bu Rini soal kamu mesti tidak dijawab. Anna ditanyain juga nggak pernah jawab. Misterius banget si kamu Bang? Mak-mak itu lho penasarannya tinggi masa aku disuruh jadi detektif."

Azzam tersenyum karena melihat ekspresi Anna yang serius menyimak. "Saya lahir dan besar di Perancis. Kakek saya orang Jawa."

"Wah!" Mata Winda berbinar.

Kenapa ya, aku tidak bisa seperti Winda yang banyak tanya? Aku bingung mau tanya apa. Padahal aku juga ingin tanya-tanya Bang Azzam, sebenarnya seperti apa aslinya ! ( Anna)

"Keren. Kalau nanti udah nikah ama Anna, aku diajak ke sana juga ya Bang! Gratisin tiket pesawat untuk aku dan keluarga, boleh ya!"

"Win, ngomong apa sih?" bisik Anna sambil mencubit lengan sahabatnya. Wajahnya begitu menghangat, malu sekali.

"Insyallah, doakan saja kelancarannya."

"Aamiin," sahut Anna dan Winda hampir bersamaan.

"Loh!" Winda terbelalak.

Mata Winda dan Azzam melotot lalu balik memperhatikan Anna yang makin tertunduk.

"Cie mengamini!" Winda tertawa dengan keras geregetan. Ibu-ibu kompleks pun makin heboh karena gelagat Winda yang menggoda dua sejoli yang kini makin malu-malu.

Azzam bersyukur, dia yakin kalau ini rambu-rambu yang menandakan lamarannya sudah diterima Anna! Makasih Winda!

"Dadah!!! Awas berduaan 'bahaya' ?" Winda balik ke rumahnya dan langsung disambut tatapan Mama Winarsih yang penasaran.

"Apa tuh sekarang jalan berduaan dengan laki-laki di tempat umum? Gayanya saja sok suci! Aslinya mah nyeremin!" Winarsih masih memiringkan tubuh guna melihat Anna yang baru melewati rumahnya.

Winda cuma senyum-senyum dan meninggalkan mamanya yang penasaran. "Aku mau makan Ma, lapar!"

*

"Terimakasih, Bang Azzam," ucap Anna sesampai di depan rumah Bu RT. Dia sebenarnya masih ingin mendengarkan Azzam berbicara tetapi takut dosa.

"Ya sama-sama. Apa aku bisa minta nomer telepon kamu?" Butiran cinta makin tumbuh di hati Azzam. Sepanjang perjalanan tadi terasa penuh arti dan dinikmatinya.

Anna tertegun karena ponselnya sejak tiga bulan itu dibanting preman yang mengusirnya dari rumah. "HP Anna rusak."

"Kalau begitu coba berikan itu ke Abang, biar bisa dibenerin."

Anna berpikir keras. Semua barang-barangnya diloakin oleh preman itu, semua tetangga juga tahu. Untung saja ijasah dan kartu keluarga masih diselamatkan karena bantuan dari Pak RT.

"Sudah jangan banyak berpikir. Jaman sekarang apapun sudah butuh hp."

Anna merasa tersentuh. Apa ada orang sebaik ini walau baru kenal. "Tidak perlu repot-repot. Nanti Anna benerin sendiri."

"Ya sudah, assalamualaikum." Azzam menjalankan motor matic.

"Walaikumsalam. " Anna melangkah buru-buru lewat sisi samping rumah Bu RT. Memang tadi awalnya menolak dan ternyata ada yang nganterin begini rasanya aman ya, seperti dilindungi.

Dia bergabung dengan umi yang sudah berkeringat menggoreng peyek.

Anna memotongi wortel menjadi bagian kecil untuk bahan tahu isi. Pikirannya terus melayang ke saat-saat berjalan sama Abang Azzam, senyumannya itu loh, membuat hati bergetar. Uh apa sih ini! Kenapa muncul wajahnya segala!

Kemudian dari kejauhan terdengar teriakan.

"Bu Sarah! Bu Sarah!" Pak Jhon- penjual sayur, datang dengan wajah berkeringat.

Jhon masuk tanpa mengucap salam, langsung berdiri di depan Sarah. "Tadi Pak Hamdan dibawa ke rumah sakit! Sepertinya pingsan!"

Pisau yang dipegang Anna terjatuh ke lantai marmer. Dia ingat bagaimana punggung abi gemetar dan basah, seharusnya dia sadar ada yang tidak beres tetapi dia malah meninggalkan Abi. Anna menatap nanar pada umi yang langsung pucat pasi.

"Gimana ini, Sarah? Tapi kamu belum selesai masak?" Bu RT juga tak mau rugi.

Bagi bu rt Mencari tenaga dalam waktu mendadak itu susah. Apalagi cari yang tahu kebersihan, kerjanya benar dan luwes.

Lis kapok bila asal memanggil tenaga, yang sudah-sudah panjang tangan. Ada perhiasan emas dititil, uang di dompet berkurang, ada laptop milik Agus juga diembat.

"Gimana ya Bu? Aku harus lihat suami." Sarah gemetaran dan takut.

Dari semalaman Sarah gelisah. Pagi tadi meriang dan enggan berangkat tetapi terlanjur janji, sepertinya itu pertanda. Dadanya makin sesak hanya ingin segera melihat suaminya. "Tolong ya, Bu Lis. Suamiku sakit!" katanya dengan mau menangis.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!