NovelToon NovelToon
Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Janda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Gresya Salsabila

Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila

"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."

Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.

Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Baru

Mauren turun ke lantai bawah dan menemui seseorang yang sudah menunggunya di ruang tamu. Ternyata dia adalah Wiratama, pengacara yang Mauren sewa untuk mengurus sidang perceraiannya.

"Pak Wira."

"Selamat malam, Bu Mauren. Maaf, saya datang tanpa memberi kabar. Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Anda," ucap Wira sambil tersenyum.

"Hal penting apa, Pak?" Mauren bertanya sambil duduk di depan Wira.

"Sudah ada panggilan dari pengadilan. Sidang perceraian Anda dan Tuan Jeevan akan dilangsungkan lusa pagi. Saya ke sini untuk membahas itu," jawab Wira.

Mauren tersenyum senang. Rasa lelahnya hari ini telah dibayar lunas dengan kabar-kabar baik yang sangat sesuai dengan harapan.

"Mmm, Pak Wira, tiba-tiba saya berubah pikiran. Saya tidak jadi meminta jatah nafkah. Hidup Mas Jeevan sekarang sudah sulit, jadi gaji selama dua tahun akan saya berikan secara utuh. Saya hanya akan mempertahankan harta yang memang milik saya," ungkap Mauren yang lantas membuat Wira terkejut.

"Bu Mauren, Anda jangan main-main. Gaji selama dua tahun itu lebih dari tujuh ratus juta. Dengan sikap beliau yang sudah menyakiti Anda, apa itu pantas?" Wira memandang Mauren dengan tatapan tak percaya.

"Bagaimanapun juga saya pernah mencintainya dan kami juga sudah terlibat pernikahan. Saya hanya ingin menjamin hidupnya tetap bahagia meski berpisah dengan saya. Daripada saling menyimpan dendam, bukankah lebih baik saling memaafkan?"

"Iya, Anda benar. Tapi ... selain berkhianat, Tuan Jeevan juga menggelapkan uang di perusahaan Anda. Apakah Anda tidak ingin membuatnya jera? Kalau menurut saya, lebih baik lelaki seperti itu dibiarkan pergi tanpa membawa apa pun." Wira masih keberatan dengan keputusan Mauren.

"Saya sudah maklumi kesalahan itu, Pak, toh sekarang uangnya sudah ada di saya. Yah walaupun kurang dari jumlah yang seharusnya, tapi ... tidak apa-apa, saya ikhlas. Tidak kehilangan harta peninggalan Mama dan Papa, sudah lebih dari cukup bagi saya," jawab Mauren lengkap dengan senyuman lebar.

Wira mengangguk pelan dan kemudian menghela napas panjang. Dia sangat kagum dengan kepribadian Mauren yang amat bijak. Meski sebelumnya diperlakukan secara tidak adil, tetapi tidak ada dendam dalam hatinya, malah masih memikirkan kebahagiaan mantan suami.

"Anda luar biasa, Bu, saya sangat kagum," puji Wira.

"Anda berlebihan, Pak."

"Saya serius, Bu, jarang-jarang ada orang seperti Anda." Wira tersenyum. "Saya akan membantu Anda secara maksimal. Saya pastikan Tuan Jeevan tidak mendapatkan bagian lain, hanya gajinya saja," sambungnya.

"Terima kasih, Pak." Mauren tersenyum penuh arti. Apa yang tersusun di pikirannya, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Selanjutnya, Wira dan Mauren mendiskusikan perihal sidang yang akan dihadiri dua hari lagi.

Pada saat yang sama, di tempat yang berbeda. Di dalam kediaman Ezra yang tak kalah mewah dengan rumah Mauren, Elsa duduk di sofa dengan peluh yang membasah di sekujur tubuh. Selain lelah, dia juga merasakan nyeri yang mendera setiap persendian.

"Tenaga Ezra bener-bener gila!" umpat Mauren dalam hatinya.

Kendati hanya dua kali meminta jatah, tetapi durasinya melebihi batas normal. Bahkan, jika dibandingkan Jeevan, Ezra hampir tiga kali lipatnya. Tak heran sekarang Elsa lemas dan tak bertenaga.

"Sayang, kok belum mandi?" tanya Ezra yang kala itu baru masuk ke kamar. Dia membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.

"Nggak mau, aku mau tidur aja." Elsa menjawab sambil memejam.

Persetan dengan mandi dan makan, saat ini yang ia butuhkan hanya istirahat. Bahkan, Elsa tak peduli meski tubuhnya hanya ditutupi selimut tipis.

"Kamu capek, ya?" Ezra duduk di sebelah Elsa dan merapikan rambutnya yang berantakan di sekitar wajah.

"Menurutmu?" jawab Elsa tanpa membuka mata.

"Sorry," bisik Ezra. "Diam-diam aku kangen dengan kebersamaan kita dulu, jadi ... ya gitu."

"Maksudmu?" Elsa menoleh dan menatap Ezra yang berada di tepat di sebelahnya.

"Lupakan." Ezra tersenyum. "Aku bantu ke ranjang ya. Nggak apa meski nggak mandi, tapi kamu harus makan. Aku suapi," sambungnya.

Sebelum Elsa menjawab, Ezra sudah mengangkat tubuhnya dan dengan lembut membantunya duduk di ranjang. Elsa sempat tersipu. Sikap manis Ezra mengingatkannya pada kisah lalu, ketika mereka menjadi sepasang kekasih.

"Kamu mau yang mana?" Ezra bertanya sambil meletakkan nampan di atas meja ranjang.

"Apa aja," jawab Elsa. Tatapannya tidak tertuju pada menu yang ada, melainkan pada wajah yang tampak rupawan.

"Kalau dia terus bersikap manis begini, kayaknya nggak masalah meski minta tambah waktu. Bukan berkhianat, hanya mencari uang tambahan. Nanti hasilnya untuk modal nikahan sama Mas Jeevan," batin Elsa di sela-sela kunyahannya.

_______________

Keesokan harinya, Mauren bekerja seperti biasa. Namun, ada agenda lain yang akan ia lakukan pada jam makan siang ini, yaitu menemui Jeevan.

Berkat bantuan anak buahnya, Mauren berhasil mendapat alamat kontrakan dan juga tempat kerja Jeevan. Mauren berniat menemuinya di binatu.

"Siska!" panggil Mauren kepada sekretaris barunya. Sejak dua hari yang lalu, Mauren menaikkan jabatan Siska.

"Iya, Bu."

"Aku akan keluar sebentar, kamu tolong tetap di sini ya. Jika ada sesuatu langsung telpon saja. Agendaku kali ini bukan formal, jadi kamu tidak usah sungkan," ujar Mauren.

"Baik, Bu." Siska mengangguk patuh.

"Untuk berkas-berkas yang membutuhkan tanda tanganku suruh menunggu, aku akan segera kembali."

"Baik, Bu."

Usai memberikan perintah dan amanat kepada Siska, Mauren bangkit dan bergegas keluar ruangan. Lantas menuju parkiran dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh menit, Mauren tiba di binatu tempat Jeevan bekerja. Mauren menemui pegawai yang berjaga di depan dan menanyakan keberadaan Jeevan. Ternyata lelaki itu sedang makan di belakang.

"Mau saya panggilkan, Nona?"

"Boleh. Bilang kalau Mauren yang datang," jawab Mauren.

"Baik."

Tak lama setelah pegawai beranjak pergi, Jeevan datang dan menghampiri Mauren. Raut wajahnya sangat buruk, antara malu, kesal, benci, marah, sedih, dan perasaan lain yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

"Ngapain kamu ke sini?" Pertanyaan Jeevan sangat datar. Meski tidak sinis, tetapi tidak terdengar ramah.

"Ada hal penting yang pengin aku bicarakan sama kamu, Mas," jawab Mauren.

"Hal penting apa?"

"Kamu mau kita bicara di sini?" Mauren bertanya sambil menatap ke sekeliling, ada beberapa pegawai yang beraktivitas di sana.

Jeevan menghela napas panjang, lalu mengajak Mauren ke luar binatu. Kini, mereka duduk bersama di bawah pinang merah yang ada di halaman.

"Sudah ada panggilan dari pengadilan. Sidang kita besok pagi," ucap Mauren mengawali perbincangan.

"Iya." Jeevan menjawab singkat.

Detik berikutnya, hanya keheningan yang mengisi suasana. Hal itu berlangsung selama beberapa menit.

"Aku minta maaf, Mas, udah marah-marah dan kasar sama kamu. Jujur, aku sakit banget saat tahu kamu selingkuh. Kamu tahu, kan, selama ini aku sangat cinta sama kamu?" Mauren menatap wajah Jeevan sambil menampilkan raut sendu.

"Maafkan aku," bisik Jeevan.

"Nggak apa-apa, aku tahu soal hati nggak bisa dipaksa, Mas. Hanya saja aku butuh waktu untuk menerima semuanya. Semoga setelah kita cerai, kamu akan bahagia sama Elsa." Mauren tersenyum.

Jeevan masih diam. Dia bingung harus menjawab apa.

"Soal gono-gini, maaf aku memang nggak bisa. Itu harta peninggalan Papa dan Mama. Dengan akhir kita yang seperti ini, aku tidak bisa melepaskannya untukmu. Tapi, aku juga nggak akan membiarkan kamu kesulitan, Mas. Uang gajimu selama dua tahun akan kubayar utuh. Aku nggak lagi minta nafkah," terang Mauren yang lantas membuat Jeevan terperangah.

"Kamu ... kamu serius?" Jeevan menatap Mauren dalam-dalam.

"Iya, Mas. Aku serius," jawab Mauren dengan senyuman lebar. Terkesan tulus, tetapi sebenarnya___.

Bersambung...

1
Irlindawati
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Azzahra Putri Ar
aku bacanya "Jahena" 🤭😁
IG👉Salsabilagresya: Jahena jahena... 🎤🎼🎹🎶
total 1 replies
Ashila Intan
Luar biasa
Agustina Fauzan
Lumayan
Sity Herfa
rasain..
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂
Ledy Gumay
Luar biasa
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
RENDRA MAUREN
Nafisa Aycan
keren
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
fajar sakit parah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kisah menarik
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
move on membawa kebahagiaan
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa syaratnya itu?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamat jadi orang tua, Maureen & rendra
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
melahirkan anak kembar? semoga Maureen kuat
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
makin cinta Maureen pada suaminya....
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Elsa & jeevan menyesal, tapi Maureen tetap tersenyum bahagia
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
hehehe... ternyata jeevan viral juga yaa
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bahkan sebelum setahun menikah jeevan sudah selingkuh? waaaaaa
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa ya kadonya?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!