NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Dengan uring-uringan, akhirnya Mirna menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Wajahnya masam, dan tentu saja yang jadi sasaran omelannya adalah Nina dan Nani.

"Ih, ibu balik lagi ke mode galak. Kayaknya stok amunisi dari Bang Riki udah habis," sindir Nina sambil nyengir.

"Tau! Jadi pengen kabur deh dari rumah," sahut Nani.

"Sabar, sabar. Nanti kalau Bang Riki nikah sama Mbak Lusi, kita bisa porotin dia. Kan kita yang bantu hubungan mereka," lanjut Nina sambil tertawa kecil.

Menjelang maghrib, Adi pulang dengan wajah letih. Begitu masuk rumah, ia langsung berseru, "Bu, tolong buatkan aku kopi, ya."

Tak lama kemudian, Mirna datang membawa secangkir kopi. Adi menyeruputnya, lalu mengernyit.

"Kenapa manis banget gini, Bu?"

"Manis gimana sih, Pak? Sama-sama pakai gula kok," jawab Mirna dengan nada kesal.

"Ini bukan gula rendah kalori, ya?"

"Alah, Bapak ini sok-sokan banget! Gula rendah kalori itu mahal, Pak. Udah, gula biasa aja cukup."

"Ya nanti gula darah Bapak naik lagi, Bu."

"Gula rendah kalori mahal, Pak” Keluh mirna

.”Dulu waktu Anjani pegang uang bisa beli gula rendah kalori, kenapa waktu dupegang ibu jadi ga bisa beli bu” ucap adi “ jangan boroskan yang riki bu, kasihan dia kerja keras uangnya ibu hambur-hamburkan”.

Brak!Tangan Mirna menghantam meja.

"Ngomong kamu enak banget, Pak! Dari pagi aku nyapu, nyuci, masak, ngatur keuangan yang pas-pasan, enggak ada sisa sedikit pun! Sekarang dibilang boros? Kalau mau makan enak dan sehat, ya bantu uang dapur dong! Heran deh, katanya bisnis dari pagi sampai sore, tapi hasilnya enggak kelihatan. Daripada keluyuran, mending bantuin ibu di rumah. Si Nina sama Nani juga kerjanya cuma nambah capek!"

Adi terdiam. Menyesal sudah komentar soal kopi.

"Ya, dia kembali ke Mirna enam bulan yang lalu. Aku ngomong satu kata, dia jawab seratus kata,"pikir Adi, entah mendengarkan atau tidak.

Dan satu hal yang pasti—kepergian Anjani baru tiga hari saja, sudah cukup membuat rumah ini kembali seperti dulu: penuh omelan, tegang, dan berisik.

...

Riki beberapa kali melirik ponselnya, gelisah. Tangannya menggenggam erat setir mobil, matanya sesekali melirik ke notifikasi yang tak kunjung muncul.

"Ke mana Anjani? Biasanya jam segini dia udah nanyain aku pulang jam berapa..." gumamnya pelan sambil tetap fokus pada jalanan yang mulai padat.

Ada yang terasa kosong. Biasanya, pagi, siang, dan sore, Anjani akan menghubunginya. Entah menanyakan kabar, mengingatkan makan, atau sekadar mengirim stiker lucu. Meskipun akhir-akhir ini, pesan-pesan itu lebih sering ia abaikan.

"Anjani... aku sebenarnya masih sangat mencintaimu. Tapi ibu benar, katanya istri yang enggak punya gelar atau pekerjaan bisa bikin malu di depan rekan-rekan kerja. Harusnya kamu terima saja saran dari Bapak. Kan kamu tetap bisa nerima nafkah dari aku..." pikir Riki, berusaha meyakinkan diri sendiri.

“Lusi itu tipe istri yang pas buat aku ajak ke mana-mana. Kariernya bagus, gaya bicaranya pintar. Tapi... aku juga butuh istri yang bisa nenangin hati kayak kamu, Anjani...” batinnya beradu, di antara logika dan perasaan.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Lusi muncul di layar.

"Ki, kamu di mana?" suara Lusi terdengar terburu-buru.

"Aku di jalan, mau pulang," jawab Riki singkat.

"Ki, bisa tolong aku enggak? ATM-ku bermasalah. Aku lagi belanja, ini udah di kasir tapi kartuku enggak bisa dipakai."

"Loh, bukannya kemarin udah diperbaiki?"

"Enggak tahu, rusak lagi. Tolong ya, Ki."

Riki menghela napas berat. "Iya, aku ke sana."

Sambil membelokkan mobil, Riki menggerutu, "Baru seminggu kenal, udah keluar uang banyak buat Lusi. Beli baju aja dua juta se-stel. Enggak kayak Anjani… dikasih berapa pun, selalu disyukuri."

Lalu ia teringat sesuatu. “Terakhir aku beliin Anjani cincin dua gram waktu ulang tahunnya…” Matanya membelalak.

"Gila... gimana aku bisa lupa? Ulang tahun Anjani kan barengan sama Lusi... Astaga, pantas dia marah. Aku benar-benar keterlaluan."

Ia menggigit bibir. “Harusnya aku cari Anjani sekarang…”

Tapi pikirannya terhenti. "Kalau Lusi ngadu ke Ibu, habislah aku. Ibu pasti marah besar."

Dan seperti biasanya, Riki kembali membuat pilihan.

Ia berbelok ke arah tempat Lusi berada. Lagi-lagi, ia memilih wanita lain—dan mengabaikan istrinya sendiri

Riki memarkir mobilnya tepat di depan butik mewah tempat Lusi menunggu. Dari balik kaca, ia melihat wanita itu berdiri dengan anggun, mengenakan blouse merah yang membentuk siluet tubuhnya sempurna. Rambut panjangnya tergerai rapi, dan di tangannya menggantung dua kantong belanja berisi pakaian baru.

“Ki!” Lusi melambai ceria saat Riki melangkah masuk.

“Maaf lama,” ucap Riki seraya buru-buru mengeluarkan kartu ATM-nya ke kasir.

Lusi tersenyum manja. “Kalau kamu yang bayarin, aku sih enggak masalah,” godanya.

Tanpa banyak bicara, Riki membayar belanjaan yang hampir mencapai tiga juta rupiah. Begitu selesai, Lusi langsung menggamit lengan Riki erat-erat.

“Makan yuk? Aku belum makan dari siang tadi,” ucapnya sambil memeluk lengan Riki.

Riki sempat ragu. Tapi melihat wajah Lusi yang tampak penuh harap, ia akhirnya mengangguk. “Oke, tapi sebentar aja. Aku harus pulang.”

Mereka menuju restoran Italia di lantai atas mal. Suasana di sana temaram, hanya diterangi cahaya lilin dan lampu gantung klasik. Aroma pasta dan keju memenuhi udara.

Sepanjang makan malam, Lusi terus bercerita tentang apartemen temannya, tentang rencana liburan, dan sesekali menggoda Riki dengan candaan kecil. Namun di balik senyum Riki, hatinya tidak tenang. Ada bayangan wajah Anjani yang terus muncul.

“Ki, kamu setuju kan dengan perjodohan kita?” tanya Lusi tiba-tiba.

Riki terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. “Lusi, kamu yakin mau menikah denganku?”

“Aku yakin. Aku mencintai kamu sejak dulu,” jawab Lusi mantap.

“Tapi aku sudah punya istri. Kamu yakin bisa menerima itu?”

Lusi tertawa pelan. “Itu bukan masalah buatku. Lelaki sukses seperti kamu wajar punya istri lebih dari satu.”

“Kalau aku punya tiga istri?”

“Asal kamu adil, aku siap,” jawab Lusi, meski matanya sempat berkedip gugup.

Riki menatapnya lekat. Ia bisa membaca kebohongan kecil di wajah Lusi, tapi memilih diam.

“Aku serius sama kamu. Tapi kamu harus tahu, aku enggak bisa melepaskan Anjani,” ucap Riki perlahan.

Di bawah meja, tangan Lusi mengepal. Tapi wajahnya tetap tenang.

“Ya, itu bukan urusanku. Yang penting aku siap jadi istrimu.”

“Iya... dia memang belum sebijak kamu,” balas Riki, mencoba membenarkan keputusannya.

Tatapan mereka bertemu. Lusi meraih tengkuk Riki dan mengecup bibirnya. Ciuman itu semakin dalam. Riki membalas, tubuh mereka mendekat, dan tangan Lusi mulai menjelajahi dada Riki.

Namun di kejauhan, dari balik kaca restoran, seorang pria bertudung hitam diam-diam mengangkat ponselnya. Klik. Klik.

Beberapa jepretan berhasil ia ambil. Senyum puas terlukis di wajahnya sebelum ia berlalu, menghilang ke kerumunan malam.

Sementara itu, Lusi masih memeluk Riki erat. “Maaf, aku enggak bisa tahan. Aku udah enggak sabar mau jadi istrimu.”

“Sabar, ya... kurang lebih satu bulan lagi. Kita akan menikah,” ucap Riki.

“Thanks, sayang,” bisik Lusi.

“Foto dulu, yuk!” ajaknya.

Mereka berpose mesra, tanpa menyadari bahwa malam itu menyisakan jejak yang tak akan mudah dihapus.

Lusi mengirimkan fotonya bersama Riki ke Nina. Centang biru langsung muncul.

Nina:

Ciee... kakak ipar! Cepetin halalin dong!

Lusi:

Kirim ke grup.

Nina:

Siap, Kapten! Tapi jangan lupa pulsa ya 😜

Lusi:

Deal.

Beberapa menit kemudian, foto itu muncul di grup WhatsApp keluarga besar Riki.

Nina:

Masya Allah... abang Riki makin cocok sama Kak Lusi. Gimana, Bu? Siap-siap lamaran nih! 💍

Mirna:

Alhamdulillah. Beda auranya! Ini baru calon menantu idaman.

Nani:

Setuju! Lusi tuh elegan dan paham gaya hidup.

Adi:

Kalau sudah cocok, ya lanjut aja.

Tak ada yang sadar—satu nama masih ada di grup itu: Anjani.

Ia membaca semuanya. Jemarinya gemetar, tapi wajahnya tenang.

“Terima kasih... sudah membukakan mataku,” bisiknya.

Tanpa suara, ia keluar dari grup.

[Anjani telah keluar dari grup “Keluarga Besar Riki”]

Nani:

Halah, baper. Memang enggak cocok di keluarga ini.

1
Hainun Hanafiah
kok kaya kisah nyata yaa..
Rika Hassan Aulia
terimakasih Thor cerita yg keren happy ending bikin seneng... coba kl sad ending g bisa tidur 👍
Ari Peny
yaaa anjani kok kalah
Memyr 67
𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗋𝖺𝗉, 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉, 𝗋𝗂𝗄i, 𝗒𝗀 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖾𝗋𝗎𝗌𝗄𝖺𝗇 𝗉𝗋𝗈𝖿𝖾𝗌𝗂 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖾𝗆𝗎 𝗌𝗂 𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗋 𝗇𝗂𝗇𝖺 𝗇𝖺𝗇𝗂, 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖾𝗋𝗈𝗌𝗈𝗄 𝗓𝗂𝗇𝖺, 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅𝗄𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌.
Dedeh Dian
sungguh sangat bagus ceritanya.... makasih author
Dedeh Dian
terimakasih author...sangat sangat bagus ceritanya... terinspirasi..untuk menjadi lebih kuat.💪
Ladya
Cih nulis pake chatGPT aja bangga 😏
SOPYAN KAMALGrab: hahaha.... terimakasih KA udah mampir
total 1 replies
Memyr 67
𝗀𝖺𝗒𝖺 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉 𝗅𝗎𝗌𝗂? 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗆𝖺𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗆𝗈𝗋𝗈𝗍𝗂𝗇 𝗋𝗂𝗄𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗒𝗀 𝖽𝗂𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗂𝗍𝗎 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄, 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗍𝗎 𝗅𝗎𝗌𝗂. 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗄𝖺𝗉𝖺𝗇, 𝗄𝖾𝗌𝖺𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗇𝗃𝖺𝗇𝗂?
Alang Sari
kereen bab ini
Lina Gunawan
realita politik dn birokrasi di negeri antah berantah
Yusni
cerira yg menaruk....sesuatu yg jrg sekali ada di novel..semua dikemas dlm saty cerita walau ada jg yg typo ...semoga semakin keren lagi kedepannya
Lina Gunawan
suka bngt sm alur ceritanya, kereen thor/Good//Good/
Dessy Lisberita
anjani sekarang berkuasa dari kakenya
Alma Zhienot
nah kn Jamal lagiiiiii. awas aza kmu Jani kalo sampe mecat jamal
Alma Zhienot
brp kali idup kmu d selamatin sama Jamal hei janiiiiiiii.
Rafinsa
bingung euy..
Rafinsa
gimana sih maksudnya..
Dessy Lisberita
nasib wulan ya firman bukan orang sembarangan sama. dngan rizki
Rafinsa
iyakah??? firman bohong apa gimana?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!