Kisah Seorang Dokter Muda dengan segudang prestasi dan kesempurnaan dalam hidupnya, ternyata mempunyai masa lalu dari seorang laki-laki yang menyakitkan, semua itu membuatnya harus pergi meninggalkan kota kelahiran dan keluarganya
Dokter ALENA berasal dari Keluarga Milyarder yang hidup sederhana dengan menutupi identitasnya
Disaat Seseorang yang pernah menorehkan luka di hatinya tiba-tiba muncul kembali di kehidupannya, apa yang akan terjadi ?
Penasaran, yuk ikuti ceritanya ya
cerita ini adalah seri ke 2 dari kisah sebelumnya "POWER OF WOMAN"
Salam kenal dan jumpa dari Author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Keesokan harinya Edward memulai aktivitasnya di kantor, Pak hari membantu seperti biasanya, terdengar Suara panggilan masuk dari handphone pak Hari dan langsung diangkatnya
Percakapan dalam jaringan telepon
"Pagi pak Evan, ada yang bisa saya bantu?"
"Iya pak Hari, saya ingin bertemu dengan pak Edward, membicarakan kesepakatan yang kemaren soal Royal Murrage Hospital"
"Baiklah pak, silahkan datang kemari, kebetulan jadwal tuan Edward masih kosong"
"Oh syukurlah, saya ke sana sekarang pak"
"Baik pak Evan, kami tunggu"
Pak hari langsung menutup handphone nya
"Apa itu Evan Murrage?" Tanya Edward
"Seperti yang Anda pikirkan tuan"
"Hem, bagus, dia pasti menyetujui permintaan ku"
"Saya rasa juga begitu tuan"
"Siapkan semuanya pak hari, aku ingin segera memberi pelajaran Exel Damian Murrage setelah bebas nanti"
"Baik tuan, akan segera saya siapkan surat-surat Perjanjian Saham di Royal Murrage Hospital"
Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu dari luar, Pak Hari dengan sigap segera membukanya dan mempersilahkan pak Evan untuk masuk
"Bagaimana kabar pak Edward?" Ucap Evan basa-basi
"Seperti yang anda lihat, langsung ke pokok pembicaraan saja, waktu saya tidak banyak"
"Oh iya pak, baiklah, saya menyetujui permintaan Pak Edward, 70 persen saham kepemilikan dari Royal Murrage Hospital akan di alihkan menjadi milik anda pak"
"Bagus, sesuai janjiku, aku akan mencabut berkas tuntutan atas nama Exel Damian Murrage"
"Terimakasih pak Edward, saya atas nama keluarga sangat berterimakasih dengan kebaikan hati anda"
Setelah pembicaraan selesai, keduanya mengurus dan menandatangani surat-surat pengalihan saham oleh Edward, dengan kata lain kepemilikan Royal Murrage Hospital lebih besar di tangan Edward, Pak Hari dan Edward saling menatap dan tersenyum puas
"Oh iya pak Evan, kondisikan 6 hari lagi kita adakan pertemuan dewan direksi di Royal Murrage Hospital, sekalian saya akan memperkenalkan diri"
" Baik pak Edward"
Setelah semua proses tanda tangan dan penyerahan berkas-berkas selesai Evan segera pamit undur diri, sedangkan Pak hari langsung menghubungi kuasa hukumnya untuk segera mencabut berkas penuntutan atas nama Exel Damian Murrage
"Apa semua sudah berjalan sesuai yang kita rencanakan Pak Hari?"
"Ya tuan, semua berjalan lancar"
"Apa hari ini aku masih ada acara penting?"
"Hanya rapat dengan perusahaan investor Diamond tuan, nanti jam 2 siang"
"Baik pak, aku akan menjenguk Alena dulu di Rumah Sakit"
"Baik tuan, saya akan disini mengawasi perusahaan"
"Hem, baiklah"
Tak lama Edward segera berangkat sendiri menuju ke Rumah Sakit Royal Murrage Hospital, hanya butuh waktu 30 menit, Edward sudah sampai dan segera masuk ke Ruang Perawatan Alena
"Assalamualaikum" ucap Edward
"Waalaikumsalam" jawab Alena yang merasa terkejut dengan kedatangan Edward
"Apa aku mengganggu?"
"Tidak, silahkan masuk"
"Hem, bagaimana keadaanmu?"
"Masih sedikit lemas dan pusing, tapi sudah lebih baik dari kemaren"
"Syukurlah"
"Aku ucapkan terimakasih atas pertolongan mu kemaren, seandainya kamu tidak datang, aku tidak tau apa yang akan terjadi dengan ku" ucap Alena saat menunduk
"Apa itu berarti kau sudah memaafkan ku?"
Alena terdiam tidak menjawab dan masih menunduk, hingga Edward melihat jelas air mata Alena menetes
"Aku minta maaf Al, sungguh, waktu itu aku berniat memberitahu mu tapi kamu sudah meninggalkan Jakarta, ada insiden yang mungkin kau juga sudah mengetahuinya, aku hampir mati di tangan mafia, jadi niatku menjelaskan ke kamu benar-benar terlupakan"
"Apa kau tau, karena kesalahpahaman itu aku nekad meninggalkan Jakarta, meninggalkan keluargaku dan orang-orang yang aku cinta, awal disini aku serasa hampir gila, tiap malam kejadian itu menghantui tidurku, beruntung ada Amaya yang selalu menguatkan ku"
"Al, aku tau kesalahanku sangat besar, aku tidak akan memaksamu untuk memaafkan ku lagi"
"Tapi, aku juga bersyukur Ed, Terimakasih tidak merusak kehormatan ku malam itu"
Edward terkejut mendengar penuturan Alena
"Jadi, kamu_?"
"Hem, aku akan berusaha berdamai dengan hatiku, jadi aku memaafkan mu"
"Terimakasih Al, boleh aku memeluk mu"
"Gak usah"
"Kenapa?"
"Jangan modus, memaafkan gak perlu pelukan juga bisa"
"Tapi kan lebih enak kalau sama pelukan"
"Enak di kamu gak enak di aku"
"Ya dua-duanya enak lah, mau nyoba?" Edward merentangkan kedua tangannya bersiap memeluk Alena
"Eh, gak perlu, apaan sih, malu itu sama mbak-mbak perawat"
"Mana, aku tutup pintunya"
"Edward ! Jangan macem-macem ya, teriak nanti ni aku"
"Ha ha ha" Edward tertawa melihat Alena yang ketakutan
" Ini, aku belikan handphone, punyamu kemaren dah hancur"
"Hah, gak usah repot-repot Ed, aku bisa beli sendiri nanti"
"Nunggu nanti belinya, keburu di jemput paksa kamu sama Mommy mu, itu lihat, banyak sekali pesan masuk darinya"
"Hah, ini sudah sekalian kamu setting?"
"Iya, kartunya masih pakek punyamu yang dulu, kemaren aku ambil dari handphone lama kamu"
"Oh, iya, makasih banyak ya Ed, ini berapa?"
"Satu, emang kamu butuh berapa handphone?"
"Ish, maksutnya harganya Ed, suka nyebelin kalau di ajak ngomong"
"Harganya cukup kamu bayar dengan kamu cepet sehat aja, itu dah cukup"
Alena terkejut dan hatinya tersentuh mendengar jawaban Edward, dan tersenyum manis ke Edward
"Aku menyuruhmu sehat bukan karena apa, itu pasien mu banyak yang demo, nunggu kamu tangani"
Alena langsung mengerem senyumannya dan berganti dengan bibirnya yang manyun
"Dasar, nyebelin"
"Itu kenapa bibir dibuat manyun gitu, minta di gigit?"
"Apaan sih Ed, suka ngaco deh ngomongnya"
Edward hanya tersenyum melihat Alena tersenyum ketika mengecek isi handphonenya
"Kejadian itu masih membuatmu trauma?" Tanya Edward hati-hati
"Hem, masih, kadang Exel seperti mendatangiku lagi lewat mimpi"
"Perlu aku temani, kalau kamu tidur malam?"
"Nggak usah Ed, ada Amaya dan Delia"
"Sudah ke psikiater?"
"Sudah, aku gak apa-apa Ed, ini hanya trauma sementara, kejadiannya juga masih kemaren, lama-lama nanti juga akan menghilang, aku bukan wanita lemah, ok"
"Hem, aku hanya khawatir"
"Apa kau tau kabar pak Exel ?" tanya Alena
"Hem, Sudah di bebaskan hari ini"
"Apa, bagaimana bisa? " Alena terkejut
"Terlalu enak kalau dia hanya mendekam dipenjara"
"Maksudmu Ed, kamu yang membebaskannya?"
"Iya, aku akan memberi hukuman yang setimpal, hingga dia tak akan pernah berani menyentuhmu lagi"
"Tapi Ed "
"Sudahlah, Exel dan keluarganya urusanku sekarang, kamu gak perlu khawatir, yang penting cepatlah sehat Al"
Sesaat kemudian datanglah staf petugas gizi untuk membawa menu makan siang Alena
"Apa kabar dokter Alena, kami merindukanmu" ucap dua orang wanita sambil menghampiri Alena
"Hai, kabarku baik, kalian membawakan makan siang ku?"
"Tentu saja, spesial buat dokter ni, udang asam manis dan cah kangkung, Taraa !"
"Ah, makasih banyak, nyam nyam, aku langsung lapar"
"Oke, kita lanjut dulu ya Dokter, semoga cepet sehat, jangan lupa di habisin makanannya, besok kita buatkan lagi"
"Siap, makasih"
Edward hanya menatap aneh dengan kelakuan Alena yang langsung manja mania saat di kasih udang dan cah kangkung, merasa ada yang memperhatikannya Alena langsung menoleh ke arah Edward dan bersikap sok dewasa lagi
"Ngapain lihat-lihat, pengen ?"
"Emang boleh minta ?"
"Em, ya sudah, boleh "
"Bener?"
"Iya, boleh, ni " Alena menyodorkan makanannya ke muka Edward
Namun tanpa di duga wajah Edward melewati makanan yang disodorkan Alena dan
CUP
Edward mencium kening Alena
"Aku pengen ini, bukan makanan mu, cepat sehat, aku pergi dulu"
Alena masih terdiam kaku bagai patung, jantungnya berdetak kencang seperti mau lari dari tempatnya, Edward berjalan keluar dan menutup pintu
KLEK
Suara pintu tertutup, segera menyadarkan Alena
"Ya alloh, jantungku rasanya mau lepas, kurang ajar si Edward, ngapain pakek nyium kening segala" batin Alena
"Akh !" Alena teriak kenceng
Perawat yang sedang berjaga langsung berlarian ke kamar Alena
Sementara Edward yang masih bisa mendengar teriakkan Alena hanya tersenyum
"Dasar Bocil" gumam Edward
Bersambung
Terimakasih, jangan lupa jejak dukunganya (like komen, vote dll)
Mohon dukungan untuk novel baruku lagi di aplikasi sebelah "Novel m*e" dengan judul "SAHABATKU KEKASIHKU"
kisahnya tak kalah seru kak, bagi yang punya aplikasinya mampir ya, terimakasih