Tuan Autis

Perlahan tapi pasti Velisha yang tengah mengerjakan tugas skripsinya juga mulai di datangi rasa kantuk, yang lambat laun membuatnya tertidur di depan laptopnya.

Dan saat lewat tengah malam, Riza terbangun dan mendapati Velisha yang juga tertidur di meja yang sama dengannya.

Riza tersenyum lalu segera beranjak menghampiri untuk memindahkan Velisha ke dalam kamarnya, dia segera membopong tubuh mungil Velisha yang di rasa cukup ringan baginya.

Riza lalu membaringkan Velisha ke tempat tidurnya dengan cukup berhati hati supaya dia tidak sampai terbangun.

Sesaat Riza menatapi wajah Velisha yang terlelap itu dengan cukup intens.

"Aku tidak habis pikir, kenapa kau harus sekeras ini menjalani hidup, aku yakin wanita sepertimu bisa dengan mudah menggantungkan hidup pada laki laki kaya,, jujur kau sangat membuatku minder, aku pria yang hanya bisa bergantung pada kakeku, tapi aku berjanji akan bekerja lebih keras darimu nanti, supaya kau bisa terus bahagia bersama ku" ucap Riza.

Di suasana yang hening itu, Riza terdorong perasaanya untuk memajukan wajahnya ke arah wajah Velisha, lalu dengan cepat mengecup kening Velisha tanpa dia sadari, 'Cup'

Velisha hanya sedikit mengernyitkan matanya, namun tidak sampai terbangun.

Riza segera menarik wajahnya lalu tertegun sembari memperhatikan wajah Velisha lagi, dia takut Velisha akan terbangun lalu marah marah karena dia baru saja menciumnya tanpa izin.

Setelah memastikan Velisha tetap tertidur, Riza segera beranjak keluar kamar lalu kabur dari rumah Velisha krena takut akan ada pertanyaan dari Velisha kalau dia bangun.

...***...

Pagi harinya,

Riza terlihat sudah berpenampilan rapi dengan bersetelan jas custom di kediamannya, hari ini dia berniat untuk memulai langkah awal untuk mengambil alih kepemilikan aset hak warisnya dari tangan Redrick.

Dia menempuh jalur hukum untuk menggentarkan keangkuhan Redrick, kalau itu tidak mempan, tentu kakenya juga sudah mempunyai langkah cadangan yang lainya.

"Kita lihat, seberapa kuat keangkuhanmu itu Redrick" gumam Riza saat menatapi pantulan dirinya di cermin.

Riza lalu segera pergi dari kediamannya dengan sebuah mobil mewah menuju ke gedung persidangan untuk berhadapan langsung dengan pihak Redrick.

Riza di dampingi oleh pengacara kepercayaan kakeknya, juga dengan pengawalan ketat seperti biasanya.

Sesampainya di tempat persidangan, Riza dengan percaya diri segera duduk di meja di depan barisan meja hakim.

"Apa semuanya sudah di persiapkan dengan baik?" tanya Riza pada sang pengacara yang juga duduk di sampingnya.

"Tentu tuan muda, saya yakin semuanya akan berjalan dengan baik, semua surat surat aset Redrick sudah ada di tangan kita, jadi dia tentu tidak akan punya kekutan untuk memenangkan perkara ini" ucap sang Pengacara.

"Aku tidak mengkhawatirkan kalah dalam persidangan, yang aku khawatirkan sekarang, bisa saja Redrick mengambil tindakan untuk menggelapkan dana perusahaan ke kantong pribadinya sendiri,, " ucap Riza.

"Anda tidak perlu khawatir, tuan besar sudah memperhitungkan semuanya, beliau sudah memantau sekaligus membekukan semua keuangan perusahaan ayah anda sejak awal, jadi dia tidak akan bisa berbuat banyak" ucap sang pengacara.

"Baguslah kalau begitu, kakek mamang orang yang hebat" ucap Riza.

Tidak berselang lama, dua orang perwakilan dari manajemen hukum Redrick menduduki meja yang bersebarangan dengan Riza.

Dan persidangan pun segera di mulai setelah hakim persidangan tiba di depan mereka.

Jual beli tuntutan dan pembelaan dari kedua belah pihak berlangsing cukup alot.

Hingga sampai akhirnya persidangan itu pun akhirnya di menangkan Riza dengan sangat mudah.

.

Sementara itu.

"Pak Redrick, kita kalah di persidangan ini, semua aset sudah di legalkan menjadi atas nama tuan Riza Adiatama pak" ucap perwakilan Redrick

📲"Apa kau bilang, bagaimana mungkin kau bisa di kalahkan oleh orang bodoh seperti Riza, percuma saja aku menggaji kalian mahal" ucap Redrick

Riza segera melenggang menghampiri meja anak buah Redrick yanga masih duduk di kursinya.

"Katakan pada Redrick, segeralah berkemas, karena dia harus segera pergi dari kantorku." ucap Riza acuh tak acuh,

Riza kemudian segera beranjak meninggalkan ruang persidangan itu dengan membusungkan dadanya.

...

Sementara itu di ruangan kantor yang cukup luas dan mewah, terlihat Redrick sedang berbicara dengan bawahan kantornya dengan raut wajah panik.

"Apanya yang tidak bisa?, Aku tidak mau tau, pokonya sekarang juga cepat alihkan semua dana perusahaan itu ke rekening pribadiku, atau kau akan ku pecat detik ini juga" ucap Redrick mengancam Direktur keuangan di kantornya itu.

"Mohon maaf pak Redrick, saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengalihkannya, tapi dari kemarin pihak bank tidak bisa meproses permintaan saya, mereka bilang ada kendala internal yang tidak bisa mereka beritahukan rinciannya" ucap bawahan Redrick

"Lalu apa gunanya posisimu di kantor ini kalau masalah seperti ini saja tidak bisa kau atasi?, tidak berguna, sekarang pergi dan temui pihak bank yang bekerja sama dengan kita, dan cepat urus kendalanya, aku tidak mau tau" ucap Redrick

"Baik pak direktur, akan saya usahakan" ucap sang Bawahan.

Tapi tiba-tiba pintu ruangan Redrick terbuka dan seorang pria muda yang tanpa masuk tanpa permisi.

"Kau tidak perlu repot repot menguras dana perusahaan, aku sudah membekukan semuanya, dan sayangnya hanya aku juga yang bisa mencairkannya" ucap Riza.

"Kau?, bagaiamana mungkin anak bodoh sepertimu melakukannya?" tanya Redrick tidak menyangkanya sama sekali.

Meski Redrick tau Riza sudah memegang semua sertifikat asetnya, tapi menurutnya itu akan sulit di legalisir jika tanpa pengetahuan yang mumpuni, dan setaunya selama ini Riza hanya pria bodoh yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal pada umumnya, dan tentu itu sangat di luar dugaan jika Riza bisa melakukannya sejauh itu.

"Kau terkejut?, Aku memakluminya, karena aku juga cukup terkejut, aku pikir tidak akan semudah merebut permen dari tangan anak kecil, tapi nyatanya memang semudah itu" ucap Riza.

"Siapa yang sudah membantumu?" tanya Redrick yang masih tidak percaya kalau Riza melakukanya seorang diri.

"Apa itu penting?, yang harus kau pikirkan sekarang adalah nasib kau dan putrimu, karena hal pertama yang ingin ku lakukan sebagai pemilik perusahan Adiatama adalah menarik semua fasilitas yang kau gunakan sekarang, termasuk fasilitas yang di gunakan putrimu" ucap Riza.

"Jangan keterlaluan kamu Riza, bagaiamana pun juga aku berjasa di perusahaan ini, aku juga masih berstatus ayahmu" ucap Redrick.

Riza terus melangkah mendekat kepada Redrick yang masih terduduk di kursinya,

"Sayangnya, aku tidak perduli akan hal itu, aku tau apa yang sudah kau lakukan padaku dan adiku selama ini, kau harusnya bersyukur aku tidak langsung mengirimu ke dalam penjara, karena aku masih ingin memberimu wajah" ucap Riza

"Kau benar benar ingin mengusirku dari perusahaan ini Riza?" tanya Redrick dengan wajah memelas, karena dia tau tidak akan bisa berbuat apa apa lagi saat ini.

"Kalau kau mau, aku bisa saja memesan ruangan khusus untukmu dan putrimu di dal rutan saat ini juga" gertak Riza.

"Apa kau setega ini pada ayahmu sendiri?, Ibumu masih istriku" tanya Redrick.

"Aku pikir ibuku juga sudah bosan di perlakukan buruk olehmu, jadi sekarang lebih baik kau urus perceraian saja,, Pengawal, aku tidak ingin melihat pria gila ini ada di ruanganku" ucap Riza.

Beberapa pengawalnya pun segera maju ke sisi Redrick dan memaksanya berdiri, lalu menariknya berjalan untuk keluar dari ruangan itu.

"Ayo keluar" ucap sang pengawal Riza.

"Lepaskan aku bedebah, lihat saja kamu Riza, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu nanti" ucap Redrick yang geram.