Steven adalah seorang CEO perusahaan besar dipaksa menikah dengan gadis desa karena Stevan menabrak calon suami wanita tersebut.
Apa yang akan dilakukannya? padahal dia sudah mempunyai tunangan dan dalam waktu dekat dia akan menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkapkan perasaan
Malam nya sesuai kesepakatan Bryan, Andre dan Stevan, mereka merayakan malam terakhir Stevan yang melajang,karena lusa Stevan sudah menikah.Mereka bertiga kumpul disebuah bar, dimana sudah tersedia beberapa botol minuman.
Bryan menuangkan wine di gelas mereka, "Mari kita bersulang" Bryan mengangkat gelasnya dan disusul Andre dan Stevan.
"TOS" ucap Andre menyatukan gelas nya.
Ting.. dentingan gelas mereka beradu,dan mereka meneguk minuman itu dengan sekali teguk.
"Ah..." Stevan menggelengkan kepala nya berat, tenggorokannya terasa panas saat minuman itu masuk, ia tidak terbiasa meminum minuman seperti itu, hanya dulu semasa sekolah dia mengonsumsi minuman itu, setelahnya ia tidak ingin meminum minuman itu lagi, begitu juga dengan Andre. Beda halnya dengan Bryan, ia biasa meminum minuman itu, sehingga tidak membuat ia tumbang.
"Tambah lagi stev, ndre." Bryan menuang lagi wine kedalam gelas.
"Gue gak bry, nanti bini gue ngamuk." ucap Andre menolak.
"Ayo stev, bersulang lagi" Bryan memberikan gelas wine pada Stevan, Stevan menolak namun Bryan membujuk terus. "Ayolah stev, sesekali gak apalah, lusa lo sudah menikah, jadi rayakan lah masa lajang mu sekarang." Stevan kembali memberikan gelas wine itu.
"Hufff.. baiklah."Stevan mengambil gelas pemberian Bryan,dan dia meminumnya.
"Hahaha..gitu dong, mau tambah?" tanya nya lagi.
"Satu lagi." Stevan mengarahkan gelasnya dan Bryan mengisinya lagi. Dan hanya dengan sekali teguk Stevan meminumnya.
"Are you oke?" tanya Bryan yang melihat Stevan tumbang, Stevan membaringkan kepalanya dimeja. Hanya dengan tiga gelas wine sudah membuat Stevan mabuk,ia benar benar tidak bisa meminumnya.
"Tambah lagi bry." Stevan meminta minuman lagi namun Andre menghentikan.
"Gak stev, lho gak bisa minum lagi." Andre menggeleng ke arah Bryan, memberi syarat untuk tidak memberi Stevan minum itu lagi.
"Tapi gue mau lagi ndre, gue ingin minum sepuasnya sebelum gue menikah dan meninggalkan istri gue." racau Stevan dan membuat Bryan mengernyitkan dahi nya.
"Udah, udah, lo udah mabuk stev, kalo lo minum lagi, lo bakalan mati dan gak akan bisa menikah." Ucap Andre mengambil gelas pada genggaman Stevan.
"Apa maksud nya ninggalin istrinya?" tanya Bryan yang bingung sekaligus penasaran.
"Emm...sehabis nikah nanti dia ada kerjaan di kantor cabang di Jepang , jadi dia terpaksa ninggalin istrinya lah." Bohong Andre menjelaskan, untung saja Bryan percaya.
"Gue antar dia pulang dulu bry." Andre merangkul Stevan dan memapahnya berjalan.
"Haisss....Menyusahkan saja". ucap Andre sembari memapah Stevan berjalan,dan itu membuat Bryan terkekeh.
Andre meletakkan Stevan dikursi belakang, dan ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga mereka kini sudah sampai didepan rumah Stevan. Sebelum masuk Andre menghubungi ana terlebih dahulu agar membukakan pintu karena jam sudah sangat larut.
Ana membuka pintu utama, ia kaget melihat Stevan jalan sempoyongan kemudian dipapah oleh Andre. "Tuan Stevan kenapa?" tanya ana sedikit panik.
"Dia terlalu banyak minum" jawab Andre. Kemudian ia membawa Stevan ke dalam kamar dan membaringkan Stevan ditempat tidur.
"Saya pulang dulu na, tolong kasih air lemon yah agar dia cepat sadar." ucap Andre dan ana hanya mengangguk. Selepas Andre pulang ia kembali mengunci pintu barulah ia ke dapur membuatkan air lemon untuk Stevan.
Ana menaiki tangga dengan membawa segelas air lemon,ia membuka pintu kamar Stevan namun ia tidak mendapati Stevan. Ia meneliti ruangan itu mencari Stevan.
"Tuan, kamu dimana?" suaranya agak tinggi sembari meletakkan air lemon diatas nakas. Ia mengetuk kamar mandi namun tidak da jawaban dan ia membukanya, memang benar, Stevan tidak ada didalam kamar mandi.
"Tuan" panggilnya lagi yang melihat pintu balkon sedikit terbuka, ia berjalan ke balkon dan benar, Stevan sedang disana, tepatnya ia terduduk dilantai sambil memandangi rembulan.
"Tuan, kau sedang apa?" ana mendekati Stevan dan memegangi bahu Stevan. Merasa ada sentuhan di bahu nya,Stevan menoleh.
Deg
Kini mata mereka saling beradu, jantung ana kian berdebar sangat kencang ditatap oleh Stevan seperti itu.
"Ana, apakah aku pria jahat?" tanya Stevan tanpa melepas pandangannya.
"Eh," ana melepaskan pandangan matanya pada Stevan, "A..apa maksud tuan?" bukannya menjawab ana kembali bertanya.
"Apakah aku egois?" tanya Stevan lagi namun ana hanya diam menatap Stevan.
"Ana, maafin saya, saya pria jahat, saya egois, andai saja saya bertemu lebih awal denganmu, andai saja saya menyadari perasaan ini lebih awal." racau Stevan.
"Apa maksud tuan?" ana duduk dihadapan Stevan.
Stevan menatap nanar mata ana,tatapan penuh rasa cinta terpancar Dimata Stevan.
"Saya suka kamu, saya mencintaimu ana." Stevan menatap mata ana, tatapannya penuh rasa cinta.
Deg
Jantung ana semakin berdetak cepat mendengar ungkapan Stevan.
Andai saja saya cepat menyadari rasa cinta saya ke kamu, saya bakal membatalkan pernikahan ini. Tapi itu tidak mungkin, lusa saya menikah.
Mata ana memanas menahan cairan di pelupuk matanya, ia mendongak agar pertahanannya tidak jatuh. Serasa netral ia kembali menatap Stevan.
"Aku egois kan? aku gak ingin melepaskan mu, tapi itu akan menyiksa perasaanmu. Saya janji akan membebaskan kamu na, kamu bebas memilih ingin hidup dengan siapa nantinya."
Ana tidak lagi bisa menahan air mata nya, dan kini tumpah membasahi pipinya. Ia tidak menyangka ternyata Stevan juga mencintainya. Ia juga menyadari jika sebenarnya ia mencintai suaminya itu, tapi ia tidak bisa memiliki cinta itu.
Stevan meraih tangan ana hingga ana terduduk dipangkuan Stevan, kemudian Stevan mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya dengan bibir ana. Gairah nya semakin memuncak saat Ana merespon dengan membalas ciuman Stevan. Mereka berdua terhanyut oleh perasaan dan gairah mereka. Ana yang tersadar langsung mendorong tubuh Stevan dan segera pergi meninggalkan Stevan.
Disisi lain Stella sedang memadu kasih dengan pria pemuas nafsunya, kini mereka kembali mengulangi hubungan panas itu, hubungan yang seharusnya bagi pasangan halal.
"Baby, kamu sungguh nikmat" ucap pria itu disela pelepasannya,kemudian ia membaringkan tubuhnya disebelah Stella.
"Kamu juga sangat hebat sayang." Stella mengelus pipi pria itu.
"Sayang, lusa kamu menikah, Apa ini pergelutan terakhir kita?" tanya pria itu.
"Kita masih bisa melakukannya saat Stevan sibuk sayang." Jawab Stella enteng.
"Bry, kamu beberapa minggu ini tidak pakai pengaman. Bagaimana jika benih mu tumbuh di rahimku?" Stella merasa cemas karena selama beberapa minggu ini Brayan tidak pernah pake pengaman lagi. Ia Takut jika ia akan hamil.
"Kamu jangan pikirkan itu okey, nikmati saja permainanku sebelum nanti kamu menikmati permainan Stevan." Bryan mengecup kening Stella, dan menariknya dalam pelukannya.
Bryan tersenyum penuh kemenangan,ia menyunggingkan bibirnya. "Kau begitu bodoh stev, aku selalu bisa merebut barang yang kamu inginkan." terbesit senyum jahatnya.
.
Bersambung.
Happy reading semua🥰 jangan bosan membaca ceritaku yah😊
Jangan lupa tinggalkan jejak nya 👍👍