NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Tamat
Popularitas:117.4k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 11

...----------------...

Huek huek, uhuk...uhuk "Sialan! sakit banget tenggorokanku." Makian selalu terlontar dari bibir mungil sedikit pucat itu, lantaran sudah sedari bangun tidur Mahira terus muntah-muntah, efek alkohol yang dia minum semalam masih terasa. Kepalanya terasa berat seperti membawa beban berkilo-kilo gram, tubuhnya lemas tak bertenaga.

"Hir...kamu baik-baik saja, kan? cepetan keluar! Aku juga kepengen muntah. Ternyata dugem gak seasyik yang kita kira...Hira, buruan!" Teriak Nesya seraya menggedor lebih keras lagi pintu kamar mandi. Mual perutnya semakin menjadi.

Imelda tak menggubris sama sekali kedua sahabatnya yang heboh di pagi hari. Dirinya asyik bertukar kabar dengan laki-laki yang baru saja dirinya kenal semalam sewaktu di Diskotik. Chat dari sang suaminya-pun sama sekali tidak dirinya gubris.

"Asyik bener yang lagi berbalas pesan mesra... udah kayak remaja labil aja dirimu, Mel." Sindir Hira sembari menjatuhkan badannya di kasur hotel. "Kapok aku, gak mau lagi mabuk-mabukan gak jelas gitu."

"Dari awal kan, udah tak ingetin! Kamu sendiri yang ngeyel. Jelas-jelas belum pernah minum alkohol, eh... malah nambah dua gelas, teler kan jadinya."

"Pesen sarapan gih. Laper banget ni!" titah Hira, daripada meladeni omelan Imelda.

"Ck... kebiasaan!" Tak ayal Imelda bangkit dan menelfon layanan hotel untuk memesan sarapan sesuai selera mereka.

"Muntaz, apaan sih!? aku baru aja bangun tidur, memangnya dirimu kira aku ngapain? pagi-pagi jangan ngajak ribut!" hardiknya kesal, dan langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak. bagaimana gak dongkol hatinya. Dari semalam Muntaz terus saja meneror dan menanyakan dirinya lagi dimana.

"Kenapa lagi lakik mu?" Imelda bertanya, tetapi fokusnya masih pada ponsel dalam genggamannya.

"Biasa... posesifnya lagi kumat!"

"Hir, napa gak dirimu ladeni si Bule yang semalam ngajak kenalan itu? Kelihatannya tipe nyantai sih do'i. Gak kayak suamimu yang kolot banget. Semua-semua kudu laporan dan pengen tahu segala kegiatanmu, mana selalu membawa dalil lagi. Bahwa seorang istri itu wajib mematuhi suaminya." Timpal Nesya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Hira pun jadi mengingat laki-laki tampan yang sepertinya juga mapan itu, bule keturunan Amerika yang semalam baru dikenalnya.

"Hira... Kakakmu lagi liburan ni." beritahu Imelda. Dirinya memperlihatkan foto Maysarah yang tengah bermain di pantai bersama anak-anak kecil.

"Dasarr Egois Kau Maysarah!! Aku Membencimu!!" Bara api tengah membakar hatinya, kala melihat senyum dan canda tawa kembarannya itu. Dirinya sangat amat tidak terima melihat May bisa sebahagia itu bersama orang lain. Sangat berbeda jika bersamanya ataupun keluarganya, Maysarah selalu ketus, datar, dan lebih banyak menghindari berinteraksi dengannya yang jelas-jelas mereka sedarah.

Nesya dan Imelda saling melirik sembari mengangkat bahu pertanda tidak mau ambil pusing akan sikap Hira yang tengah mengamuk. Membuang bantal hotel.

***

"Panas banget ya hari ini, tapi seru. Melihat anak-anak bisa bergembira selepas itu, rasanya surga dunia banget." Ujar Dodi, pandangan matanya tak lepas mengawasi anak asuh Muara Kasih yang tengah bermain pasir pantai dan ombak.

Maysarah yang duduk berjarak darinya pun menanggapi. "Mereka yang tidak beruntung, selalu tau bagaimana caranya bersyukur atas hal sekecil apapun itu. Sama seperti anak-anak didik kita, liburan kecil ini mereka anggap sebuah Anugerah terindah. Padahal bagi mereka yang berpunya, hanyalah hal sederhana yang tidak berarti." May berucap seraya jari telunjuknya menulis asal di atas hamparan pasir putih.

Dodi beralih menatap gadis yang sedang melukis itu. 'Hadirmu juga Anugerah terindah bagi hidupku May. Semoga Allah segera meridhoi niatku untuk menghalalkan dirimu dalam ikatan suci pernikahan.' Aamiin Allahummah Aamiin. Dodi mengaminkan sendiri kata hatinya.

"Apa dirimu nggak kepengen punya satu seperti mereka, May?" tanyanya tanpa sadar

"Hah... maksudnya?"

"Eh... gak ada maksudnya, aku cuma keceplosan...eh, aduh." Di taboknya pelan bibirnya sendiri.

"Kamu... nggak jelas banget, Do." kekeh May sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah absurd Dodi.

"May, kamu suka warna apa? dan suka tipe rumah yang seperti apa?" Tanyanya beruntun. Jemarinya ikutan memainkan pasir pantai.

Maysarah mengernyitkan keningnya, saat mendengar pertanyaan beruntun dari Dodi. Lalu May memilih duduk tenang sembari menekuk kedua lututnya agak renggang, agar Janin dalam kandungannya tetap nyaman. Sorot mata teduhnya menerawang jauh, seolah tengah membayangkan rumah dan masa depan impiannya.

"Aku suka warna coklat, dan... ingin sebuah rumah yang memiliki halaman luas, tidak perlu besar, asal layak untuk ditinggali." Ungkap Maysarah dengan binar mata penuh pengharapan.

"Kamu lain dari wanita kebanyakan, May. Sebagian perempuan diluar sana ingin memiliki rumah mewah, tapi kamu malah sebaliknya." Dodi memberikan diri menatap Maysarah, pada saat yang bersamaan wanita berhijab navi itu juga memalingkan wajahnya, seketika pandangan mereka bertemu.

"Do... sebuah rumah akan terasa hidup jika penghuninya saling mengasihi dan saling memiliki. Bukan malah sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Semakin besar sebuah bangunan akan semakin sunyi jika hanya untuk dijadikan pajangan sebagai penanda status sosial. Yang terpenting bagiku itu... isinya, dan kegunaannya." May memutuskan pandangan mereka, lalu kembali menatap lurus lautan lepas.

'Masya Allah... kamu masih tetap sama May, sederhana penuh kasih. Insya Allah gak akan lama lagi rumah impianmu jadi May. Setelahnya aku akan meminta dirimu dari kedua orang tuamu.'

Dodi semakin mantap untuk segera meminang wanita yang duduk di sebelahnya itu. Sebentar lagi rumah yang ia bangun akan selesai, sebuah hunian nyaman yang sengaja ia siapkan sebagai mahar untuk menikahi Maysarah.

'Ayo...Do, giat lagi bekerja bagaikan kuda, demi Maysarah-mu.' dirinya tengah memompa semangatnya sendiri.

"Gak ada satupun wanita di atas muka bumi ini, yang nggak ingin memiliki seorang Anak. Apalagi jika anak itu terlahir dari benih laki-laki yang dicintainya." Senyum May merekah saat melihat muka konyol Dodi.

"Kamu... mendengar ucapan ku tadi, May?" Bertambah malulah dirinya saat Maysarah mengangguk mengiyakan. Buru-buru Dodi memalingkan wajahnya sambil mengigit kuat bibirnya sendiri.

Demi menghilangkan kecanggungan May bertanya kepada Dodi. "Tumben dirimu bisa ikut acar piknik, Do? biasanya kamu selalu sibuk sama pekerjaanmu yang gak ada habisnya itu."

Bos ku lagi perjalanan bisnis keluar negeri, May. Makanya aku bisa bebas hari ini." jawabnya bohong. Nyatanya dirinya memaksa menolak lembur sepertinya biasanya dengan alasan lagi enak badan. Sehingga mau gak mau Muntaz Abraham mengizinkannya.

Maysarah gak tahu kalau Dodi bekerja sebagai asisten adik iparnya itu. Begitupun dengan Muntaz, yang tidak mengetahui kalau Dodi mengenal baik kakak iparnya. Apalagi tentang rencana Dodi yang ingin menjadikan Maysarah istrinya. Dodi Darsah begitu menutup rapat kehidupan pribadinya.

***

"Mahira.... kali ini, sungguh sudah keterlaluan dirimu!" Geram seorang laki-laki sembari meremat beberapa lembar foto.

Bersambung.

1
Sivia
ka ada lanjutannya gak
Elizabeth Yanolivia
taz kamu langsung jawab aja, “hai saphira cebongnya angga yang udah netas duluan” 😂😂😂😂
Elizabeth Yanolivia
Kak Lapcuk terima kasih atas karya luar biasa ini, kalau boleh meminta tolong dilanjutkan sampai may melahirkan bayi kembar mereka 😍😍😍
Bucinnya Baekhyun🐶: Ku juga nunggu nih ka semoga di up lagi
total 1 replies
Elizabeth Yanolivia
angga dan dania masuk jebakan muntaz, ceritanya gimana?
Elizabeth Yanolivia
sagara patut di apresiasi perubahan dan ketulusannya 😀
Elizabeth Yanolivia
dia tidak ada mengatakan apa-apa = dia sama sekali tidak mengatakan apa-apa
Elizabeth Yanolivia
memainkan kartu bersama angga - bermain kartu bersama angga
Elizabeth Yanolivia
akhir yang sangat dramatis 😅
Elizabeth Yanolivia
nasi yang sudah jadi bubur masih bisa diolah dengan diberi topping yang menggugah selera ❤️❤️❤️
Elizabeth Yanolivia
twin baby ❤️❤️❤️
Elizabeth Yanolivia
tapi kalau sagara yang nampar maysarah gak masalah gitu 😡😡😡😡

ketika seorang ayah yang menampar anak gadis luka hatinya lebih mendalam, itu yang dialami maysarah 😢
Elizabeth Yanolivia
datanglah muntaz sang super hero 😆😆😁
Elizabeth Yanolivia
may, aku ngeri dan pilu 😭😭😭😭😭
Elizabeth Yanolivia
kenapa hebat hanya untuk mahira saja 😰😰😰😰
Elizabeth Yanolivia
wah hebat muntaz dan maysarah, punya bayi kembar 😍😍😍😍
Elizabeth Yanolivia
judul novel sebelumnya apa ya?
Elizabeth Yanolivia
😍😍😍😍
Elizabeth Yanolivia
pertahanan mental may memprihatinkan sekali 😰😰😰😰😰
Elizabeth Yanolivia
gak bisa di buka pake remote kah
Elizabeth Yanolivia
ya ampun muntaz, betapa bodohnya dirimu 😨😨😨😨😨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!