Tuan Autis

Tuan Autis

Awal Mula

***

Di suatu senja...

Terlihat seorang pemuda berjalan kaki di trotoar jalanan kota yang suasananya lumayan ramai dengan orang orang yang berlalu lalang di sana.

Pria berperawakan tinggi, berkulit putih, berhidung mancung, dan berkacamata bulat itu mungkin akan terlihat tampan dan gagah jika saja dia berpenampilan rapi, tapi sayangnya penampilannya sangat lusuh dan berantakan tidak terurus, hingga tak ayal orang orang di sekitarnya berpandangan negatif dan menganggap pria lusuh itu seorang tunawisma.

Namanya Riza Adiatama 25 tahun, pria pengidap autisme yang di anggap mengalami masalah kejiwaan oleh keluarganya.

Dia sengaja kabur dari belenggu kediaman keluarganya karena merasa tidak ingin lagi di perlakukan tidak manusiawi oleh mereka, yang mengurungnya selama bertahun tahun di balik jeruji besi di kediamannya.

Riza hanya berjalan pelan dengan menundukan pandanganya ke lantai yang dia pijak di sepanjang jalan, tanpa ada tujuan pasti kemana kakinya akan melangkah, raut wajah ketakutan selalu nampak setiap kali dia berpapasan dengan orang orang di sekitarnya.

Dia takut jika orang orang itu akan menyakitinya seperti yang selalu di lakukan oleh orang orang terdekat nya.

Di tengah langkahnya yang kaku, sorot matanya tiba tiba tertuju pada sebuah stand pinggir jalan yang menjajakan makanan cepat saji yang membuatnya sangat tergiur, sebab dia merasa sangat lapar karena memang Riza belum memakan apapun semenjak dia berhasil kabur kemarin malam.

Riza dengan langkah tergesa ingin menghampiri stand penjual itu untuk membeli sesuatu untuk dia makan. namun,

'Brruuk' dia bertabrakan dengan seorang pejalan kaki karena kecerobohan langkahnya, dan membuat Riza oleng lalu terjerembab duduk di tanah.

"Hey, hati hati, dasar gembel!" Seru seorang pria yang tersenggol Riza.

"Ma maaf" Ucap Riza terbata dengan tertunduk takut.

"Ada ada saja, sepertinya hari ini aku akan sial di tabrak gembel sepertimu" ucap pria itu menggerutu lalu berlalu dengan melanjutkan pembicaraannya di ponsel miliknya.

Setelah pria yang bertabrakan denganya berlalu, Riza segera bangkit dan meneruskan Niatnya untuk menghampiri Stand makanan yang dia tuju.

Riza langsung menyeruduk antrian beberapa pembeli lain yang sedang menunggu pesanan mereka di sana.

Jelas mereka terganggu oleh Riza yang tiba-tiba datang tanpa permisi, tapi mereka tidak berkomentar apapun dan hanya menatapnya sinis.

"Sosis, aku mau Sosis" ucap Riza langsung menunjuk yang dia inginkan seperti anak kecil.

Seorang dara jelita berusia 22 tahun sang penjaga stand itu langsung mengalihkan perhatiannya kepada Riza, meski dia sedikit sibuk, dan Velisha tetap memberikan senyum hangat dan bersikap ramah pada Riza meski dia berpenampilan kumuh.

"Iya kak, tunggu sebentar ya, saya siapkan dulu pesanan untuk yang lain dulu, jadi silahkan tunggu di belakang" ucap Velisha dengan senyum manis yang begitu khas.

"Tapi aku mau sekarang, aku lapar" ucap Riza.

"Heh, apa kamu tidak mengerti bahasa manusia, tunggu ya tunggu, dasar bodoh" ucap pelanggan lain membentak karena merasa risih oleh kehadiran Riza.

Riza langsung menundukan pandangannya ke bawah sambil menggenggam ujung bajunya.

"Nona, tolong jangan di marahin, kasian" ucap Velisha menyela karena menyadari gelagat Riza yang tidak seperti orang normal pada umumnya.

"Orang sperti dia jangan di kasihani mbak, menganggu ketertiban umum saja, sudah, kamu menjauh saja sana, dasar" ucap si pelanggan perempuan kesal dengan sedikit mendorong bahu Riza.

"I iya," ucap Riza yang memang memiliki mental setipis tisu dan gampang sekali robek.

Riza beranjak dari depan stand penjual itu dan langsung terduduk murung di pinggiran trotoar di samping stand, karena merasa sedih tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

Velisha hanya tersenyum Iba dan tidak bisa membelanya lebih jauh, dia pun kembali fokus menyiapkan pesanan untuk beberapa pelangganya lagi yang sudah menunggu.

Setelah beberapa saat, pekerjaan Velisha sudah sedikit senggang, dia lalu menghampiri Riza yang masih duduk di tempatnya.

"Kamu mau sosis kan?, ini sosis mu" ucap Velisha memberikan kantong makanan yang berisi beberapa sosis bakar di dalamnya.

Riza langsung mendongak ke arah Velisha dengan mata berbinar, saat melihat apa yang dia inginkan ada di depan matanya.

"Iya, aku mau, aku lapar" ucap Riza sangat bersemangat mengambilnya.

Dia pun langsung membuka kemasan mika plastik yang mebungkus sosisnya dan segera melahap isi di dalamnya dengan rakus.

Velisha hanya menperhatikan dengan sedikit tersenyum.

"Berapa aku harus membayar?" tanya Riza dengan wajah yang belepotan oleh saus tomat dan mayones dari sosis yang dia makan.

"Tidak perlu, kamu makan saja, kamu tidak perlu membayarnya" ucap Velisha dengan tersenyum ringan.

"Aku punya uang kok" ucap Riza polos dan mencoba merogoh saku celananya.

"Tidak papa, mending kamu simpan saja uang mu untuk keperluan lain" ucap Velisha menolak karena berpikir Riza mungkin hanya memiliki sedikit uang.

"Oh, kakak baik," ucap Riza yang langsung melanjutkan makannya kembali.

"Oya, kamu bukan orang sini kan?, dari mana asal mu?" tanya Velisha sedikit penasaran.

"Jauh" ucap Riza singkat, karena dia hanya fokus pada makanannya.

"Oh, kalau begitu kamu harus pulang setelah menghabiskan makanan ini, Oke!" ucap Velisha yang menebak kalau Riza mungkin mengalami cacat mental, karena menyadari perilakunya sedikit kekanak kanakan, meski Riza sudah terlihat dewasa.

"Tidak mau, aku ingin pergi jauh" ucap Riza

"Oh, ya sudah, tapi kamu jangan lupa pulang nanti ya, aku harus kembali kerja lagi", ucap Velisha tidak terlalu menganggapnya serius.

"Terima kasih, kakak sangat cantik, kakak sangat baik" (Terimakasih, selain cantik, anda juga sangat baik hati). ucap Riza yang merasa tersentuh oleh sikap yang di tunjukan Velisha padanya.

Tapi memag Riza punya masalah kesulitan untuk menata kata kata yang ingin dia ucapkan, hingga terkadang berbeda dengan apa yang ingin dia katakan dari pikirannya,

Ada semacam efek zat kimia tertentu yang beberapa tahun belakangan menghambat fungsi otaknya, sehingga membuat otaknya tidak memegang kendali penuh atas perilakunya yang di luar logikanya, di tambah perlakuan orang orang terdekatnya yang malah menekan mentalnya hingga benar benar habis.

Riza di anggap mengalami ganguan jiwa dan di provokasi sebagai aib keluarga oleh orang yang jadi duri dalam daging di keluarganya, lebih tepatnya adalah ayah sambungnya sendiri.

Velisha hanya sedikit tersenyum dan segera masuk ke stand jualannya lagi.

Hari beranjak malam, tapi Riza masih duduk di tempatnya, dia tidak beranjak kemana pun setelah dia makan.

Karena mungkin yang di cari oleh nalurinya adalah tempat di mana dia bisa di hargai oleh seseorang seperti Velisha, meskipun itu hanya di pinggir jalanan kota yang bising, dan itu sebabnya dia hanya diam di sana dan sesekali memperhatikan Velisha yang ada di stand nya.

Tidak berselang lama, hujan gerimis pun turun dari langit malam dan mulai membasahi baju Riza, sedikit demi sedikit.

Velisa yang keluar dari stand untuk mengantarkan sebuah pesanan tersadar kalau Riza masih ada di tempatnya dan kehujanan, jadi dia menghampiri nya lagi.

"Hey, apa yang kamu lakukan di sini?, kenapa kamu tidak berteduh?, ini hujan!" ucap Velisha mencoba berbagi payung yang di bawanya.

Riza mendongak dan menatap Velisha yang memayunginya, dan lagi lagi dia merasa tersentuh akan hal itu.

"Aku tidak ingin pergi" ucap Riza

"Maksudku, kenapa kamu tidak mencari tempat yang teduh untuk berlindung dari hujan, kalau kamu kedinginan ksmu bisa sakit, , apa kau mau sakit?" tanya Velisha.

"Tidak mau" ucap Riza sedikit menggelengkan kepalanya

"Kalau begitu berteduhlah, mmm sepertinya di depan toko itu lumayan teduh, kamu kesana saja oke!!" ucap Velisha dengan menunjuk ke sebuah bangunan toko yang tidak jauh dari tempat mereka.

Riza Hanya mengangguk beberapa kali lalu berdiri dan melangkah ke arah yang di tunjuk Velisha.

Velisha sejenak memperhatikan Riza yang dengan mudah menuruti titahnya, kemudian Velisha juga segera beranjak untuk melanjutkan mengantar pesanan pelangganya yang ada di toko di sebrang jalan, karena memang pelanggan Velisha sudah menunggu di sana.

Sebelum menyebrang tentunya Velisha melihat kanan kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan saat dia melintas, dan memang kondisi jalanan sedikit sepi, jadi diapun tanpa ragu untuk menyebrangi jalan dengan langkah kecil.

Namun saat dia hampir sampai ke sebrang jalan, Velisha baru tersadar kalau ada sebuah sepeda motor tua tampa penerangan yang datang dengan cepat tepat ke arahnya.

'Tiiiiiiiiiiiiiiiiidttt'

"Aaaaaaaa" Velisha langsung berteriak saking kagetnya, dan....

'Bruuuuuukkk' ......

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Maaf baru mampir thor...
Semangat nulisnya bunga 🌹 mendarat ..💪💪

2024-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!