My Arumi

Malik menghampiri sang istri, saat melihat Arumi keluar dari gedung kampus.

" Lho Mas ? Kok Mas yang jemput ? Bukannya Mas ada meeting ya ? " tanya Arumi heran saat melihat keberadaan Malik disana.

" Mas cuma khawatir sama kamu. Lagian meeting udah direschedule " jawab Malik sambil menatap Arumi dengan senyum manisnya.

" Ohh gitu "

" Kenapa ? Kamu kayaknya gak suka Mas jemput kesini " Malik memicingkan matanya saat melihat reaksi sang istri.

" Ya sudah, kita pulang sekarang ! " ajak Malik sambil meraih tangan Arumi dan menggamitnya.

" Rumi... " panggil Alya yang terlihat berlari menuju mereka.

Arumi dan Malik lantas menengok ke arah belakang. Arumi menghentikan langkahnya lalu melambaikan tangannya.

" Kamu mau pulang ? " tanya Alya sambil dengan nafas ngos-ngosan.

" Iya, maaf ya kita bisa pergi lain waktu " jawab Arumi merasa bersalah.

" Ya udah deh gak apa-apa. Kita bisa pergi lain kali. Sampai ketemu besok ya "

Alya melambaikan tangannya. Ia juga menganggukkan kepalanya kepada Malik dengan canggung. Setelah itu, ia berlalu dari hadapan Arumi dan Malik.

" Kalian mau pergi kemana ? " tanya Malik mengangkat sebelah alisnya.

" Tadinya mau ke toko buku terus mampir ke cafe Mama Anaz dulu. Tapi malah dijemput sama Mas Malik, jadi batal deh " jawab Arumi apa adanya.

" Kalian bisa pergi lain kali. Lagian temen kamu itu juga udah ditungguin sama Husen " sahut Malik.

" Hah ? Kak Husen nungguin Alya ? Mau ngapain ? " tanya Arumi heran.

" Memangnya kamu belum tahu kalau temen kamu itu sekarang pacaran sama si Husen ? " seloroh Malik.

Arumi membulatkan matanya. Sungguh bagaimana bisa ia tidak tahu-menahu tentang hal ini.

" Ini beneran Mas ? Kok Alya gak pernah cerita sih. Mas Malik tahu darimana ? " Arumi berusaha mencari tahu.

" Beneran sayang. Husen sendiri yang cerita sama Mas. Mungkin temen kamu malu buat cerita ini sama kamu karena mereka kan baru saja menjalin hubungan " beber Malik.

" Ih, kok bisa sih Alya gak ngasih tahu " gerutu Arumi lagi.

" Aku harus minta penjelasan dari Alya " tambah Arumi lantas mengeluarkan ponselnya.

" Mau ngapain sayang ? " tanya Malik.

" Mau telpon Alya. Mau nanya kenapa dia bisa-bisanya sembunyiin hal ini " jawab Arumi.

" Udah, besok lagi aja. Lagian Mas udah disini, kamu malah urusin orang lain " rajuk Malik.

" Bukan gitu, Mas... Tapi kan... " Arumi menghentikan ucapannya saat melihat raut wajah Malik yang berubah.

" Iya... Iya... Daddy Malik sayang. Kita pulang sekarang ya " bujuk Arumi dan kata-kata Arumi itu mampu membuat raut wajah Malik kembali tersenyum.

Mereka berduapun segera meninggalkan kampus.

" Gimana hari ini ? Semuanya lancar kan ? " tanya Malik saat mereka dalam perjalanan pulang.

" Alhamdulillah, lancar Mas " jawab Arumi.

" Gak ada masalah ? Kamu gak mau cerita sama Mas ? " pancing Malik.

" Gak ada " jawab Arumi singkat.

" Kamu gak nutupin sesuatu kan sama Mas ? Kamu kan tahu sendiri kalau Mas bisa tahu apapun meskipun kamu tutupin " ucap Malik.

Deg

Tiba-tiba, Arumi merasakan jantungnya berdebar mengingat jika tadi Alea datang menemuinya.

Apa Mas Malik tahu kalau Mba Alea tadi datang ?

" Kok diem sayang ? Kamu kayak nutupin sesuatu dari Mas. Memangnya kamu gak mau cerita ? "

Pertanyaan telak dari Malik membuat Arumi tak bisa lagi menutupi. Keringat dingin mulai mengalir di wajah cantiknya, Arumi menautkan jemarinya, wajahnya berubah menjadi tegang.

Arumi sadar jika Malik hanya ingin ia berkata jujur. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk berkata jujur. Karena percuma saja ia menutup-tutupi, toh Malik akan mengetahuinya dengan mudah. Jangankan di dalam jangkauannya, perbuatan Alea di luar negri saja bisa diketahui dengan mudah.

Arumi menghela nafasnya, mencoba untuk mengaturnya lebih dulu.

" Maaf Mas, tadi Mba Alea datang menemuiku " jujur Arumi. Ia menggigit bibir bawahnya dengan kepala yang tertunduk.

Malik menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia lalu meraih wajah sang istri dan mengangkat dagunya sehingga bisa melihat wajah cemas Arumi.

" Dia tidak melakukan hal buruk kan sama kalian ? " tanya Malik lembut.

Arumi menggeleng pelan.

" Mba Alea cuma minta tolong supaya bisa ketemu sama Attar. Dia menyadari kesalahannya dan dia mau memperbaiki hubungannya dengan Attar " jawab Arumi.

Malik menghembus nafasnya.

" Lalu ? "

" Dia minta tolong supaya Rumi bantu dia ketemu Attar " jawab Arumi lagi.

" Dan kamu menyanggupinya ? " selidik Malik.

Arumi sedikit ragu untuk mengutarakan keinginannya tapi akhirnya ia memberanikan diri juga.

" Jujur, Rumi kasihan sama Mba Alea. Sebesar apapun kesalahannya, gak mengubah keadaan kalau dia itu ibu kandung Attar dan dia juga berhak untuk bersama dengan Attar. Meskipun sikapnya selama ini cenderung abai, tapi Rumi yakin kalau Mba Alea juga sayang sama Attar "

jelas Arumi.

" Jadi kamu percaya sama Alea ? "

" Rumi gak tahu, karena Rumi juga belum lihat sendiri kesungguhan Mba Alea. Tapi menurut Rumi, gak ada salahnya ngasih kesempatan buat Mba Alea memperbaiki hubungannya dengan Attar. Seperti yang Rumi bilang tadi, karena Mba Alea itu ibu kandungnya Attar " jawab Arumi.

Malik tersenyum miring, ia tahu istrinya ini memiliki hati yang lembut. Tapi, ia tidak serta percaya begitu saja dengan sikap Alea. Ia yakin ada rencana yang sudah disusun istri pertama yang akan menjadi mantan istrinya itu.

" Mas harap kamu gak terlalu percaya sama Alea. Mas yakin ada rencana dibalik perubahannya " tegas Malik.

" Mas jangan suudzon. Siapa tahu Mba Alea memang benar-benar berubah... "

" Mas gak suudzon sayang... Mas cuma waspada. Mas tahu Alea gak akan secepat ini berubah. Dia baru bisa berubah setelah merasa kehilangan " timpal Malik mengomentari ucapan Arumi.

Malik membuang nafasnya. Membicarakan Alea hanya membuatnya emosi.

" Sudah ya, Mas gak mau bahas Alea lagi ! Masalah Alea dan Attar biar Mas yang selesaikan. Kamu gak perlu ikut-ikutan mikirin masalah ini. Fokus sama kehamilan kamu dan perkembangan bayi kita " ucap Malik sambil mengelus perut Arumi.

Sementara itu, Alea tengah melangkahkan kakinya ke dalam sebuah restoran mewah. Tadi sepulangnya dari kampus Arumi, Liam memintanya untuk bertemu.

Dan kini Alea tengah diantar oleh seorang pelayan menuju sebuah ruang privat.

" Ada apa lagi sih Liam, memangnya ada hal penting apa yang mau kamu bicarakan ? " tanya Alea saat masuk ke dalam ruangan tersebut.

" Kamu ? Kenapa bisa ada disini ? Dimana Liam ? Atau kamu memperalat Liam untuk bertemu denganku ? "

Alea mencecar seorang pria yang duduk santai. Ia cukup terkejut saat melihat ternyata pria yang menunggunya bukanlah Liam tetapi Stevan.

" Ck, banyak sekali pertanyaanmu. Apa kabarmu, babe ? Aku bahagia bisa melihatmu disini, ya meskipun aku harus membayar banyak untuk ini " ucap Stevan sambil terkekeh.

Stevan berjalan mendekati Alea membuat wanita cantik itu spontan memundurkan langkahnya hingga punggungnya membentur pintu.

" Apa yang kamu mau, Stev ? Bukankah sudah kukatakan jika hubungan kita sudah berakhir ? " gertak Alea.

Stevan menarik sudut bibirnya, wajahnya bergerak mendekati wajah Alea hingga kedua hidung mancung mereka beradu.

" Aku mau kamu, Alea ! "