Possessive Brothers

Mobil yang ditumpangi oleh Queen dan lainya telah memasuki mansion keluarga Pratama. Kedatangan mereka ditunggu oleh seluruh keluarga untuk menyambut Queen yang baru pulang dari rumah sakit. Namun orang yang ditunggu malah sedang tertidur pulas di dalam mobil. Ketika mobil dibuka Marvin yang berada di sebelah kanan Queen pun dengan  sigap menggendong Queen keluar dari mobil.

Kenzie dan Kennard yang melihat Queen dalam gendongan Marvin dalam kondisi mata tertutup panik melihatnya.

"Bang, Shasha kenapa?"

"Shasha nggak papa kan bang?"

Marvin tidak menggubris kedua sepupu kembar gadisnya itu dan langsung membawa Queen untuk menuju kamarnya agar dapat beristirahat dengan nyaman.

Marvin masuk ke dalam Mansion disambut oleh para tetua yang sedang berkumpul di dalam ruang keluarga. Mama Zailine yang sudah mengetahui kondisi Queen pun segera beranjak berdiri dan menunjukkan Marvin di mana kamar Queen berada.

"Kamar Queen di kamar yang lama ya Vin. Kamu tahu kamarnya kan?"

"Kamar sebelah kamarnya Al kan, Ma?"

" Iya sana buruan bawa Queen ke kamar. Pasti berat kamu gendong Queen."

"Nggak berat sama sekali kok, Ma. Ya udah Marvin bawa Queen ke kamar dulu ya."

"Iya nak".

Sementara itu di teras Mansion di mana Kenzie, dan Kennard menunggu Al dan Kania keluar dari mobil. Mereka berdua masih penasaran apa yang terjadi dengan Queen.

Al dan Kania keluar dari mobil sekaligus mengeluarkan barang-barang Queen yang berasal dari rumah sakit dengan dibantu oleh beberapa bodyguard yang memang berjaga di teras Mansion.

Saat mengeluarkan barang-barang dari mobil Kania melihat tingkah laku random kedua sepupu tunangannya yang membuat dirinya geleng-geleng kepala.

"Lo berdua kenapa?? Kayak cacing kepanasan tahu."

"Kagak bisa apa sehari diam aja?"tanya Kania saat berada di dekat kedua sepupu kembar tunangannya tersebut.

"Kenapa masalah buat lo?" Kenzie menatap sinis Kania.

"Weh nih bocah kenapa pula? Gue baru dateng di judesin."

Kenzie dan Kania tidak pernah akur jika bertemu. Ada aja yang di perdebatkan mereka berdua.

"Suka-suka gue lah."

"Nard, kembaran lu kesambet apa dah??"

"Udah biarin aja maklum obatnya habis."Kennard sebagai kembaran Kenzie malah menistakan kembarannya tersebut.

Kenzie yang mendengar sang kembaran menistakannya menjitak kepala Kennard.

"Kembaran laknat masa saudara sendiri dinistain."

Al yang sudah biasa melihat dua kembar tersebut berdebat hanya bisa menghela nafas panjang.

"Bisa nggak sih kalian bertiga itu kalau ketemu akur sedikit."

"Kenzie dulu tuh yang nyari gara-gara bé. Ditanya baik-baik jawabnya sinis."Kania mengadu pada sang tunangan.

"Dih aduan banget jadi orang."

"Biarin kan gue punya pasangan bisa ngadu sama dia. Bukan kayak lu berdua yang kagak punya pasangan. Alias jomblo  ngenes .Kasihan deh."Kania tersenyum mengejek kepada Duo kembar tersebut.

"Wah ngajak perang ini si Kania,Zie. Yang bilang kita jomblo siapa!!" Kennard mengompori sang kembaran untuk memulai pertengkaran kembali dengan Kania.

Al memukul lengan Kennard yang berdiri di sampingnya.

"Nggak usah jadi kompor lu. Biasa juga lu ikutan."Kennard hanya  terkekeh, karena memang pada kenyataannya dirinya pasti ikut dalam pertengkaran tersebut. Hal tersebut sudah terjadi berulang kali semenjak mereka bertiga masih kecil. Dulu pertengkaran mereka pasti merebutkan Queen yang akan bermain dengan siapa.

Namun tidak pernah ada yang menang karena Queen selalu dimonopoli oleh Marvin.

"Kalian kenapa tidak masuk ke dalam. Malah pada berdiri di luar mau jadi pengganti bodyguard apa."Mami Priscillia keluar dari dalam rumah saat melihat kedua anak kembarnya dan keponakannya serta sang tunangan yang tak kunjung masuk ke dalam rumah.

Al memeluk dan mencium pipi Mami Priscillia, kebiasaan yang selalu dilakukan oleh anggota keluarga ketika baru pulang dari pergi.

"Biasa,Mi si Kenzie nyari perkara ke Kania kayak biasanya."

Mami Priscillia pun menjewer telinga kedua putra kembarnya yang selalu jahil kepada Kania.

"Aduh sakit,Mi. Tega bener sama anak sendiri."

"Lepasin,Mi Kennard kan nggak ikutan."

"Bohong tuh Mi mereka. Apalagi si Kenzie gangguin Kania dari tadi. Bukannya bantuin bawain barang si Queen malah ngajak debat."

"Wah fitnah Mi.  kita nggak gangguin kok tanya aja sama si Kennard."

"Sudah sudah sekarang kalian masuk ke dalam rumah. Yang lainnya udah pada nunggu di ruang makan. Kita makan siang dulu."

Mami Priscillia masuk ke dalam rumah diikuti oleh keempat remaja tersebut menuju ruang makan di mana seluruh keluarga sudah menunggu mereka.

***

Di dalam kamar Queen

Marvin meletakkan Queen dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur nyenyak sang pujaan hati. Marvin mengelus elus kepala Queen agar kembali tidur nyenyak karena sempat merasa terganggu dengan gerakan kecil saat Marvin menidurkan Queen di atas kasur. Kebiasaan kecil Queen agar tidur nyenyak harus ada yang mengelus-elus kepalanya tentu hal tersebut diketahui oleh Marvin. Queen kembali tertidur nyenyak sehingga Marvin memutuskan untuk keluar dari kamar Queen agar tidak mengganggu. Sebelum keluar kamar Marvin mengecup dahi dan bibir Queen.

"Selamat tidur kesayanganku tidur nyenyak ya mimpi indah."

Apa yang dilakukan oleh Marvin tersebut dilihat oleh seorang pelayan baru yang berada di Mansion keluarga Pratama. Pelayan tersebut menyukai dan mencoba menggoda Marvin semenjak pertama kali melihatnya saat datang ke Mansion keluarga Pratama.

"Tuan Marvin dengan siapa ya?? Kenapa dia bisa selembut itu?? Siapa gadis itu??"

"Tapi setiap ku ajak bicara selalu berbicara dengan ketus dan dingin. Bahkan cuek sekali"

"Tidak bisa dibiarkan nih aku harus bisa menggoda Tuan Marvin agar aku bisa hidup enak menjadi orang kaya."

"Aku harus bisa membuat Tuan Marvin menjauh atau kalau bisa membenci gadis tersebut. Kalau bisa aku harus melenyapkannya juga."

Sang pelayan tersebut tidak mengetahui jika ucapannya didengar oleh William yang saat itu baru saja keluar dari kamarnya yang terletak di sebelah kanan kamar Queen.

William yang mendengar ucapan pelayan tersebut mencoba menahan amarahnya karena ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh pelayan kurang ajar ini terhadap adik kesayangannya. William tentu tidak akan membiarkan siapapun melukai adik kesayangannya tersebut.

"Apa yang kau lakukan di sini? Pelayan tidak diizinkan untuk naik ke lantai ini tanpa seizin oleh kepala pelayan."William berbicara dengan nada yang dingin dan cukup keras kepada pelayan tersebut. Sehingga suara William terdengar sampai ruang makan dan kamar Queen.

"Iii--itu tuan muda sa-sa-saya "pelayan tersebut bergetar ketakutan saat mendengar suara dingin William. Seluruh pelayan mansion Pratama mengetahui ada peraturan tertulis jika lantai 3 di mana tidak sembarang pelayan dapat naik ke lantai tersebut. Hanya pelayan-pelayan khusus yang memang dipilih oleh sang ibu negara yaitu Mama Zailine dan Mami Priscillia. Pelayan yang dipilih pun adalah pelayan-pelayan senior yang memang sudah bekerja lama di keluarga Pratama.

Jika ada yang melanggar peraturan tersebut tentu akan mendapatkan sanksi dari pemilik rumah.