Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 32: Tidur Bersamaku
"Baiklah, baiklah.. Dengar aku Nona Isabella, apa kau pikir aku sangat bodoh hingga mengatakan rahasia kita pada wanita yang baru saja ku kenal, dan dengar ini baik- baik 'Tak semua yang terlihat baik itu benar- benar baik' jadi, jangan pernah lengah dan membuat kau sendiri menjadi bodoh karena hasutan orang lain. Apa kau pikir aku akan menjatuhkan diriku sendiri? kau pikir apa konsekuensinya jika aku menyebarkan tentang perjanjian kita."
Isa mengerutkan keningnya tanda tak mengerti, Jika bukan Willy yang memberitahu Clara, lalu dari mana Clara tahu tentang perjanjian mereka.
Saat masih memikirkan tentang siapa yang membocorkan rahasia mereka, Isa di kejutkan dengan bibir Willy yang lagi- lagi menciumnya. "Apa kau bebek!" seru Isa dengan kesal, Willy terus saja menciumnya. Jika pencuri di sebut si tangan panjang pantaslah yang suka mencuri ciuman memiliki bibir yang panjang seperti bebek.
Willy tertegun dengan wajah melongo bodoh "Mana ada bebek tampan sepertiku." katanya tak terima.
"Menyebalkan, menyingkir dariku! Kau terus saja menciumku." wajah Isa kembali memerah, kali ini Willy yakin itu karena gadis itu merasa tersipu. bukannya menjauh Willy justru meraih pinggang Isa agar lebih mendekat padanya.
"Bukankah sudah ku bilang aku suka bibirmu." satu tangan Willy menyingkirkan rambut Isa ke belakang telinga, lalu dengan jarinya mengusap bibir Isa lembut "Ini manis.." bisiknya di telinga Isa. "Jadi aku akan terus menciummu, sampai aku puas."
"Kau! Ke-napa mes-um sekali sih." Isa berkata dengan gugup, akibat bisikan Willy di telinganya seluruh tubuhnya terasa meremang, belum lagi Willy sengaja mendekatkan bibirnya ke telinganya hingga Isa merasa bibir tebal pria itu menyentuh telinganya.
"Mesum kepada kekasih itu hal yang wajar."
Isa menelan ludahnya saat Willy menyeringai, belum lagi Isa merasakan tautan tangan Willy terus mengencang dan merapatkan tubuh mereka, saking rapatnya Isa merasakan sesuatu yang aneh di bagian bawah Willy yang menempel padanya.
Wajah Isa mendadak pucat saat merasakan sesuatu menegang dibawah sana.
"Kau!" Isa tak bodoh, cita- citanya yang ingin memiliki banyak anak tentu saja tahu bagaimana cara mendapatkan anak, termasuk mengetahui alat reproduksi wanita dan pria juga prosesnya agar sang anak tumbuh di rahimnya. Dan pria di depannya ini, sedang menegang sempurna. "Astaga!"
Willy terkekeh lalu tiba- tiba mengangkat Isa hingga gadis itu memekik terkejut saat tubuhnya terasa melayang, Willy menggendongnya. "Apa yang kau lakukan, lepaskan aku!" Isa meronta sedangkan Willy tak perduli dan membawa Isa ke arah ranjangnya.
Isa begitu panik saat langkah Willy semakin mendekat pada ranjang besar milik pria itu "Jangan macam- macam Tuan! Aku tidak mau melakukan itu!"
Willy bergeming, pria itu justru terkekeh sambil berkata "Malam ini kau tidur denganku!"
"Ap-pa.. Tidak, tidak kau jangan macam- macam padaku Tuan. Aku tidak mau, aku hanya akan melakukannya dengan suamiku kelak.. Lepas, lepaskan aku brengsek!" Isa di lempar ke atas ranjang, hingga tubuhnya sedikit memantul. "Menjauh dariku!" Isa beringsut menjauh saat Willy merangkak di atas tubuhnya.
Tubuh Isa keringat dingin saat melihat tatapan Willy bagaikan hewan buas yang siap menerkam mangsanya, Isa bergetar ketakutan matanya berkaca- kaca tidak menyangka jika dia harus mengalami hal seperti sekarang "Ku bilang menjauh!" tangan Isa hendak memukul Willy. Namun, dengan cepat pria itu menangkapnya. "Aku mohon jangan lakukan itu, padaku.." air mata Isa merebak, tangannya di genggam kuat oleh Willy hingga dia tak berdaya, jelas sekali Isa ketakutan, gadis itu bahkan sampai menangis sekarang.
"Memang apa yang akan aku lakukan?" Isa tertegun saat menatap Willy yang tiba- tiba tersenyum. "Aku hanya bilang kau tidur denganku malam ini, bukan making love denganku." Wajah Isa benar- benar tertegun matanya bahkan mengerjap seperti orang bodoh, saat Willy menjauh dan membaringkan dirinya di sebelah Isa. "Tidurlah!" Isa merasakan tubuhnya menegang mana kala Willy memeluknya, nafas pria itu bahkan begitu hangat di telinganya saking pria itu menghimpitnya "Aku berjanji tidak akan melakukannya hingga kita menikah," Isa memerah saat mendengar kata 'Menikah' benarkah mereka akan menikah. Isa belum yakin dengan perasaannya, apakah benar ini perasaan cinta, meski kerap merasa cemburu pada Willy. Tapi mendengar kata 'Menikah' dari mulut Willy diam- diam Isa menaruh harapan tentang itu. Menghembuskan nafasnya lega semoga Willy tak ingkar janji untuk tidak menyentuhnya, meski sedikit risi Isa akan diam setidaknya hingga Willy tertidur baru dia akan pergi. Namun, setelah itu jantungnya kembali berdebar kencang saat Willy kembali bicara "Tapi jika kau yang menginginkannya, dengan senang hati aku akan melakukannya." Isa kembali membeku dengan seluruh tubuh yang bergetar.
Willy terkekeh merasakan tubuh Isa bergetar ketakutan."Aku bercanda. Tidurlah dan jangan pikirkan apapun!" Tidak lama setelah mengatakan itu nafas Willy terasa teratur di telinganya, Isa bernafas lega. Namun saat akan bangun pria itu justru semakin memeluknya erat.
Isa menghela nafasnya, "Baiklah, sebentar lagi hingga dia benar- benar lelap." Isa akan menunggu beberapa saat hingga tidur Willy benar- benar nyenyak baru dia akan pergi. Namun, tak lama kemudian Isa merasakan matanya memberat lalu tertidur.
..
Willy tersenyum saat bangun dari tidurnya dan melihat Isa ada di hadapannya. Gadis itu masih terlelap dalam tidurnya dengan helaan nafas teratur khas orang tertidur. Tangan Willy terulur dan mengelus lembut pipi Isa dengan jarinya. Pipi Isa terasa kenyal dan lembut, permukaannya putih kemerahan terlihat sangat cantik, jari Willy beralih menelusuri hidung bangir gadis itu dan berhenti di bibir mungil dan tipis milik Isa, bibir yang beberapa hari ini menjadi candunya.
Entah kenapa saat bersama Isa Willy seolah tak pernah puas, ingin terus mencium bibirnya. Bahkan jika saja semalam dia tak bisa mengendalikan dirinya mungkin mereka akan menghabiskan malam panas bersama, tubuhnya bahkan sudah menegang sempurna, beruntung Willy segera tersadar dan meredam keinginannya hanya dengan memeluk Isa hingga tertidur.
Willy memejamkan matanya sesaat untuk meredam gejolak di hatinya yang tiba- tiba muncul, dan kembali menatap wajah cantik Isa. Namun tidak ada senyum kali ini, tatapan Willy berubah datar dengan raut yang tak bisa di artikan hingga Willy melihat gerakan kecil dari Isa yang mengerjapkan matanya tanda gadis itu akan terbangun.
Willy terkekeh melihat Isa yang menggeliatkan tubuhnya. "Bagun gadis pemalas." Gerakan Isa terhenti saat mendengar suara berat di sebelahnya, di sertai cubitan di hidung, tidak sakit tapi sentuhan Willy membuat Isa terkejut dan segera bangun. Isa memperhatikan sekitarnya, dia masih ada di kamar Willy.
Bagaimana bisa dia tertidur disini, bukankah dia sudah berencana untuk pindah tadi malam.
"Apa tidurmu nyenyak?" Isa menelan ludahnya kasar. Di sebelahnya Willy berbaring menyamping, dengan sebelah tangan menumpu kepalanya dan fokus memperhatikannya.
"Aku akan ke kamarku." Isa menghiraukan pertanyaan Willy dan memilih turun dari ranjang dengan segera. Namun, baru saja kakinya menyentuh lantai Willy menariknya hingga kini Isa terjatuh tepat di atas tubuh Willy. "Tu-tuan..?" Isa berusaha bangkit namun Willy justru mengencangkan pelukannya..
"Tidak, sebelum kau beri aku ciuman selamat pagi!"
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian