Hidup di jalan sebenarnya bukanlah pilihannya , tapi nyatanya kekayaan tak membuatnya cukup nyaman . Dan inilah sebuah kisah tentang seorang pria bernama Bramatyo Yudo Sadewo , pria muda dengan segala ambisinya ! Yang tanpa dia tahu jika suatu saat seorang wanita biasa bisa membuatnya bertekuk lutut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
" Bu nanti malam aku datang ke pesta temanku , aku butuh baju baru dan tas baru ! Malu kalau baju dan tas aku cuma itu itu saja, " kata Vina pada ibunya yang terlihat baru pulang pagi ini .
Setelah kepergian Gista dari rumah itu dan kepergian Gibran untuk menemui relasi , selama itu Sofi tidak pernah tidur di rumah . Selama tiga hari ini dia mengadakan pesta judi bersama teman teman arisannya di villa milik keluarganya . Sofi sedang merayakan perpisahan anak dan menantunya .
Sofi tidak peduli jika kalah ratusan juta karena ia berpikir dialah yang akan memegang uang bulanan keluarga yang menurutnya bernilai cukup besar . Dan kebetulan Gibran mengiriminya sejumlah uang setelah kepergian Gista . Mungkin uang itu sengaja dikirim untuk biaya hidup selama Gibran meninggalkan mereka di Jogja .
" Duit lbu habis !! Kau telpon saja kakakmu ... bilang saja ada kegiatan kuliah yang butuh biaya , pasti akan segera dikirim ! Bukannya dia selalu memprioritaskan pendidikanmu ?! "
" Aku sudah telpon Kak Gibran Bu , dia bilang kemarin dia baru saja transfer uang bulanan sebesar seratus juta . Ada uang jatahku juga disitu, " kata Vina melangkah mengikuti Sofi yang berjalan menuju kamarnya .
" Uang bulanan ?? Bukannya seratus juta itu uang untuk di belanjakan selama Gibran tidak di rumah !? Kata sekretarisnya Gibran akan ada di Jogja satu minggu , itu artinya seratus juta itu untuk biaya hidup satu minggu ! "
" Tapi ini kan baru tiga hari Bu , itu artinya masih sekitar lima puluh juta kan ?? Aku hanya minta sepuluh juta saja , please .... aku tidak ingin malu nanti di pesta ulang tahun Sherly . Aku harus terlihat lebih cantik dari dia Bu ! Aku yang harus mendapatkan hati Martin !! "
" Martin !? "
" Ckk ... dia ketua BEM , Martin cowok paling keren di kampus Bu, "
" Tapi uang lbu sudah benar benar habis , pergilah jangan buat lbu pusing !! lbu ingin tidur seharian ini . Inem mana ?? Mau ibu suruh pijitin kaki sama punggung , pegel banget ! "
" Mbak lnem ijin dua hari katanya ada kepentingan keluarga . Makanya lbu jangan pergi pergi terus !! Rumah jadi tidak ada yang ngurus !! "
" Berisik , keluar sana lbu mau tidur ! " ketus Sofi .
Vina keluar dari kamar Sofi dengan mulut mengerucut , dia pikir jika Gista sudah pergi maka ia akan dengan mudah meminta uang pada ibunya tapi nyatanya malah sama saja . Ibunya ternyata malah hidup lebih boros .
Selama tiga hari ini ia hanya makan makanan yang ada di lemari pendingin yang sebagian besar di isi sayur mayur oleh Gista . Kakak iparnya selalu membeli daging segar jadi tidak akan ada stok ayam ataupun daging sapi di lemari pendinginnya .
Tapi sesaat kemudian senyumnya merekah ketika melihat sang kakak masuk ke dalam rumah dengan menyeret koper besarnya .
" Mas Gibran !!! " pekiknya gembira sambil berlari ke arah kakaknya . Diraihnya tangan kanan sang kakak untuk di bawa ke keningnya .
" Katanya Kak Gibran di Jogja seminggu , tau begitu tadi Vina jemput di stasiun. "
" Sudah tidak apa apa , tadi Kakak suruh Pak Kris jemput . Ibu mana ?? "
" Ibu tidur, katanya badannya lagi pegel pegel, " jawab Vina apa adanya .
Gibran manggut manggut mendengar jawaban dari adiknya , pantas saja jika ibunya lelah . Mengurus rumah memang hal yang melelahkan apalagi untuk tubuh rapuh ibunya yang sudah berumur .
" Suruh Mbak lnem buka koper yang masih ada di mobil , ada oleh oleh buat kamu , lbu dan Gista .... "
" Tapi kan Mbak Gista sudah .... "
Gibran hanya diam , pantas saja ada sesuatu yang kurang ketika kakinya melangkah masuk ke rumah ini . Biasanya istrinya akan menyambutnya dengan penuh senyum , bibir kemerahan itu akan tak ada hentinya bertanya tentang apa saja kegiatannya saat tidak ada dirumah .
Seperti seorang anak kecil Gista akan membuka oleh oleh yang dia bawa , sesekali Gista akan bersorak bahagia ketika oleh oleh yang diminta benar benar dibelikan olehnya . Setelah itu wanita halalnya itu akan naik ke pangkuannya dengan manja dan tak henti menciumi pipinya sebagai tanda terimakasih .
Tapi hari mulai hari ini dia tidak akan lagi melihat hal itu , dia tidak akan melihat senyum atau mendengar tawa itu lagi . Gibran bisa berpura pura baik baik saja di depan Vina atau semua orang dirumahnya . Tapi ia tidak bisa menipu dirinya sendiri .
Rasa kehilangan itu masih saja sangat ia rasakan , ada rindu yang membuat hatinya sangat tersiksa . Gibran merindukan wajah cantik itu ... dia merindukan senyum itu ... dia merindukan suara manja itu !! Sungguh ia merindukan semua hal tentang istrinya .
" Mas lelah , Mas ingin istirahat dulu ya ... '
Tanpa mendengar jawaban dari adiknya Gibran langsung saja berjalan ke arah kamarnya . Badan dan pikirannya terasa sangat lelah . Apalagi tiga hari ini dia benar benar berpikir tentang talak tiga yang sudah telanjur ia ucapkan pada belahan jiwanya .
Waktu ituemosinya meledak hanya karena mendengar pengaduan Bina yang mengatakan jika Gista sudah menamparnya . Saat itu semua kebaikan sang istri lenyap , yang ada di otaknya hanya semua kekurangan istrinya .
KLEKKKKK ...
Perlahan dia masuk ke dalam kamarnya , Gibran berdiri sesaat untuk menikmati aroma strawberry yang menguar di indera penciumannya . Walau samar samar tapi ia masih bisa mencium aroma cologne yang biasa dipakai istrinya sehari hari .
" Sayang .... "
Ucapan itu terlontar begitu saja , otaknya ternyata masih merekam dengan sangat baik semua yang ada pada istrinya . Setelah melepas jas dan dasinya asal Gibran berjalan ke arah kamar mandi , dia ingin istirahat setelah membersihkan dirinya terlebih dahulu .
Tapi langkahnya terhenti ketika melewati meja rias milik istrinya , sudut matanya seperti melihat sesuatu .
DEGGHHHH ....
Gibran melihat sebuah cincin yang diletakkan diatas kartu berwarna kuning emas yang bertumpuk dengan dua buku nikah . Dengan langkah lunglai ia mendekati meja rias yang masih tertata rapi itu .
Kembali dadanya terasa diremas kuat ketika melihat cincin kawin yang di kenakan Gista sudah tergeletak didepannya . Ada sebuah kertas putih dilipat yang ia yakin adalah surat Gista untuknya .
Dengan tangan bergetar diraihnya kertas putih itu ...
coba klo tante kunti pake baju putih
waduuuuuuuh sereeeeem🤭🤭🤭
jangan jangan emak gita
ya ampun keponya aq😄
maaf thor otak aq rada geser akibat ketiban centong nasi😮💨