Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-09
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Alvaro meletakkan tangan Aluna di kedua
bahunya. Tangannya melingkar dipinggang ramping Aluna. Gadis ini sangat pendek, hanya sampai dadanya saja. Hal itu harus membuat Alvaro sedikit menundukkan kepalanya.
"Apa kau gugup?". Tanya Alvaro terkekeh merasakan tangan dingin Aluna.
"Aku baru pertama kali dansa". Jawab Aluna sambil berbisik pelan.
"Enjoy saja. Tidak perlu tegang".
Aluna mengangguk. Mereka berdua berdansa. Keduanya tampak seperti pasangan kekasih sungguhan. Tatapan memuja Alvaro pada Aluna membuat nya terlihat sangat mencintai Aluna. Sedangkan Aluna biasa saja malah dia ingin acara dansa itu cepat berlalu. Dia merutuki kebodohannya yang menyewa sembarangan pria untuk jadi pacar pura-pura nya.
Acara pun selesai. Semua yang hadir meninggalkan gedung itu.
"Lun, elu balik sama siapa?". Tanya Yura.
"Saya yang akan mengantarnya". Ucap Alvaro. Sonny mendelik tak percaya.
"Ohh ya udah kita duluan". Ujar Mira.
"Lun, elu hati-hati". Tangan Yandi mengelus kepala Aluna. Aluna sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
"Siap Bang". Senyum Aluna.
"Kalau ada apa-apa kabarin Lun". Sambung Bayu menatap Alvaro sinis.
"Iya Bang". Sahut Aluna lagi.
Mereka berempat pulang duluan. Tinggallah Alvaro, Aluna dan Sonny.
Didalam mobil Aluna memainkan jemari-jemarinya sambil menahan gugup. Sedangkan Alvaro duduk tanpa ekspresi kedua tangannya disaku celananya.
Aluna melirik Alvaro sambil mengigit bibir bawahnya "Pak". Namun Alvaro tak bergeming "Maafin saya Pak. Maaf banget saya udah maksa Bapak jadi pacar pura-pura saya. Soalnya saya nggak punya pacar Pak". Ujar Aluna menyembunyikan gugupnya.
"Kau jadi mentraktir ku?". Tanya Alvaro tanpa melihat lawan bicaranya.
"Bapak lapar?". Alvaro menatap Aluna tajam
"Apa aku setua itu sampai kau panggil aku Bapak?". Tatap Alvaro tajam.
Aluna bergidik ngeri "Terus saya harus manggil apa Om?".
Sonny menahan tawanya mendengar ucapan Aluna. Sedangkan Alvaro menatap tajam gadis ini benar-benar mengudang emosinya.
"Kamu tahu dari mana nama saya?". Alvaro menatap Aluna dengan selidik.
"Lho, nama Bapak benar Alvaro?". Alvaro tak menjawab dia masih menanti jawaban dari pertanyaan nya "Alvaro itu tokoh utama novel saya Pak. Makanya saya kenalin aja Bapak pake nama Alvaro". Ujar Aluna "Kok bisa kebetulan ya jangan-jangan kita jodoh". Aluna tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
Sementara Alvaro mengepalkan tangannya dengan kuat menahan kesal geram dan juga gemes.
"Kamu......".
"Udah Pak kagak perlu marah gitu. Kita jadi makan nggak ini". Potong Aluna. Pria itu benar-benar memiliki wajah tampan tapi juga menyeramkan.
Alvaro tak lagi merespon ucapan Aluna. Dia bisa darah tinggi karena gadis ini. Anehnya lagi kenapa dia tidak gatal-gatal atau alergi. Karena dia memiliki tingkat kebersihan yang tinggi. Tidak suka bersentuhan dengan orang lain apalagi seorang wanita.
Mobil yang Sonny kendarai berhenti disebuah restorant mewah.
Mata Aluna membulat sempurna saat melihat restourant yang hanya bisa di tatap dilayar televisi.
"Pak, serius kita makan disini?". Tanya Aluna setengah berbisik.
Alvaro berdecak kesal, Aluna masih saja memanggil nya dengan panggilan Bapak.
"Kan kamu yang mau traktir saya". Alvaro melipat kedua tangan didada kesal.
"Hehe iya Pak. Ayo masuk. Jangan malu-malu".
Mereka masuk kedalam. Sementara Sonny menunggu didepan mobil. Dia tidak mau menganggu privasi Tuan-nya. Meski Sonny cukup terkejut melihat keberanian Aluna pada Alvaro.
Saat mereka masuk semua mata menatap mereka dengan kagum. Alvaro yang keturunan istri terlihat sangat **** dengan wajah tampannya. Aluna juga yang terlihat anggun dengan gaun yang melekat ditubuhnya. Mereka berdua benar-benar pasangan serasi.
"Silahkan Nona. Tuan". Sang pelayan pria menyedorkan buku menu pada kedua orang itu. Tatapan matanya terarah pada Aluna yang cantik dan imut seperti artis-artis Korea.
"Terima kasih".
Aluna membolak-balik buku menu itu. Aluna menelan ludahnya susah payah melihat harga yang tertawa setiap menu.
"Kenapa?". Kening Alvaro berkerut melihat gadis didepannya yang sedang bingung.
"Pak, apa nggak ada tempat makan yang lebih murah dari ini?". Ujar Aluna "Bapak liat tuhhh satu menu nya aja bisa gaji saya satu bulan Pak". Rasanya Aluna ingin menangis. Secuil daging saja harganya bisa ratusan ribu.
"Kamu nggak punya uang?". Alvaro mengigit bibir bawahnya menahan tawa melihat wajah Aluna.
"Ada kok Pak". Dengan polos Aluna membongkar tas kecilnya.
Aluna mengeluarkan beberapa uang warna merah, biru, unggu dan ada juga berwarna kuning kecoklatan. Ada juga kartu kredit berwarna silver, platinum dan gold.
"Ada Pak. Cuma segini". Aluna memperlihatkan kartu kredit dan uang ditangannya.
"Hahahaha". Tawa Alvaro pecah.
Astaga, kenapa gadis ini lucu sekali? Kenapa juga berani-berani mentraktir makan jika hanya membawa uang beberapa ratus ribu saja. Jelas tidak cukup untuk bayar makan disini.
"Kagak uang ngetawain saya Pak". Gerutu Aluna mencibir sambil memasukkan kembali uang dan kartu itu ke dalam dompet.
"Emang, yang kartu-kartu itu nggak ada isinya?". Tanya Alvaro.
"Ada sih Pak. Cuma ya, hehhe. Kemarin sisa belanja ya tinggal dikit, paling cuma buat kita beli secuil daging ini". Aluna menujuk steak sapi didaftar menu.
"Pruffftttt". Alvaro menutup mulutnya menahan tawa
"Ck, Bapak hobby banget ya ngetawain saya?". Aluna menatap Alvaro tajam.
"Iya. Iya". Alvaro menurunkan tangannya. Gadis didepannya ini semakin lucu jika sedang kesal seperti itu. Takut terpesona tentunya.
"Biar saya yang bayar". Seru Alvaro membuka menu makanan.
"Serius Pak". Alvaro mengangguk sambil melihat-lihat menu "Tapi Bapak punya duit 'kan?". Alvaro menatap. Apa gadis ini tidak bisa lihat dari penampilan bahwa dia orang kaya?
"Kenapa?". Alvaro menutup buku menu.
"Nggak Pak. Takut duit Bapak kagak cukup. Emang hasil Bapak narik satu hari berapa? Takut nggak cukup bayar makanan disini heheh". Aluna nyengir kuda sambil mengaruk tengguknya.
"Emang saya keliatan banget nya supir taksi online?". Tatap Alvaro geram. Apa wajahnya benar-benar seperti taksi?
Aluna mengangguk "Iya Pak. Soalnya tokoh Alvaro di novel saya itu, kerjaan nya taksi online Pak. Tapi dia sebenarnya orang kaya yang lagi nyamar. Cuma kan kalau nyamar pasti kagak bawa duit". Ujar Aluna menjelaskan karakter novel nya.
Alvaro menggeleng gemes. Dia mengambil dompetnya dan mengeluarkan empat Blackcard disana.
"Ini". Alvaro meletakkan empat kartu itu diatas meja.
Mata Aluna membulat "Pak?".
Aluna menutup mulut tak percaya. Seumur hidup dia baru kali ini melihat kartu itu sebanyak empat. Meski pernah melihat Rayyan menggunakan kartu itu tapi Aluna baru kali ini melihat lebih dari satu.
"Sekarang kamu tahu kan kalau saya bukan Supir taksi online?".
Aluna mengangguk dengan polosnya.
"Ya udah kamu mau satu?". Tawar Alvaro menguji sambil menyerahkan satu kartu.
Aluna menggeleng "Nggak usah Pak". Aluna mendorong kembali kartu itu.
"Kenapa?". Tanya Alvaro heran. Apa gadis ini tidak suka uang?
"Bapak bukan suami saya. Bapak juga bukan Kakak saya. Bapak bukan Ayah saya. Jadi nggak boleh kasih uang ke saya". Jelas Aluna
"Ya udah kalau gitu kamu nikah aja sama saya". Sahut Alvaro serius menatap Aluna.
Aluna menggelleng "Cepat Pak pesen. Saya udah ditungguin orang rumah". Aluna mengalihkan pembicaraan. Yang sebenarnya dia gugup.
Alvaro menarik sudut bibirnya. Gadis ini sangat lucu dan menggemaskan. Gadis ini menarik perhatian.
"Aku tidak akan melepaskanmu kelinci kecil". Batin Alvaro tersenyum smirk.
Bersambung.....