Menikah Dengan Sepupu (New Version)

Setelah selesai memilih cincin dan satu set perhiasan mahal untuk Mikha dan hadiah untuk Yani, mereka segera meluncur ke Kantor Urusan Agama (KUA). Hari itu juga, Mikha mengenakan kebaya putih sederhana yang dipilih cepat oleh ibunya, sementara Virzha mengenakan setelan jas hitam yang ia pakai dari rumah. Tak ada riasan profesional, tak ada fotografer, hanya mereka bertiga dan petugas KUA.

Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar suara detik jam di dinding dan hembusan kipas angin.

Seorang penghulu tua duduk di hadapan mereka, membuka dokumen pernikahan sambil tersenyum ramah.

“Bismillahirrahmanirrahim... Baik, kita mulai proses akad nikah. Pak Virzha, Anda yang akan menjadi wali nikah sekaligus calon suami, ya?”

Virzha menunduk sedikit

“Benar, Pak. Saya yang akan mengucapkan ijab kabulnya.”

Mikha duduk di sisi kanan, menunduk dengan tangan gemetar di atas pangkuannya. Yani menggenggam tangan putrinya erat-erat, seolah ingin mengatakan, "Ibu di sini."

Penghulu menuntun pelan, “Baik, sebutkan ijab kabulnya dengan jelas ya, Pak Virzha. Ucapkan: 'Saya terima nikahnya Mikha binti Yani dengan mas kawin tersebut tunai.’”

Virzha menarik napas panjang. Wajahnya tegang tapi mantap.

Virzha bersuara berat, tapi tegas, “Saya terima nikahnya Mikha binti Yani dengan mas kawin tersebut tunai.”

Hening sejenak. Lalu...

“Sah?”

Saksi pertama mengatakan “Sah.”

Saksi kedua “Sah.”

Penghulu mengucapkan Alhamdulillah dengan khidmat.

“Alhamdulillah. Mulai hari ini, kalian resmi menjadi suami istri.”

Air mata Mikha menetes tanpa suara. Perasaannya campur aduk lega, takut, sedih, dan kosong. Ia baru saja menikah... dengan ayah dari pria yang ia cintai.

Virzha menatap Mikha sejenak. Ada rasa bersalah yang sulit ia tutupi, tapi juga ada tanggung jawab yang kini menjadi nyata di hadapannya.

Virzha berkata dengan pelan, sambil menyodorkan kotak cincin

“Ini... untukmu.”

Mikha menerima cincin itu dengan tangan bergetar. Saat cincin itu melingkar di jari manisnya, ia merasa seolah kehilangan seluruh masa depan yang ia bayangkan bersama Anand.

Yani mendekap anaknya pelan.

“Ibu minta maaf, ibu nggak bisa jadi ibu yang baik buat kamu Mikha. Selama ini ibu menjerumuskan kamu kedalam lingkaran yang buruk, sehingga mengakibatkan kamu menjadi seperti ini, ibu adalah ibu yang sangat buruk”

Yani menangis untuk pertama kalinya ia memeluk putrinya.

"Ibu minta maaf karena nggak pernah mengurusmu dari kecil, dan menelantarkan mu di panti asuhan. Ibu minta maaf Mikha, ibu minta maaf atas semua perlakuan jahat ibu sama kamu"

Mikha hanya diam.

"Tadi nya ibu pikir bisa memulai hidup baru di kota yang jauh lebih baik daripada disini sama kamu, tapi ternyata kamu memilih jalan mu sendiri"

"Ibu minta maaf kalau karena ibu nenek mu meninggal dunia, ibu menyesal Mikha..."

"Nggak apa-apa Bu, semua sudah terjadi. Kita bisa apa? hanya bisa menerima takdir yang udah tuhan kasih ke kita"

"Aku udah maafin ibu, nggak apa-apa"

Yani memeluk putrinya semakin erat, "Ibu akan berubah, ibu nggak akan kerja di tempat itu lagi"

"Janji sama aku ya Bu?"

"Ibu janji nak, oh ya kalau ada apa-apa kabarin ibu... jangan sampai disakiti sama mereka"

"Nggak apa-apa, aku yakin om Virzha bisa melindungi ku"

Dan hari itu, tanpa pesta, tanpa keramaian, Mikha resmi menjadi istri sah Virzha ayah dari Anand, lelaki yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati.

***

Dua minggu setelah akad nikah di KUA, Mikha dan Virzha masih tinggal di rumah Yani. Waktu itu mereka manfaatkan untuk menenangkan hati, menyesuaikan diri, dan menyiapkan keberanian menghadapi kenyataan di depan. Sampai akhirnya hari itu tiba hari di mana Mikha resmi dibawa pulang ke rumah megah milik Virzha.

Mobil berhenti tepat di depan gerbang besar berwarna hitam mengilap. Rumah itu masih megah seperti yang Mikha ingat. Namun kini segalanya berbeda. Dulu, ia masuk sebagai kekasih dari anak penghuni rumah. Sekarang, ia kembali dengan status sebagai istri sah pemilik rumah dan ibu tiri Anand.

Virzha menoleh padanya.

“Kamu masuk duluan aja. Aku parkir dulu.”

Mikha hanya mengangguk pelan. Ia membuka pintu mobil dengan hati berdebar.

Langkahnya terasa berat saat menapaki anak tangga menuju pintu utama. Tiba-tiba, sekelebat memori menyergap. Ia kembali teringat saat menemukan neneknya terbaring kaku di atas ranjang. Duka dan amarah yang belum sempat diluapkan mendesak keluar. Tapi ia menahannya. Ia menelan bulat-bulat semua rasa yang membuncah di dada.

Sekarang ia bukan Mikha yang dulu. Ia harus kuat, penuh wibawa. Ia adalah istri dari pengusaha ternama ibukota. Ia membawa nama besar suaminya, dan kehormatan dirinya sendiri.

Ia berdiri sebentar di depan pintu. Menarik napas panjang. Lalu menekan bel.

Ceklik.

Pintu dibuka dari dalam oleh seorang ART yang sempat kaget melihat Mikha.

“Eh… Nona… Mikha?”

Semua orang yang berada diruang tamu menoleh ke arahnya.

"Kau??? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Mona, melihat Mikha rasanya sangat emosi.

“Sekarang… panggil saya Bu Mikha, ya.”

ART itu terbata-bata.

“I-iya Bu. Silakan masuk.”

"Apa maksud dia?" Mona tidak mengerti.

Mikha melangkah masuk, mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah yang dulu penuh kenangan, luka, dan kini... awal dari cerita baru.

Sesaat kemudian, suara mobil Virzha terdengar masuk ke garasi. Mikha tahu, pintu cerita sesungguhnya baru saja dibuka.

"Ngapain kamu masuk kerumah ini?" Tanya Mona.

"Kamu ngapain disini Mikha? Kamu mau cari Anand?"

"Eh kak Mikha, lama nggak ketemu apa kabar?"

Mikha hanya tersenyum, ia lalu mengusap lembut kepala Noya yang sekarang berstatus sebagai anak tirinya.

"Pergi kau dari sini perempuan jalang!!!!!"

"Nenek kenapa ngomong gitu sama kak Mikha? Nenek kasar banget, dia kan pacar kak Anand"

"Dia itu sudah bukan pacar Anand lagi!"

"Memang bukan" ucap Mikha dengan santai.

"Terus kenapa kau datang kesini?"

Mona menghampiri Mikha dan menarik tangannya, "Kau butuh uang berapa? Aku akan transfer sekarang juga"

Mikha menarik tangannya, "Wah tampaknya nenek nggak mengingat apapun ya? Apa nenek amnesia?"

Mona sangat panik, Ranika kebingungan.

Mona menarik Mikha dan mencoba mengusir nya keluar dari rumah.

Namun saat itu Anand melihat Mikha datang, Anand bergegas menuruni anak tangga.

"Sial" Lirih Mona pelan.

"Mikha??" panggil Anand.

"Kamu kemana aja? Aku nyariin kamu"

Anand melihat neneknya memegang lengan Mikha dan melepaskannya.

"Aku khawatir Mikha" ucap Anand sembari mengelus kedua tangan Mikha.

Saat itu Virzha masuk dan membawa koper.