Luo Feng, Tuan Muda dari keluarga kaya-raya mati setelah mobil yang dia kemudikan mengalami kecelakaan di lintasan kereta api.
Saat mengira dirinya akan pergi ke alam selanjutnya setelah mengalami kematian, Luo Feng justru membuka mata di tempat asing dengan pemandangan bola cahaya tepat berada di hadapannya, dengan tubuh sedikitpun tak bisa di gerakan.
“Kematianmu adalah takdir yang aku ciptakan di kehidupanmu, tapi kematianmu bukanlah akhir dari segalanya. Aku memberimu kesempatan hidup sekali lagi di tempat baru, dan kamu aku berkati dengan setengah dari kekuatanku.”
Mendengar suara dari bola cahaya di hadapannya, Luo Feng hanya bisa mengerutkan kening kebingungan dengan apa yang dia dengar.
“Ingat, di Alam Semesta yang akan kamu tempati, Dewa hanyalah sebutan untuk manusia yang telah menapaki jalan setengah abadi. Akan tetapi, dengan memiliki setengah dari kekuatanku, kamu akan menjadi Dewa yang sesungguhnya, yang tak akan pernah mati sekalipun tubuhmu berubah menjadi abu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiPemula, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musnah Tak Bersisa
“Urusanmu hanya denganku, jangan sentuh mereka yang tidak tau apa-apa!” ucap Patriak Klan Cao berharap Luo Feng tak mengusik ketenangan Klan nya.
Luo Feng tertawa terbahak-bahak mendengar itu dan setelah tenang dia berkata, “Kau tak punya hak melarang aku melakukan, apa yang ingin aku lakukan pada Klan Cao dan Klan Xu!”
Kedua Patriak yang mendengar itu menggertakkan gigi marah, tapi mereka sadar tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mencegah Luo Feng melakukan, apa yang menjadi keinginannya.
Di sisi lain, Patriak Shui Zen hanya menatap iba dua sosok yang sebelumnya terlihat sangat arogan. “Mereka datang di waktu yang tidak tepat. Kalau saja mereka datang lebih cepat beberapa hari sebelum dia kembali, mungkin akulah yang saat itu berada di posisi mereka saat ini. Lemah, dan tak berdaya di hadapan sosok yang memiliki kekuatan serta kekuasaan,” ucapnya pelan.
“Paman, mari kita pergi ke Klan Cao lebih dulu, baru setelahnya kita pergi ke Klan Xu! Aku sudah tidak sabar memusnahkan kedua Klan itu,” ucap Luo Feng.
Kedua Patriak mengeratkan kepalan tangannya marah. Mereka ingin menyerang Luo Feng dengan kekuatan yang tersisa, tapi keduanya kesulitan menyerang karena banyaknya luka di tubuh mereka. Namun mereka tak menyerah, dan setelah memaksakan diri serta mengerahkan semua yang mereka miliki. Patriak Klan Xu dan Patriak Klan Cao, keduanya bergerak maju menyerang Luo Feng dari dua arah berbeda.
Baang... Baang...
Keduanya berhasil menyerang Luo Feng, tapi bukannya melukai musuh, mereka justru yang terluka saat beradu pukulan dengan Luo Feng.
Tangan mereka remuk tak berbentuk setelah beradu kekuatan pukulan dengan Luo Feng, dan saat ini mereka harus menanggung rasa sakit.
“Kalian jangan terlalu terburu-buru menginginkan kematian! Kalian pasti mati, tapi lebih dulu aku ingin menunjukkan pemandangan indah pada kalian. Pemandangan musnahnya Klan Cao dan Klan Xu!”
Luo Feng bergerak cepat, bergantian memukul tengkuk kedua Patriak, yang seketika membuat mereka kehilangan kesadaran.
Patriak Shui Zen yang melihat seluruh kejadian dari awal sampai akhir, segera dia memanggil beberapa Tetua Klan untuk bersama-sama pergi dengannya, menemani Luo Feng yang ingin bermain-main di Klan Cao dan Klan Xu.
Untuk Klan Jing, Luo Feng tetap akan memusnahkan Klan itu meski tak bisa menunjukkan kehancuran Klan pada sang Patriak, dikarenakan Patriak Klan Jing sudah lebih dulu bertemu dengan kematian.
“Kita langsung pergi bermain ke kediaman Klan Cao, baru setelahnya melanjutkan bermain di Klan Xu, dan ditutup dengan bersenang-senang di Klan Jing,” ucap Luo Feng dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Patriak Shui Zen yang sudah tahu apa tujuan Luo Feng mendatangi Klan Cao, Klan Xu, serta Klan Jiang, dia hanya menganggukkan kepala, dan segera pergi menyusul Luo Feng bersama empat Tetua Klan.
Untuk mayat Patriak Klan Jing, serta dua tubuh tak berdaya yang merupakan sosok Patriak Klan Cao dan Klan Xu, ketiganya melayang tepat di belakang tubuh Luo Feng, dengan sekujur tubuh terselimuti energi spiritual unsur elemen angin.
Tak ada pembicaraan di sepanjang jalan selain Luo Feng yang menanyakan letak kediaman Klan Cao pada Patriak Shui Zen.
‘Katanya ingin bermain, tapi aura Tuan Muda sangat mengintimidasi!’ ucap dalam hati salah satu Tetua Klan Shui.
Di sepanjang jalan menuju kediaman Klan Cao, Patriak Shui Zen menceritakan apa yang sebelumnya terjadi di aula kediaman Klan Shui pada para Tetua Klan yang ikut pergi menemani Luo Feng. Mendengar cerita Patriak Shui Zen, para Tetua jelas saja marah, dan mereka akhirnya mengerti maksud sebenarnya dari kata bermain yang diucapkan Luo Feng.
Tak sampai setengah hari, Luo Feng dan yang lainnya telah sampai di kediaman Klan Cao, dan langsung saja Luo Feng melempar tubuh tak berdaya Patriak Klan Cao ke tengah-tengah halaman kediaman Klan Cao.
Tak menunggu penghuni kediaman Klan Cao sadar dengan keberadaannya dan apa yang baru dilakukannya, Luo Feng langsung saja menciptakan array yang membuat seluruh penghuni kediaman Klan Cao tak bisa pergi meninggalkan wilayah kediaman mereka.
“Tidak perlu ada kepanikan, mereka cukup diam dan mati dengan tenang! Akan tetapi sebelum itu terjadi, mari kita kuras isi gudang harta milik Klan Cao!”
Tak sulit bagi Luo Feng menemukan lokasi gudang harta Klan Cao yang ternyata tersembunyi di bagian paling belakang kediaman Klan Cao.
Sepuluh orang penjaga yang tak menyadari kedatangan Luo Feng dan orang-orang yang setia mengikutinya, tanpa perlawanan mereka semua mati di tangan Luo Feng yang kali ini berperilaku tanpa ampun pada semua musuhnya.
Semua penjaga mati hanya dengan sekali serang, dan semua terjadi dalam satu kali tarikan napas. Penjaga yang telah mati menjadi tugas Patriak Shui Zen dan para Tetua Klan Shui menyembunyikan keberadaan mereka. Sedangkan Luo Feng, dia sedang mencoba menghancurkan segel array yang melindungi pintu gudang harta.
Bersama dengan Luo Feng berhasil menghancurkan segel array pintu gudang, terdengar suara keributan yang berasal dari halaman kediaman Klan Cao. Suara teriakan kemarahan terdengar dari tempat itu, tapi semua itu tak mempengaruhi tujuan Luo Feng yang ingin menguras isi gudang harta kediaman Klan Cao.
Berhasil masuk ke dalam gudang harta begitu pintu terbuka, Luo Feng segera memasukkan seluruh harta maupun sumberdaya berharga di dalam gudang ke dalam cincin ruang miliknya.
Tak lagi ada yang tersisa di dalam gudang harta kediaman Klan Cao, Luo Feng segera keluar dan pergi menghampiri Patriak Shui Zen dan para Tetua yang menunggu di luar gudang.
“Harta berharga sudah di amankan, sudah saatnya mengakhiri permainan dengan melenyapkan Klan Cao bersama seluruh penghuninya!” Luo Feng membawa Patriak Shui Zen dan para Tetua melayang tinggi ke langit, keluar dari array yang mengelilingi kediaman Klan Cao.
Berada di ketinggian langi, di tempat dia menyimpan tubuh Patriak Klan Xu dan mayat Patriak Klan Jing, Luo Feng nampak memejamkan mata lalu berkata, “Api Kekacauan, bakar dan musnahkan kediaman Klan Cao bersama seluruh penghuninya!”
Api hitam seukuran kelereng melesat dari ujung jari telunjuk Luo Feng yang diarahkan ke halaman Klan Cao.
Meski hanya seukuran kelereng, aura api kekacauan yang sangat mengerikan dapat dirasakan oleh Patriak Shui Zen dan para Tetua Klan Shui. Meski api itu tidak ditujukan pada mereka, tubuh mereka sudah gemetaran hanya karena merasakan aura mengerikan yang dikeluarkan api kekacauan.
Di sisi lain, begitu api kekacauan melesat melewati array yang diciptakan Luo Feng, seluruh penghuni kediaman Klan Cao dapat merasakan kengerian api kekacauan. Tubuh gemetar secara tiba-tiba ditambah dengan munculnya rasa takut yang berlebihan.
Merasakan sesuatu yang aneh di kediaman Klan Cao, banyak penghuni kediaman yang mencoba pergi meninggalkan kawasan kediaman Klan Cao, tapi mereka yang mencoba pergi, tubuh mereka menghantam dinding transparan, yang membuat mereka tak bisa pergi meninggalkan kediaman Klan Cao.
Banyak yang mencoba pergi, tapi tak satupun dari mereka bisa pergi meninggalkan kediaman Klan Cao, sampai akhirnya kobaran api dengan aura mengerikan mulai terlihat berkobar di halaman kediaman Klan Cao dan seiring berjalannya waktu kobaran api semakin membesar, membakar dan memusnahkan apapun yang ada di sekitarnya.
Tak lama, teriakan demi teriakan yang terdengar sangat memilukan mulai terdengar dari dalam kawasan kediaman Klan Cao. Semua tak ada yang selamat dari kobaran api kekacauan yang sedang mengamuk, membakar dan memusnahkan segalanya.
Keberadaan Klan Cao akhirnya berakhir hanya dalam waktu sangat singkat. Kediaman yang sebelumnya megah, kini rata dengan tanah bersama dengan seluruh penghuninya.
Tak lama apa yang terjadi pada Klan Cao juga di alami Klan Xu dan Klan Jing. Tanpa repot melakukan pertarungan yang menyita banyak waktu, Luo Feng dengan mudah memusnahkan dua Klan lain dengan membakar hidup-hidup sekuruh anggota Klan yang terjebak di kediaman Klan mereka.
Tak ada penyesalan di raut wajahnya Luo Feng setelah dalam sehari puluhan ribu nyawa hilang di tangannya.
Dibandingkan menyesali apa yang sudah terjadi, dia justru merasa puas dengan apa yang dilakukannya.
Namun, apa yang dilakukan Luo Feng cukup berdampak pada kekuatan Pulau Kecil Bai Dao. Setidaknya saat ini Pulau Kecil Bai Dao telah kehilangan lebih dari setengah kekuatan utamanya, dan status Pulau Kecil terlemah semakin melekat pada Pulau Kecil Bai Dao.
Meski tak lama lagi akan menjadi era kebangkitan Klan Shui, tapi hanya dengan kekuatan Klan Shui belum cukup untuk merubah status Pulau Kecil Bai Dao.
Sementara itu, Luo Feng dan yang lainnya yang telah kembali ke Klan Shui setelah memusnahkan keberadaan Klan Cao, Klan Xu, serta Klan Jing, kedatangan mereka di sambut Shen Ming, Shen Huang serta empat orang lainnya, yang kebetulan beberapa waktu lalu mereka telah sampai di kediaman Klan Shui.
“Kalian berlima, mulai besok kalian akan mengikuti pelatihan awal yang sudah aku siapkan khusus untuk kalian! Jangan coba-coba melarikan diri, kalau masih sayang dengan nyawa kalian!” ucap Luo Feng pada Shen Huang dan empat orang lainnya sebelum dia berlalu pergi.
Sedangkan Shen Huang dan empat orang lainnya, tubuh mereka masih saja gemetaran setelah pandangan mereka bertemu dengan sorot mata tajam Luo Feng.
‘Firasatku mengatakan tak ada lagi hari bersantai untuk hari esok dan hari-hari selanjutnya!’ ucap Shen Huang berbicara dalam hati.
...----------------...
Bersambung.