Zue, seorang gadis muda yang telah kehilangan kedua orang tuanya dalam insiden pembunuhan bandit. Saat itu, dia tanpa sadar mengaktifkan kekuatannya yang misterius, menyebabkan para bandit terbantai habis.
Sherina dan Sheila, dua orang yang kebetulan berada di tempat kejadian, menyaksikan kejadian itu dan menemukan bahwa Zue tidak memiliki Mana, sebuah energi magis yang dimiliki oleh sebagian besar orang di dunia. Mereka memutuskan untuk mengadopsi Zue, karena mereka tidak ingin dia diasingkan atau ditolak oleh masyarakat karena kekurangannya.
Selama beberapa tahun, Zue dilatih oleh Sherina dan Sheila dalam berbagai keterampilan dan teknik pertarungan.
Tepat pada ulang tahunnya yang ke-12, Zue melakukan upacara kedewasaan untuk mendapatkan kemampuan khusus. Namun, apa yang terjadi selanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Beta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Wicked King
—Di dalam kastil kerajaan.
Seorang raja duduk di kursi yang megah dan mewah sambil menyenderkan kepalanya di tangan. Semua kursinya terbuat dari emas murni. Dia memandang rendah kasta dibawahnya.
"Bagaimana Don, apa kamu menemukan bukti tentang suku gagak gagak itu?" tanyanya dengan angkuh.
Dia adalah Girona Vafesilo, sang raja dari kerajaan Asium, yang terkenal sombong dan angkuh.
Don menunduk dengan hormat didepan sang raja. "Izin menjawab rajaku, tidak ada bukti yang bisa digunakan untuk memusnahkan suku itu."
Sang raja mendengar itu sontak marah dan melemparkan buah-buahan yang ada di samping. "Sudah dibayar mahal-mahal untuk mencari informasi yang dapat di manfaatkan untuk meyakinkan kerajaan lain tapi tidak ada informasi?"
"Maafkan aku sang raja." Don merasa bersalah.
Raja menghela nafas. "Jika tidak ada bukti yang mengarah ke pembunuh tinggal buat bukti palsu. Kita harus memanfaatkan kejadian pembunuhan ini untuk memusnahkan suku gagak itu."
"Baik, akan saya usahakan. Izin undur diri," ucap Don.
"Ya," ucap sang raja.
Don keluar meninggalkan ruangan raja.
Tangan dikepal erat dan berkata dengan nada berat. "Bagaimanapun caranya, aku harus mendapatkannya."
—Sebelumnya.
"Tenang saja, aku tahu cara menyelesaikan masalah ini." Zue percaya diri dengan kemampuannya.
"...Maksudmu?" tanya pemimpin.
"Ya, seperti yang kukatakan yaitu menyelesaikan masalah ini tanpa membunuhnya."
"...Caranya?"
Zue tersenyum tipis. "Dengan mengubah ingatannya."
"...Ekspresi mu menyeramkan. Memangnya ingatan bisa di ubah?"
"Bisa, bagi mereka yang kuat," jawab Zue.
"...Berarti kamu kuat dong," ucap pemimpin.
Zue membusungkan dada, dengan sombongnya berkata. "Memangnya diriku ini pernah bilang kalo aku lemah."
"Sombong sekali, buktikan omongan mu," tantang si pemimpin.
"Kalian semua pergi atau menjauh dari tempat ini dulu," ucap Zue kepada semua suku itu.
"...Kenapa kami harus pergi?" tanya pemimpin.
"Lakukan saja cepat," jawab Zue.
Mereka bersembunyi dengan cepat dibalik pepohonan, kehadirannya bahkan tidak bisa dirasakan oleh orang biasa.
"Memainkan pikiran itu sangatlah mudah. Flame."
Ular api kecil mengitari tangan Zue. Perlahan ular itu menembus ke otak si mata-mata, ular api itu memasuki alam bawah sadar si mata-mata melalui otaknya. Ular api itu membaur dengan alam bawah sadarnya dan menjadi layaknya parasit.
"Bagus ini berhasil, tinggal sentuhan terakhir." Zue menepuk-nepuk pipinya dengan pelan. "Bagun bangun."
Terbangun dalam keadaan bingung. "Hah? Dimana ini?" tanya si mata-mata.
Zue dengan lembut menjawab, "Ada di sekitar hutan."
Si mata-mata dalam pikirannya, "Aku harus cepat melaporkan ke raja Girona Vafesilo." Si mata-mata berdiri, berniat meninggalkan tempat itu.
Menjentikkan jari. "Aktifkan. Berhenti dulu." sihir diaktifkan.
Zue mengaktifkan sihirnya, si mata-mata berhenti saat Zue bilang berhenti. Tatapan mata si mata-mata menjadi kosong.
"Mau pergi kemana kamu?" tanya Beta.
"...Melapor kepada raja Girona Vafesilo."
Si mata-mata dikendalikan dari alam bawah sadarnya oleh Zue, menjadi menuruti perkataan Zue.
"Melapor tentang apa?"
"...melaporkan penyelidikan ku tentang suku gagak itu."
"Tujuan raja Girona Vafesilo menyelidiki tentang suku gagak untuk apa?"
"...Aku belum dikasih tahu tujuan penyelidikan itu, yang aku tahu sang raja ingin memusnahkan suku gagak itu."
"Hmm, apa kamu juga tahu alasan raja ingin memusnahkan suku gagak?"
"...Aku belum diberitahu mengenai itu."
"Baiklah, lupakan semua tentang penyelidikan mu itu dan tentang kami semua ini," ucap Zue.
"Baik."
"Masuklah kedalam hutan sana." Sambil menunjuk hutan dimaksud.
"Baik."
Si mata-mata benar-benar menuruti perintah Zue dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Kalian semua sudah boleh keluar," panggil Zue ke semua orang dari suku gagak.
"...Bagaimana? Berhasil?" tanya pemimpin.
"Ya, itu berjalan dengan lancar," jawab Zue.
Merasa lega mendengar hal itu. "...Jadi kami sudah aman?"
"Belum, mata-mata itu pasti akan dikirimkan kembali," ucap Zue.
"...Jadi apa langkah selanjutnya?" tanya pemimpin.
"Bersikap biasa-biasa saja, jangan terlalu melakukan gerak-gerik yang membuat curiga. Itu untuk sekarang, aku sedang menuju ke Kerajaan Asium tempat raja itu berkuasa," jelas Zue.
"...Ada sesuatu yang perlu kamu lakukan di kerajaan Asium?"
"Tidak, aku hanya petualangan yang penuh waktu luang, karena itu aku akan membantu masalah suku kalian," ucap Zue.
Pemimpin mendengar itu membungkuk kan badannya. "Terimakasih atas bantuan mu."
Orang-orang dari suku gagak melihat pemimpinnya membungkuk kan badan sontak terkejut, pemimpin yang terkenal karena harga dirinya yang tinggi tiba-tiba membungkuk kepada orang yang baru ditemuinya.
"...Pemimpin?"
"...Pemimpin? Angkat kepala anda pemimpin."
"Hsh hsh hsn sha..."
Bisik orang-orang dari suku gagak.
"...Kalo begitu aku pamit. Ayo semuanya kita kembali," perintah pemimpin.
Mereka berjalan pelan masuk kedalam hutan meninggalkan tempat. Keberadaan mereka satu persatu tidak terlihat, seakan ditelan oleh gelapnya hutan.
"Ini sudah hampir pagi. Tidur sebentar lah." Zue membaringkan tubuhnya di tempat tidur, tak lama dia tertidur dengan pulas, tanpa menghiraukan siapa yang ada disitu dan apa yang baru terjadi.
—Pagi hari.
Pagi hari yang cerah, dengan cahaya matahari yang terang memancarkan sinar keemasan dilangit, menyinari hutan gelap dan menjadi terang. Burung-burung berkicau dengan merdu, mengiringi langkah-langkah pagi yang sunyi.
Zue bangun dari tidurnya. "Huh? Sudah pagi saja."
"...Kamu sudah bangun ya, tidurmu kelihatannya tadi nyenyak sekali," ucap penjaga shift kedua.
"Iya, kalian sedang apa?" tanya Zue.
"...Ini sedang menata kembali peralatan untuk istirahat."
"Haha, mereka belum juga bangun. Bangun!!" ucap Zue dengan sangat keras.
Semua orang shift satu seketika terbangun karena teriakan Zue.
"...Sebentar lagi."
"...Sudah pagi?"
"Ini sudah waktunya berangkat ke Kerajaan Asium," ucap Zue, menggunakan nada lembut.
Terlihat seekor kucing sedang mengais-ngais tumpukan tulang.
Zue yang melihat itu merasa iba. "Kasian, ku ambilkan saja daging sisa semalam." Diambilnya sisa makanan dari dalam gerobak.
Diberikannya makan sisa ke kucing itu. Kucing itu memakannya dengan lahap.
Zue mengelus kepala kucing yang sedang makan itu. "Kamu sangat lapar ya, makan yang banyak."
—Keberangkatan.
Pak kusir memanggil Zue, "Ayo, kita akan segera berangkat."
Zue tidak menduga akan siap secepat itu. "Ehh? Sejak kapan kalian sudah siap, baru juga tadi kalian sedang tidur nyenyak."
"...Kamu yang terlalu fokus ke kucing itu," ucap pak kusir.
"Baik, aku akan segera kesana, tunggu sebentar."
Kucing itu selesai makan menjadi sangat lengket dengan Zue.
"Kamu sudah selesai makan ya, kalo begitu aku pergi dulu." meninggalkan kucing itu.
"Miaw."
Zue menaiki gerobak, bersiap melanjutkan perjalanan menuju ke Kerajaan Asium. "Ayo berangkat, aku sudah siap."
"Baik. Berangkat." Tali kuda ditarik kuda pun berjalan.
Tiba-tiba saat keberangkatan tiba, kucing barusan yang dikasih makan Zue mengikutinya.
"Apa? Kamu mengikuti aku."
Kucing itu melompat kearah Zue.
Sontak Zue reflek menangkapnya. "Kenapa kamu mengikuti ku?" tanya Zue—Walaupun kucingnya tidak mengerti apa maksudnya.
"Miaw miaw."
"Kamu ingin ikut dengan ku?" tanya Zue.
"Miaw."
"Hmm, gimana ya." Sedikit ragu, karena sebelumnya tidak pernah memelihara hewan.
"Miawwu." Dengan wajah memelas.
"Baiklah, kamu boleh ikut dengan ku," ucap Zue.
Kucing itu senang setelah mendengar itu, seakan mengetahui maksud dari Zue.
"Ayo kita berpetualang bersama."
Next...
cek profil aku ada cerita terbaru judulnya
THE EVIL TWINS
atau langsung tulis aja judulnya di pencarian, jangan lupa mampir dan favorit kan juga ya.
terima kasih