NovelToon NovelToon
ANAK MAMA

ANAK MAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Kehidupan di Kantor
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Kunci

Malam "panas" antara Danar dan Luna, menjadi awal kisah mereka. Banyak rintangan serta tragedi yang harus mereka lalui. Masa lalu mereka yang kelam akankah menjadi batu sandungan terbesar? atau malah ada hamparan bukit berbatu lainnya yang terbentang sangat panjang hingga membuat mereka harus membuat sebuah keputusan besar dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Kunci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13.

Luna perempuan muda yang mengenakan pakaian formal itu terlihat bingung ketika dia berada di ujung pintu masuk. Danar yang sudah berjalan lebih dulu menghentikan langkah serta gerakannya ketika dilihat tidak ada seorang pun di dekatnya. Pandangan serta kepalanya menengok ke kiri - kanan, helaan napasnya terdengar jelas ketika orang yang dicari ternyata masih agak jauh dibelakang. Satu gerakan tangannya mengayun kearah Luna, sesaat perempuan itu masih terperangah dengan situasi disekitarnya hingga satu lengan Luna dipegang dan agak ditarik oleh Danar yang tiba - tiba sudah berada persis disamping tubuh agak rampingnya.

"Berniat untuk berteriak disini? atau mau memberontak?" ucap goda Danar yang berbisik ke telinga Luna.

Wajah kesal Luna seketika hilang tergantikan wajah judes dengan lirikkan mata segarisnya. Senyum lebar nan hangat yang sangat - amat jarang diperlihatkan Danar, hari itu terlihat jelas. Lalu ditarik pelan lengan Luna sambil menyerahkan sebuah keranjang belanja berdoa yang sudah diambil lelaki lumayan tampan itu.

Danar dan Luna ternyata datang kesebuah gedung yang dikira oleh Luna adalah sebuah hotel, karena arsitektur serta papan nama gedung yang ambigu. Gedung itu ternyata adalah sebuah supermarket furnitur serta pernak - pernik rumah. Hari itu, Danar berniat untuk belanja beberapa pajangan yang sempat dihancurkan oleh lelaki berkulit putih pucat itu. Luna terlihat bernapas lega sesaat walaupun masih diliputi oleh rasa kesal akibat sikap Danar.

"Pak...," panggil Luna cukup lembut.

Danar tidak menggubrisnya, lelaki itu terlihat terus melihat - lihat kearah pajangan. Ekspresi Luna kembali menjadi judes dengan perubahan bentuk kelopak mata yang menyipit, ditarik napas panjang lalu dia memanggil Danar dengan lumayan kencang kali ini,

"Bapak - Danar - Perkasa...," juga terbata.

Pupil mata Danar terbuka agak lebar dengan mengarahkan kepalanya ke kiri sisi tubuhnya memastikan area sekitar karena suara Luna yang lumayan kencang, baru kemudian lelaki bertubuh atletis itu menghadapkan seluruh tubuhnya yang sempat sedikit membungkuk kearah Luna dengan tegak. Luna menaikkan kedua alis nya 2 kali dengan wajah angkuhnya.

"Apa, Luna Saphira?" jawab Danar sangat lembut dengan satu tangannya masuk ke dalam saku celana.

Luna mendorong keranjang belanjaan hampir mengenai Danar. Satu alis lelaki itu naik dan melihat kearah bagian depan keranjang.

"Kenapa Bapak pukul Dimas tanpa alasan?" tanya Luna langsung dengan agak pelan kini.

Tatapan Danar dengan satu alis terangkatnya lalu mengarah ke perempuan berkepang di depannya. Satu tangan Danar memegang ujung keranjang dan memindahkan sedikit benda itu kesamping agar tubuhnya tidak terhalang ketika ingin kembali mendekat kearah Luna.

"Saya tidak suka dia dekat - dekat kamu. Cause why? Cause you only mine. Jelas?" jawab Danar tegas dengan satu tangannya yang tadi memegang ujung keranjang kini sudah memegang dagu Luna, perempuan itu sedikit mengelak namun usahanya lagi - lagi tidak berguna karena gerakan Danar jauh lebih cepat merenggut dagu agak ovalnya.

Disaat yang sama, disebuah sudut tempat mereka berada terlihat se sosok perempuan muda nan cantik sudah cukup lama memperhatikan interaksi keduanya dengan tangan terlipat di depan dadanya.

"Honey...," teriak perempuan cantik itu.

Danar awalnya tidak menyadari bahwa dirinyalah yang dipanggil oleh perempuan cantik berambut ikal pendek itu, posisinya dan Luna masih cukup mesra dengan kedua retina yang saling menatap dalam. Namun, semuanya berubah tatkala perempuan berambut ikal tadi tiba tiba menarik lengan Danar dengan kasar lalu menggandengnya.

"Nadia...," ucap Danar cukup keras.

Luna kemudian menggeser keranjang berodanya dan berdiri agak lebih jauh dari Danar dan Nadia. Tatapan mata dan ekspresi wajah Nadia tertuju kearah Luna cukup tajam juga kesal, Danar sendiri dengan cepat dan kasar melepas pegangan tangan Nadia.

"Jangan macem - macem, Nad. Ini tempat umum, banyak orang yang kenal aku bakal salah paham...," ucap Danar yang kemudian berpindah kearah Luna namun langkah lelaki itu terhenti ketika Nadia tiba - tiba memeluk pinggang Danar dari belakang.

Luna yang melihat kejadian itu menjadi salah tingkah, namun tidak bisa berlama - lama melihat kearah Danar juga Nadia. Helaan napas Danar menjadi tambah berat juga kedua mata yang terpejam.

"Lepas atau kamu nggak akan melihat aku untuk selamanya...," kalimat ancaman keluar dari mulut Danar pelan nan tegas.

Berdecak, tanggapan awal Nadia dan baru akan melanjutkan niatan protesnya, perempuan cantik itu dibuat terkesima dengan gerakan cepat Danar yang menggiring Luna untuk segera pergi dari sana. Agak berlari Nadia mengikuti mereka sambil sesekali memanggil nama Danar dengan agak kencang. Beberapa pasang mata melihat kearah ke tiganya, namun Danar nampak tidak peduli hingga akhirnya pengejaran Nadia terhenti ketika Danar dan Luna naik ke sebuah lift barang. Dihentakkan kedua kakinya yang sudah terasa sakit dengan wajah masam serta kesalnya.

Di dalam lift ekspresi puas dengan senyum lebar terlihat dari wajah lumayan tampan, Danar. Luna terus terdiam tanpa ekspresi sama sekali.

"Nadia Moel...," Danar mencoba menjelaskan namun dipotong langsung oleh Luna.

"Nadia Astari Moelyoto, calon istri Bapak. Saya sudah tau...,"

Helaan napas Danar terdengar berat dan tatapan datar dengan ekspresi dingin kembali terlihat.

Ting...

Lift berhenti disebuah lantai dan membuka pintunya, Danar hendak keluar namun cepat dihentikan langkahnya dengan satu tangan meraih tangan Luna lalu digandengnya keluar. Perempuan yang sudah berwajah lelah itu hanya bisa pasrah, ketika seluruh tubuhnya dibawa oleh Sang Atasan ke sebuah lorong dimana kanan - kirinya terdapat nomer - nomer kamar kayaknya hotel.

Bip...

Bip...

Bip...

Suara sebuah kunci digital salah satu pintu kamar berbunyi. Setelah gagang pintunya terbuka, terlihat jelas pemandangan sebuah ruangan sangat luas lengkap dengan furnitur berkelas, elegan nan minimalis. Kamar itu ternyata sebuah unit apartemen milik Danar. Luna kembali dibuat takjub oleh kejutan - kejutan yang diberikan oleh gedung berpapan nama serta arsitektur ambigu itu.

"Jadi ini apartemen atau supermarket atau keduanya?" gumam Luna pelan dengan gerakan tubuhnya pelan hampir mengelilingi ruang tamu yang dimasukinya setelah pegangan tangan perempuan manis itu dilepas oleh Danar.

"Keduanya...," ucap Danar sambil menyerahkan segelas minuman dingin ke arah Luna.

Perempuan itu menoleh sesaat dalam diam, Danar mengangkat sedikit gelas yang diarahkan pada Luna dengan isyarat agar perempuan itu mengambilnya. Perlahan dengan kedua jemari nya Luna mengambil minuman itu. Danar lalu meneguknya lebih dulu sambil terus menatap Luna sedangkan perempuan muda itu mengalihkan pandangan lalu ikut meneguk minumannya.

"Kita apartemen tour?" ajak Danar sambil berbalik dan memasukkan satu tangannya kembali ke dalam saku celana.

Luna segera mengikutinya, Danar menjelaskan satu - persatu ruangan di apartemen super mewah dan luas milik lelaki berwajah lumayan tampan itu. Sesekali Luna mengerutkan dahi, perlahan sekelebat sebuah ingatan tiba - tiba muncul di benaknya. Hingga sampailah mereka di kamar tidur utama, ketik pintu sudah terbuka dan seketika semerbak wangi maskulin nan lembut tercium jelas sama persis dengan aroma yang ada di ruang kantor Danar. Pupil mata Luna membesar tatkala ingatan sebuah kejadian yang sangat ingin dia lupakan kembali terpampang jelas, membeku tubuhnya tidak bergerak sama sekali dan membuat Danar yang sudah masuk lebih dulu menghentikan langkahnya lagi. Dilihat sesaat wajah tegang Luna, setengah tubuh atletis nya bersandar di kusen pintu minimalis kamar itu dengan kedua tangan yang bersidekap.

"Mau reka adegan?" tanya Danar dengan senyum miring licik namun sedikit mempesonanya.

Lirikan mata Luna dengan cepat mengarah pada Danar, seketika perempuan itu berbalik dan hendak pergi sesegera mungkin dari apartemen itu, namun dengan cepat Danar menyusul, menghadang lagi tubuh Luna dengan memegang kedua lengan perempuan manis itu.

"Kenapa harus saya, Pak? Apa ini balas dendam? atau apa? Pak, saya hanya mau kehidupan tenang, pesan singkat yang dikirim oleh Ibu Rania sudah sangat jelas. Jadi...," ucapan tidak karuan Luna kembali terhenti oleh tindakan Danar yang tiba - tiba menarik tubuh perempuan itu dan di dekap cukup erat.

"Jantung kamu berdebar, dari semenjak kita bertemu kembali. Saya tahu. Kamu boleh menolak saya berkali - kali kemarin tapi tidak saat ini dan selamanya. Soal Mama, biar saya yang bereskan dan Nadia bukan calon istri atau perempuan yang suka...," jelas Danar dengan suara dan nada yang tidak pernah Luna dengar sebelumnya.

Perlahan dekapannya pada Luna dilepas dengan tetap memegang kedua lengan perempuan muda itu, kini kedua mata mereka kembali saling tatap dengan rasa mendalam. Satu jari panjang Danar membenahi beberapa helaian rambut Luna yang menutupi dahi rata perempuan itu. Luna sama sekali tidak memberontak karena dia tahu itu adalah hal yang sia - sia.

"Kita bisa mulai secara perlahan - lahan kalau kamu mau kasih saya kesempatan. Tapi satu yang perlu kamu tahu, kamu hanya milik saya begitupun sebaliknya. Jadi, siapapun yang menghalangi tidak segan - segan akan saya...," kini giliran ucapan Danar yang dipotong oleh Luna sambil menurunkan pelan kedua genggaman tangan berotot lelaki muda itu.

"Beri saya waktu berpikir...," ucapnya singkat.

"2 hari. Tidak lebih, kalaupun kamu menolak saya akan tetap menganggapmu kekasih saya...," Danar terdengar sangat egois.

Pupil Luna kembali membesar dan baru akan melawan pernyataan Danar, pergelangan tangan perempuan itu sudah ditarik dan dibawa keluar apartemen mewahnya dengan cukup cepat. Luna benar - benar dibuat terkesima dengan semua tindakan Danar yang sangat agresif, sedikit posesif, egois namun perlahan dia merasakan sesuatu yang lain ketika mereka sedang berdua saja.

"Sudah sampai...," ucap Danar singkat.

Lagi - lagi Luna dibuat terkejut karena dia diantar tepat ke depan pintu masuk rumah kontrakkannya.

"Saya nggak pernah nguntitin kamu, waktu itu nggak sengaja lewat daerah sini, trus liat kamu siang bolong masuk ke rumah ini. Besok - besok kalau mau keluar pakai baju jangan yang mengundang para bajingan. Daerah sini keseringan sepi...," lagi - lagi Danar menjelaskan dengan caranya.

Helaan napas dari tarikan napas dalam Luna terdengar jelas, anggukan pelan dilakukan oleh perempuan itu sambil kemudian melepas sabuk pengamannya dan baru akan membuka pintu diurungkan oleh Luna, dia kembali berbalik menghadap Danar.

"Terimakasih...," jawab singkat Luna dengan senyum simpul singkatnya.

Lalu perempuan berkepang itu keluar dan menunggu hingga mobil Danar pergi dan menghilang diujung jalan. Kepala Luna yang cukup kecil itu lalu merunduk sambil melilitkan tali selempang tasnya di kedua tangannya. Lelah dan juga sedikit pening dirasa oleh perempuan itu.

Dia kemudian terduduk di lantai kamarnya ketika sudah masuk, ditekuk kedua lututnya sejajar dengan wajahnya dan kepalanya bersandar dengan posisi miring beralaskan kedua tangannya yang juga terlipat, kembali helaan napas terdengar darinya.

"Apa iya, sebenernya aku juga suka sama dia? atau ini hanya perasaan sesaat saja?" gumamnya pelan.

Dilain tempat Ibu Rania sedang menatap layar gawai pintarnya dan tidak lama setelah itu, tatapan kejam terlihat dengan digenggam cukup erat gawai itu. Satu jarinya mengetuk - ketuk punggung benda yang agak kecil itu sambil menganggukkan pelan kepalanya dengan senyum miring dan dinginnya.

********

1
Mak e Tongblung
beberapa kali "mengangguk" kok "menganggur" , tolong diperhatikan thor
Kata Kunci: 🙇‍♀️🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!