NovelToon NovelToon
Gara-gara Mantan

Gara-gara Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Berbaikan
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: nenah adja

"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."

"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.

"Kadal burik," jawab Kanya asal.

"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jodoh Tidak Akan Kemana

Kanya memasukan beberapa pakaian yang akan dia bawa ke Jakarta. Tak lupa Kanya juga merapikan pakaian Dilan untuk mengantar kembali anak itu pada orang tuanya.

Setelah memastikan tak ada yang terlupa, Kanya mengecek kembali tiket pesawat yang sudah dia pesan secara online. Kanya menoleh pada Dilan yang sudah tertidur. Bocah itu enggan masuk ke rumah setelah bermain dengan Alan tadi sore. Bahkan saat hari semakin gelap Dilan tak memperbolehkan Alan untuk pulang, hingga akhirnya Alan duduk di kursi terasnya, karena tentu saja Kanya tak mengizinkannya masuk.

Hanya saja keberadaan pria itu memang mengganggunya meski dia hanya berada di luar rumahnya. Hingga akhirnya Dilan tertidur di pangkuan Alan, barulah Kanya keluar untuk mengambil Dilan.

"Anya, bisa gak kamu dengerin aku sebentar?" ucap Alan saat Kanya akan mengambil Dilan dari pangkuannya. "Sebentar aja, please."

Kanya yang sudah berjongkok kembali menegakkan tubuhnya. "Kalau ini soal penjelasan masa lalu, aku gak butuh."

"Anya."

"Mau ngomong atau enggak?"

"Oke."

"Satu kesempatan untuk ngomong."

Alan menghela nafasnya. "Itu bukan anakku. Bayi itu bukan anakku."

Kanya tertegun sesaat, hingga saat Alan akan kembali bicara Kanya menyela.

"Jadi, Aku-"

"Aku bilang satu kesempatan ngomong. Jadi kamu gak boleh ngomong hal lain."

"Tapi, Anya-"

"Sekarang kasih Dilan ke aku!" Alan memberikan Dilan dan membiarkan Kanya membawanya ke dalam rumah.

"Aku masih belum mau nyerah Anya. Sampai kamu mau mendengarkan aku," ucap Alan.

Di balik pintu Kanya hanya bisa mengepalkan tangannya, lalu melanjutkan langkahnya memasuki kamar untuk membaringkan Dilan.

Dan sekarang setelah beberapa saat berlalu, Kanya masih terngiang dengan ucapan Alan.

"Itu bukan anakku. Bayi itu bukan anakku."

Kenapa sekarang? Apa gunanya itu? Apa pengaruhnya Alan mengungkapkan hal itu. Yang dia ingat adalah dulu pria itu mengakui anak Sonya adalah miliknya. Pria itu bahkan mengatakannya dengan tegas, dan dingin.

"Bayi itu milikku."

Ucapan Alan waktu itu bahkan masih terngiang di kepalanya.

Lalu jika memang itu bukan anak Alan. Kenapa dia harus bertanggung jawab dan menikahi Sonya. Atau bahkan, kenapa dulu dia harus mengakui bayi itu miliknya, dan berakhir menyakitinya.

Kanya mengepalkan tangannya, menyingkirkan rasa penasaran di hatinya. Terserah, bayi siapapun itu. Poin pentingnya Alan sudah menyakitinya. Bahkan demi bayi orang lain?

Kanya mendengus pedih. Mulai sekarang dia tidak akan mau mengingatnya lagi. Dia akan memulai hidup baru. Membuka hati untuk pria lain, memastikan ada yang lebih baik dari pria brengsek itu. Seharusnya sejak dulu dia melakukan ini, kan?

Esok harinya di sore hari saat Kanya menarik kopernya keluar rumah, terdengar pintu tetangga sebelah juga terbuka.

Kanya berjalan ke depan pagar lalu memasukkan koper ke dalam bagasi taksi yang dia pesan secara online. "Kamu mau pergi?" Kanya menoleh dan melihat Alan berjalan kerahanya dengan tas berukuran sedang di tangannya.

"Kemana?" tanyanya lagi. Dia bahkan tak peduli Kanya mengacuhkan dan tak menjawabnya.

Kanya masih mengacuhkan Alan dan berniat masuk kembali untuk memanggil Dilan, sebab mereka harus segera berangkat ke bandara. Namun Alan justru mencekal lengannya.

"Anya?"

"Bukan urusan kamu, harus ya, kamu selalu tahu?" Kanya menyingkirkan tangan Alan.

Alan menghela nafasnya dan membiarkan Kanya masuk lalu kembali dengan Dilan setelah mengunci pintu rumah dan pagarnya.

"Hai, Ian. Mau kemana?"

Kanya mendegus saat merasa Alan tak menyerah, dia bahkan bertanya pada Dilan agar tahu tujuan mereka. Namun bocah itu dengan ringan menjawab.

"Puwang Om." Alan mengangguk, dan dia tahu tujuan Kanya adalah Jakarta. Lebih mudah bicara dengan Dilan ternyata.

"Ayo, Ian." Kanya mendorong Dilan masuk, lalu dia memasuki pintu di sisi lain.

"Ayo jalan, Pak," ucapnya pada supir, namun Kanya membelalakan matanya saat Alan memasukkan tasnya di kursi depan lalu dia sendiri masuk dan duduk di sebelah Dilan. "Apa- apaan kamu!" katanya dengan kesal.

"Berangkat, Pak," ucap Alan, mengacuhkan Kanya.

"Permisi, Pak Alan. Ini taksi kami, dan kenapa kamu masuk gitu aja. Gak sopan!"

Alan terkekeh. "Yakin ini taksi kamu? Permisi, Pak, ini taksi pesanan siapa?" tanya Alan pada supir taksi.

Supir taksi melihat aplikasi di ponselnya, "Atas nama Pak Alan?" Alan mengedikkan kepalanya dengan bibir menyeringai, sementara Kanya membuka ponselnya, lalu meringis saat melihat pesan yang ternyata taksi pesanannya memiliki kendala hingga membatalkan pesanannya.

Kanya berdehem. "Kenapa Bapak gak bilang dari tadi," ucapnya sedikit kesal.

"Maaf, Bu, saya kira memang Ibu yang pesan, karena langsung keluar dengan bawa koper."

Kanya menghela nafasnya, "Kalau gitu saya keluar."

"Gak usah," ucap Alan.

Kanya menghentikan gerakannya. "Kamu mau ke bandara kan? Tujuan kita sama. Aku gak keberatan berbagi."

"Jangan bilang kamu juga mau ke Jakarta?" Alan mengangguk.

"Kamu benar-benar menguntit aku?"

Alan mengerutkan keningnya. "Menguntit?"

"Iya, kamu mengikuti kemana aku pergi, mengajukan pinjaman, padahal aku tahu kamu tidak kesulitan uang. Lalu membeli rumah sebelah cuma untuk menggangguku?"

Alan terdiam. Ya, dia memang melakukan itu demi mendekati Kanya. Namun kepulangannya kali ini ke Jakarta karena pekerjaannya tak bisa dia tinggalkan lebih lama. Dia berniat akan kembali akhir pekan depan untuk kembali membujuk Kanya agar mau mendengar penjelasannya.

"Tadinya aku berniat berpamitan, untuk pulang dulu ka Jakarta. Tapi, pas aku keluar lihat kamu bawa koper, aku mengurungkan niatku, dan tanya kamu akan kemana. Karena tujuan kita sama jadi, gak papa kan kita berangkat dalam satu taksi?"

Kanya mendengus tak percaya dengan alasan Alan. Pria itu terlalu banyak memanipulasi keadaan. "Gak usah, kami cari taksi lain aja."

"Yakin? Mungkin kalian akan terlambat ke bandara nanti. Jaraknya mungkin dekat, tapi disana kita gak bisa langsung naik pesawat begitu saja, kan?" Kanya melihat jam di tangannya. Ya, kurang dari satu jam lagi pesawatnya terbang. Dan dia masih harus menunggu taksinya muncul belum lagi di bandara dia harus mengkonfirmasi tiket yang dia pesan secara online. Mungkin mereka akan terlambat.

"Jangan bilang kamu juga rela membatalkan tiket pesawat kamu agar gak satu pesawat sama aku? Tentu saja mungkin kita satu pesawat?"

"Jangan keras kepala, Anya. Ada kalanya kamu jangan terlalu mengikuti kemarahan kamu." Alan berucap bahkan tanpa melihat Kanya, hingga Kanya hanya bisa terdiam.

"Jalan, Pak. Saya udah telat." Supir taksi mengangguk.

Perjalanan dari Kuta ke bandara hanya 15 menit, namun bagi Kanya itu terasa lama. Di sebelahnya Dilan terus berceloteh pada Alan, menceritakan apa saja yang membuat Alan tertawa kecil, dan dia hanya bisa terdiam sambil menunggu taksi berhenti.

"Tiba di bandara Alan segera keluar lalu membantu Dilan untuk keluar, sementara Kanya mengeluarkan kopernya dari bagasi.

"Ian, ayo!" Dilan mengangguk dan menghampiri Kanya. Setelah memastikan Dilan dan Kanya pergi lebih dulu. Alan mengikuti dari belakang dengan senyum tipis dibibirnya.

Kalau jodoh tidak akan kemana. Buktinya mereka baru saja satu taksi tanpa dia rencanakan lebih dulu, bahkan mungkin akan satu pesawat. Mengarungi langit biru Bali- Jakarta.

Sekarang apa yang harus dia lakukan agar bisa duduk di dekat Kanya?

1
memei
up
memei
oke
memei
ternyata hidup Alan lebih mengenaskan dari Anya... alan di kelilingi manusia pengkhianat yg menjadikan Alan mesin ATM saja dan Kanya lebih baik keluarganya masih banyak memberikan kasih sayang
memei
Alan bukan anak kandung mungkin
memei
bisa jadi CEO tapi gampang di bodohi Sonya juga ternyata
Rabiatul Addawiyah
Semoga cepat sehat kembali thor 🤲🤲
Rahmawati
kanya masih peduli sm Alan, berati masih cinta
Aningrum
GWS thor..
semangat..
Rahmawati
oooo gitu toh ceritanya
Hamsiyah Hasta
cepat sembuh thor...
tata sugandhi
smg cepat sembuh y Thor...
Anna Kusbandiana
semoga lekas sehat lagi ya thor...
semangat..💪
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
orang tua gak bener ... fakta klo pilih kasih ke anak itu memang jahat banget
Isma Nayla
jng sampai kanya di perkaos sm alan thor,gk rela aq.
alan sj blm cerai kasian kanya bs di blng pelakor wlu pernikahan alan tnpa cinta.
yuning
semoga lekas sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa , istirahat yang cukup Thor
Rahmawati
bener kata anye jgn jual murah jg ma
Rahmawati
lanjuttt
Ceu Nah
cuma kamu yang mau mereka balikan kk😅
Rabiatul Addawiyah
Wah klo Kanya mau dengar penjelasan Alan bakal balik ga ya mereka? semoga lah Kanya balik sm Alan
Marta Meilinda
hebat sekali akan, selain jd sapi perah, bs jadi kambing hitam dan jg tumbal.
bisa laku tinggi, gk lama lg kan idul adha/Silent/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!