Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 20 Bersama Kak Bayu
Hari itu, Lana sedang pergi makan siang bersama Bayu. Pemuda itu mengajaknya makan dan menonton bioskop, sebuah tawaran yang sulit ditolak. Awalnya, Lana menolak karena ingin menghabiskan akhir pekannya dengan bersantai di rumah, menikmati kesunyian yang menenangkan. Namun, karena hari itu adalah hari terakhir liburan Bayu sebelum kembali ke aktivitas kuliahnya, Lana pun mengalah pada permintaan sahabatnya itu.
"Mau nonton apa? Aku traktir," tawar Bayu dengan senyum lebar.
"Yes! Makan dibayarin, nonton ditraktir. Bahagianya hari ini!" seru Lana sambil terkekeh, matanya berbinar cerah.
"Yeee, jangan cari kesempatan, ya!" Bayu langsung menjitak kepala gadis itu, berpura-pura kesal.
Lana menyingkirkan lengan Bayu dari kepalanya, menggerutu pelan.
"Setiap kesempatan harus dimanfaatkan," ucap Lana sambil mengangguk-anggukkan kepala, matanya menelusuri deretan poster film yang akan tayang. Lalu, matanya terpaku pada sebuah film box office yang akan tayang sekitar satu jam lagi, sebuah film yang menarik perhatiannya.
Bayu berjalan mendekat dan langsung menghela napas lemas saat membaca judul film tersebut, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.
"Film ini saja, ya! Pasti seru!" seru Lana penuh semangat, matanya berbinar antusias.
"Alana!" seru Bayu, suaranya meninggi.
"Hmm?" Mata gadis itu berkedip polos, seolah tak mengerti dengan seruan Bayu.
"Jangan yang ini. Nanti kamu mimpi buruk lagi! Pilih yang lain," tukas Bayu kesal, khawatir akan mimpi buruk yang mungkin menghantui Lana.
"Kak Bayu..." rajuk Lana sambil menarik-narik ujung jaket pria itu, memasang wajah memelas. "Please, ini film review-nya bagus banget, Kak. Ayolah," bujuk Lana tak menyerah, tekadnya bulat.
"Ini film sadis, Lana," kata Bayu, mencoba meyakinkan Lana.
"Ya aku tahu, makanya pengen nonton." Lana membuka matanya lebar-lebar, bersemangat. "Kan kita sudah cukup umur, salahnya dimana coba?"
"Kamu cewek, tapi suka film kayak gini," keluh Bayu tak habis pikir, heran dengan selera gadis itu.
"Memangnya kenapa sih? Ini kan seru, Kak," sahut Lana sambil menunjuk film SAW X di depannya, matanya berbinar penuh minat.
"Ganti film ini, ya, cewek itu sukanya yang kayak gini, La," jelas Bayu sambil menunjuk salah satu poster film romansa yang menunjukkan sepasang kekasih tersenyum penuh cinta, berharap Lana akan tertarik.
Lana memperhatikan sejenak dan langsung memasang raut wajah jijik saat melihatnya, ekspresinya menunjukkan ketidaksukaannya.
"Ih, itu lebih seram, Kak," ucap Lana dengan nada meremehkan.
"Maksud kamu apa?" Bayu memasang wajah tak mengerti.
"Film kayak gitu, di dunia nyata pasti sad ending tau, Kak. Cinta tuh ujung-ujungnya menderita," Lana berdecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya, menunjukkan ketidak percayaannya pada cinta.
Bayu tampak frustasi, keinginannya untuk menonton film romantis bersama Lana pupus sudah. Ia mengacak-acak rambut Lana dengan tangannya, mengeluarkan rasa frustrasinya.
"Pokoknya SAW X, kalau enggak mau, Lana pulang, nih," ancam Lana yang berhasil membuat Bayu bungkam.
Bayu menghela napas, mengalah pada keinginan Lana. Padahal tadinya, ia sudah membayangkan akan berdua menonton film romantis dengan Lana, ia ingin melihat reaksi gadis itu saat melihat adegan-adegan romantis yang ditayangkan, bayangan indah yang kini sirna. Namun, sepertinya keinginannya memang sulit terlaksana, Lana terlalu keras kepala.
Sejak dulu, Lana memang tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau romantis. Bahkan, kerap kali gadis itu berkata bahwa ia tidak percaya 'cinta', sebuah pernyataan yang membuat Bayu bertanya-tanya.
Bayu tahu kalau beberapa kali Lana menerima pernyataan cinta dari murid laki-laki di sekolahnya, namun tak pernah ada satu pun yang membuat gadis itu tertarik, Lana seperti memiliki benteng yang sulit ditembus.
Bagaimanapun, Lana cukup cantik untuk anak seusia mereka dan lagi ia terkenal pintar di sekolah, kombinasi yang sempurna. Hal tersebut menambah daftar nilai plus untuk gadis itu, membuatnya semakin menarik di mata Bayu.
Ketika Lana berkata bahwa ia tak suka dan tak ingin pacaran, entah kenapa Bayu merasa lebih tenang, sebuah perasaan lega yang aneh. Karena artinya, gadis itu akan tetap melajang hingga nanti Bayu akan melamarnya, sebuah keyakinan yang tumbuh dalam hatinya.
Ya, pemuda itu yakin kalau dirinya akan menjadi pria yang tepat untuk seorang Alana. Hanya dirinya, pemuda satu-satunya yang selalu berada disampingnya, seorang sahabat yang selalu ada. Bayu yakin, dengan kegigihan dan kasih sayangnya selama ini, suatu hari Lana akan luluh dan mencintainya.
...-----------...
"Thank you, Bapak Bayu traktirannya. Besok baliknya hati-hati ya. Maafkan Princess Lana nggak bisa nganter," seloroh Lana dengan nada riang. Ia memasang wajah pura-pura sedihnya sambil menyatukan kedua telapak tangan, membuat Bayu gemas.
Bayu langsung menjitak kepala gadis itu, berpura-pura kesal. Besok memang hari Senin dan Lana harus sekolah, jadi ia tidak bisa mengantar Bayu. Sebetulnya, Lana ingin sekali mengantar pemuda itu, karena selama liburannya, pemuda itu selalu menyempatkan waktu untuk menemuinya, menghabiskan waktu bersama.
"Aku tinggal ya, kamu baik-baik di sini. Jangan pacaran," pesan Bayu dengan nada bercanda.
"Dih, siapa juga yang mau pacaran," elak Lana.
"Kalau aku telepon, angkat!" pinta Bayu dengan wajah seriusnya.
"Mmm... nggak janji," tukas gadis itu sambil menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan senyum.
"ALANA!" seru Bayu, suaranya meninggi.
"Iya, iya. Oke!" gadis itu terperanjat, terkejut dengan seruan Bayu.
"Iya, nanti aku angkat teleponnya," sambung gadis itu sambil menggembungkan kedua pipinya, membuat Bayu gemas.
Bayu mencubit kedua pipi gadis itu dengan gemas, tak bisa menahan rasa sayangnya.
"Jangan bikin aku khawatir," ucap Bayu lembut, matanya menatap Lana penuh kasih.
"Iya, iya..." ujar Lana sambil mengaduh kesakitan dan mengusap-usap pipinya, berpura-pura kesal.
"Ya sudah, sebelum aku pulang, peluk dulu," pinta Bayu sambil merentangkan kedua tangannya, bersiap menerima pelukan gadis itu, mengharapkan kehangatan dari sahabatnya.
"Idih, ogah! Nanti ada yang cemburu," goda Lana sambil melangkah mundur, menautkan kedua alisnya dan memasang wajah geli, mencoba menyembunyikan rasa sedihnya.
"Nanti kita 6 bulan lho nggak ketemu, kamu pasti kangen," ucap Bayu, mencoba membujuk Lana.
Lana mengibas-ngibaskan tangannya, berusaha terlihat tidak peduli.
"Tenang aja, nggak akan," elak gadis itu, menyembunyikan kesedihannya di balik candaan.
Bayu pun akhirnya menurunkan kedua lengannya dan memasang wajah sedih, kecewa dengan penolakan Lana.
"Ya sudah, aku pulang ya," ucap Bayu dengan nada lesu.
Lana membalas dengan anggukan sambil tersenyum manis, berusaha tegar.
Bayu lalu melambaikan tangannya dan berjalan pulang menuju rumahnya yang hanya berjarak 700 meter dari kediaman gadis itu, meninggalkan Lana dengan perasaan campur aduk.
Baru sekitar beberapa langkah pemuda itu berjalan, ia merasakan sesuatu menabrak punggungnya, sebuah kejutan yang tak terduga.
Dua tangan kecil dengan jari lentik yang sangat ia kenal, tiba-tiba melingkar di pinggangnya, membuat Bayu membeku. Seketika Bayu membeku, mencerna apa yang tengah terjadi, jantungnya berdegup kencang. Namun, saat ia menyadari suara yang hampir seperti bisikan, terdengar di telinganya, mendadak dadanya dipenuhi kupu-kupu, perasaan aneh yang membuatnya bahagia.
Jantungnya langsung berdetak cepat tanpa bisa dikontrol, gelenyar aneh hampir membuat lututnya lemas. Ia mencoba menoleh, memastikan kalau orang yang memeluknya dari belakang adalah gadis itu, tapi suara gadis itu mencegahnya, membuatnya penasaran.
"Jangan nengok, Lana malu," bisik Lana pelan, pipinya merona merah.
"Kamu ngapain?" Bayu sekuat tenaga berusaha terdengar normal, menahan rasa senangnya.
"Kan tadi Kak Bayu minta dipeluk. Nih, Lana peluk," gadis itu masih mempertahankan posisinya, lalu menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya, mengungkapkan perasaannya dengan tulus.
"Kak Bayu, makasih ya udah seminggu ini nemenin aku terus. Udah traktir Lana, udah beliin Lana oleh-oleh banyak, udah sayang dan ingat terus sama Lana. Nanti di sana, Kak Bayu harus sehat-sehat terus ya, belajarnya yang rajin biar bisa jadi CEO dan bikin perusahaan sendiri. Jangan main game terus sampe lupa waktu! Jangan lupa makan," ucap Lana dengan nada tulus dan penuh perhatian.
Bayu yang mendengar celotehan gadis itu hanya menahan senyumnya, hatinya menghangat.
"Terus nanti kalau punya pacar, jangan lupa kasih tahu Lana. Terus pajak jadiannya ingat! Oh iya, jangan setiap hari telepon Lana, Lana males angkat telepon, chat aja udah!" celoteh Lana, mencoba mencairkan suasana.
"Hey!" seru Bayu, pura-pura kesal.
Lana perlahan menarik kedua tangannya dari pinggang Bayu. Lalu sebelum berbalik pergi, gadis itu berjinjit, mengacak-acak rambut Bayu, memberikan sentuhan perpisahan yang manis.
"Safe flight ya besok! See you again, Kak Bayu!" seru Lana, matanya berbinar cerah.
Setelah mengucapkan hal tersebut, tanpa menunggu respons pemuda itu, Lana langsung berlari pergi, membuka pagar dan masuk ke dalam rumahnya, menyembunyikan rasa sedihnya di balik senyum ceria.
"Ck..." Bayu berdecak, geleng-geleng kepala. "Gadis ini!" gumamnya sambil tersenyum, hatinya dipenuhi rasa sayang.
...----------------...
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri