NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:486.5k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Pengecualian

Brianna tidak dapat memikirkan opsi yang Arthur berikan. Kehilangan Chico tentu dia tidak akan bisa. Chico adalah hidupnya. Tapi, menikah dengan Arthur pun tak mungkin menjadi pilihannya.

Sementara itu, Brianna hanya memiliki waktu satu hari untuk memikirkannya. Bagaimana bisa? Arthur memberikan dua pilihan yang sulit untuk dia tentukan dalam waktu yang singkat.

Saat ini mereka masih berada di Apartmen milik Arthur. Pria itu bahkan membiarkan Brianna berpikir disana dan mengatakan akan pulang jika Brianna sudah menemukan jawabannya.

"Makanlah. Kau terlalu banyak berpikir, aku takut kau jadi gila," kata Arthur yang meletakkan sepiring pasta di atas meja, tepatnya dihadapan Brianna.

Brianna sampai tidak menyadari entah kapan Arthur beranjak dan memasak makanan tersebut untuknya. Yang paling membuat Brianna tak habis pikir adalah pria itu masih bisa mengoloknya sekarang, padahal kepala Brianna seakan dihantam godam besar saat Arthur memberinya pilihan seperti ini.

Usaha Brianna seakan sia-sia. Menyembunyikan Chico selama bertahun-tahun, akhirnya harus diketahui juga oleh Arthur dan itu rasanya sangat menjengkelkan.

"Ayo makan. Apa kau mau mati kelaparan!" desak Arthur yang melihat Brianna hanya melirik pasta tanpa menyentuhnya.

"Bagaimana bisa aku tertarik dengan makanan, bahkan aku tidak memiliki selera untuk menyuapnya," akui Brianna dengan suara lemah.

Arthur mendekat, kemudian tanpa Brianna perkirakan pria itu justru ingin menyuapkan makanan tersebut kepada Brianna.

"Buka mulutmu, aaa ..."

Brianna berdecih, dia tak suka dengan perhatian Arthur. Kenapa pria ini tidak membiarkannya mati kelaparan saja?

"Kenapa kau harus repot, bukankah jika aku mati kau bisa mengambil hak asuh Chico tanpa halangan dariku?"

Arthur mengulas senyum tipis, yang baru kali ini Brianna lihat. Senyum itu tampak tulus, Brianna sampai membuang muka saat melihatnya.

"Aku hanya mau berbuat baik padamu. Hal yang tidak pernah ku lakukan sekalipun pada seorang Brianna Walton. Anggaplah ini sebagai ucapan terima kasihku karena kau sudah mau melahirkan putraku ke dunia," ujar Arthur membuat Brianna melongo.

"Kau tau, aku benci dengan sikap manismu!" serobot Brianna.

"Aku tau kau paling suka sikap menyebalkan ku, iya kan?" Arthur menanggapinya dengan santai.

Brianna mendesis. Geram sekaligus aneh dengan sikap Arthur yang tak biasa.

"Aku bisa semanis ini setiap harinya jika kau mau menikah denganku."

"Oh my ..." Brianna memutar bola matanya, tapi dia juga kehilangan kata-kata.

Arthur terkekeh. "Tapi tentu itu hanya akan ku lakukan dihadapan putra kita, selebihnya ... kau tau seberapa menyebalkan aku ini," akuinya.

Brianna sudah tidak tahan lagi mendengar segala penuturan Arthur. Dia hendak pergi saat itu juga.

"Aku tidak bisa berpikir, jika melihat wajahmu terus justru aku ingin sekali mengumpat," kata Brianna terus terang.

Alih-alih marah, Arthur malah tertawa pelan. "Aku selalu suka mulut pedasmu itu," paparnya.

Brianna beranjak menuju koridor untuk segera keluar dari unit Apartmen tersebut.

"Kau mau kemana?" tanya Arthur, Brianna tak menjawabnya, hanya sebuah helaan nafas panjang terdengar keluar dari rongga hidungnya.

"Sudah ku bilang, kau tidak bisa pergi sebelum memberikan jawaban akan opsi yang ku berikan," pungkas Arthur.

"Aku juga sudah bilang, kalau aku harus pergi atau aku akan terus memaki mu!" marah Brianna tertahan.

Arthur tertawa-tawa, padahal tak ada hal yang lucu, sepertinya dia memang sangat menyukai mulut pedas Brianna, itu semacam hiburan tersendiri untuknya.

"Cepat beritahu aku bagaimana cara agar aku bisa keluar dari tempat ini!" Brianna menendang pintu, yang kemudian membuat dia sadar bahwa usaha itu takkan pernah berhasil mengeluarkannya dari kurungan Arthur di apartemen.

"Kau bisa keluar sebentar untuk mencari angin ..." Arthur menyeringai, Brianna yang melihat itu dari posisinya--langsung merasa bahwa ada sesuatu hal yang Arthur rencanakan.

"Syaratnya mudah saja," lanjut pria itu.

Brianna mengembuskan nafas kasar, sudah dia duga jika meminta pada Arthur tidak akan ada istilah gratis. Semua akan ada syaratnya. Dia tau Arthur akan memanfaatkannya.

"Apa?" tanya Brianna malas.

"Pertama, berikan aku nomor telepon Chico agar aku bisa menghubunginya."

"Tidak akan!" sergah Brianna.

Arthur tak menggubris, malah melanjutkan kalimatnya yang belum selesai. "Kedua, berikan aku ciuman," ujarnya dengan enteng.

"Kau benar-benar gila!" umpat Brianna yang tak tahan lagi.

"Kalau kau tidak mau tidak apa-apa, tapi konsekuensinya kau tidak bisa keluar."

Brianna akhirnya terduduk di koridor depan pintu, dia tak sudi kembali ke sofa dimana ada Arthur disana.

Arthur mengendikkan bahu acuh tak acuh.

"Kalau begitu, kita akan mengurung diri disini sampai besok pagi, Brianna Walton."

Brianna mendengkus dan akhirnya meringkuk dengan pikiran-pikiran yang seakan menyiksanya.

...****...

Arthur mendapati Brianna yang tertidur, masih di tempat yang sama yaitu koridor menuju pintu keluar. Pria itu menghela nafas sepenuh dada, lalu mendekat pada posisi Brianna.

"Dasar bar-bar!" keluh Arthur. Dia mengangkat tubuh Brianna dalam sekali pergerakan dan membawanya diatas kedua tangan.

Arthur menatap Brianna yang kini sudah berpindah posisi ke dalam gendongannya. "Kau tau, kadang aku ingin menyerah saja denganmu," gumamnya pelan.

Arthur membawa Brianna masuk ke dalam kamar yang ada di Apartmen tersebut, kemudian membaringkan tubuh wanita itu dengan hati-hati diatas ranjang.

Arthur menyetel suhu ruangan agar Brianna nyaman. Dia tau saat ini Brianna pasti dalam dilema akan pilihan yang sulit. Yah, walau bagaimanapun Arthur mengerti jika Brianna akan sulit untuk memilihnya. Arthur sadar ini semua berawal dari kesalahannya sendiri.

Setelah menyetel air conditioner ruangan, Arthur meletakkan remote-nya di atas nakas, bersamaan dengan itu dia kembali melirik Brianna yang tertidur, wajah lelah terpancar jelas disana. Arthur mengelus sekilas rambut pirang Brianna yang terurai.

"Kau milikku, Bri," batin pria itu.

Arthur akhirnya memilih meninggalkan Brianna disana dan menutup pintunya.

Arthur mengambil ponsel dan menghubungi Jane di New York untuk mengatakan apa rencananya selanjutnya.

"Ada apa, Arthur? Brianna sudah tiba di Canada, bukan?" tanya Jane dari seberang sana.

"Ya, Mom. Brianna sudah tiba kemarin."

"Kalau begitu, kau sudah bisa menemui Serena."

"Tidak, Mom. Aku tidak akan menemui wanita atau gadis manapun lagi."

"Tapi kau sudah berjanji bahwa kau mau mencobanya. Kau harus menikah, Arthur. Masa lalu antara Mommy dan Daddy mu jangan kau jadikan patokan, setiap rumah tangga itu berbeda. Dan kau juga akan menjalani yang tidak sama dengan yang Mom jalani dulu. Kau akan bahagia memiliki keluarga kecil, ya?"

"Baiklah, Mom. Aku memang sudah memutuskan akan menikah. Tapi tidak dengan wanita-wanita yang ada dalam list yang Mommy buat," kata Arthur tenang.

"Jadi, dengan siapa? Jangan membuat Mommy serangan jantung sebelum Mom mendapatkan cucu darimu."

Arthur tergelak, tapi sesaat kemudian dia menyebutkan nama Brianna yang membuat Jane terkejut, tentu saja.

"Are you seriously? She's Brianna?" tanya Jane kaget.

Arthur bahkan dapat menerka bagaimana wajah terkejut ibunya saat ini.

"Ya, Mom. Selain dirinya, aku tidak akan pernah menikah."

Arthur sadar dengan segala yang dia ucapkan. Dia juga tau bahwa Brianna adalah satu-satunya wanita yang masuk dalam pengecualian di hidupnya. Jika selama ini dia tak ingin menikah, maka dengan Brianna prinsip itu akan rela dia tinggalkan. Arthur tau jika Brianna selalu menjadi pengecualian dan itu sekaligus membuat Arthur harus melanggar sebuah prinsip yang sudah dia buat sendiri.

...To be continue ......

1
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Henny Aprilaz
bagus ceritanya
Henny Aprilaz
keren thor🥰
Henny Aprilaz
nah lho...gaskeun arthur🤣
Henny Aprilaz
wkwkwkw...cing garong🤣🤣🤣🤣
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
Henny Aprilaz
semangat Bri🥰
Henny Aprilaz
kampret lo Arthur 😡😡😡
Henny Aprilaz
apakah Brianna mendapat pelecehan dari Arthur...d masa lalu
Henny Aprilaz
kayaknya waktu masa kuliah juga Arthur sudah menyukai Brianna dengan cara membully Brianna...menurut qu yaaaaa🤭
ncapkin
Luar biasa
Sry Handayani
flo bener" perempuan tulus
Lilis Ernawati
ceritanya bagusss... tp yg like kok ga byk yaaa
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
Sry Handayani
bisa tur bisa
Lilis Ernawati
baguuuss bgt ceritanyaaa...
Sry Handayani
Luar biasa
Naruto Kurama
maksdnya 🫣 tiba2 the end,😁
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!