NovelToon NovelToon
Mysterious Girl

Mysterious Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kegiatan Olahraga Serba Bisa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.


Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan keluarganya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Isvara membuka pintu kamar Achassia, terlihat putrinya itu masih tidur pulas. Ia masuk dan membuka gordennya hingga membuat gadis itu menggeliat karena terkena sinar matahari.

"Bangun Ra, nanti telat." Ucap Isvara mengusap kepala putrinya.

"Hmmm." Gumam Achassia menjawab ucapan Mama-nya.

Isvara keluar dari kamar putrinya untuk menyiapkan sarapan. Achassia sangat mudah di bangunan, pasti setelah ini gadis itu akan segera mandi. Semalam setelah gadis itu menghabiskan makan malamnya, Isvara mengajak Achassia pulang terlebih dahulu dan menyuruh karyawannya untuk menutup cafe.

Setelah 15 menit, Achassia selesai mandi dan bersiap-siap. Seperti biasa ia juga menutupi seragamnya dengan Hoodie hitamnya. Gadis itu menghela nafas dan memasukkan jaket berwarna coklat ke dalam tasnya. Apakah ia harus seperti ini setiap hari? Dirinya sudah seperti buronan saja. Berangkat dengan Hoodie hitam dan pulangnya akan berganti jaket berbeda warna.

Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, ia bergegas keluar dari kamar. Achassia menghampiri Isvara dan memeluk wanita itu dari belakang sampai membuatnya sedikit terkejut.

"Kenapa, hmm?" Tanya Isvara mengelus tangan Achassia yang ada di perutnya.

"Apa yang paling Mama takutin?" Bukannya menjawab, gadis itu malah balik bertanya.

"Mama cuma takut kalau Lora ninggalin Mama." Ucap Isvara pelan. Saat ini hanya putrinya yang ia punya dan ia juga selalu berharap jika mereka akan selalu bersama.

"Lora janji nggak akan pernah ninggalin Mama." Balas Achassia mencium pipi Mama-nya.

"Udah ah, jangan bahas beginian, Mama nggak suka." Isvara memukul pelan tangan Achassia yang masih melingkar di perutnya.

"Mending sekarang kamu duduk terus sarapan, nanti keburu telat." Lanjut Isvara mendorong putrinya agar duduk tenang di kursi.

"Mama berangkat jam berapa?"

"Hari ini Mama berangkat agak siangan." Balas Isvara seraya mengambilkan makanan untuk gadis itu.

Saat mereka berdua sibuk dengan sarapannya, ponselnya Achassia tiba-tiba berdering karena ada yang menelfon. Gadis itu mengangkatnya setelah melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini.

["Morning, Grumpy Bunny."] Sapa seseorang di sebrang sana, siapa lagi kalau bukan Sagara.

"Hmmmmm." Balas Achassia malas karena Sagara memanggilnya kelinci lagi.

["Om udah urus semuanya. 2 orang bakal ngawasin rumah kalian dan 3 orang bakal ngawasin Mama kamu kemanapun dia pergi."] Ucap Sagara memberitahu, wajah gadis itu sontak langsung berubah.

"Om Aga emang yang terbaik. Makasih banyak ya Om." Ucap Acha senang. Setidaknya ia tidak akan merasa khawatir tentang keselamatan Isvara.

["Males ah, tadi aja sok cuek."] Balas Sagara pura-pura merajuk.

"Siapa, Ra?" Tanya Isvara mengerutkan keningnya.

"Om duda yang semalem Lora bilang, Mama mau ngomong?" Balas Achassia seraya mengulurkan ponselnya di depan Isvara. Sedangkan Sagara yang berada di sebrang sana hanya bisa terkekeh karena tingkah gadis itu.

"Masih pagi Ra, bercandanya nggak usah aneh-aneh deh." Isvara menggeleng-gelengkan kepalanya seraya membereskan piring setelah itu membawanya ke belakang.

"Mama nih di bilangin nggak percaya." Teriak Acha karena Mama-nya sudah pergi ke belakang.

"Udah deh, udah siang mending kamu berangkat sekarang." Suruh Isvara pada putrinya yang memasang wajah cemberutnya.

"Yaudah deh Om, Acha mau berangkat sekolah dulu, bye." Ucap Acha pada Sagara setelah itu mematikan panggilannya.

Sebenarnya sejak tadi Sagara mendengarkan semua pembicaraan Acha dan ibunya, hal itu membuatnya tersenyum entah kenapa.

"Lora berangkat dulu ya Mah." Pamit Acha menghampiri Isvara.

"Kamu pake masker lagi?" Tanya Isvara merasa ada yang aneh dengan putrinya.

"Iya, banyak yang sakit soalnya." Jawab Acha asal.

"Emang iya?" Tanya Isvara tidak percaya.

"Udah ah, Lora berangkat." Ucap Acha mengalihkan pembicaraan. Setelah itu berjalan keluar.

"Hati-hati." Teriak Isvara.

"Iyaaa." Balas Acha ikut berteriak.

Achassia menatap melirik sekelilingnya setelah keluar dari rumah, ia menghela nafas saat orang-orang kemarin masih mengawasi rumahnya. Pura-pura tidak peduli, gadis itu melanjutkan langkahnya sampai gang depan agar bisa naik angkot. Ternyata angkotnya masih lumayan sepi, gadis itu mencari tempat yang nyaman untuk ia duduk. Achassia merasa bersalah karena ia belum bisa membuktikan jika Mama-nya tidak bersalah tentang kejadian 6 tahun yang lalu. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri, dia selalu bisa mengatasi masalah orang lain, tapi masalah Mama-nya sendiri belum bisa ia selesaikan.

Sudah beberapa tahun ini ia mencari bukti tentang kejadian itu, tapi sepertinya akan sangat sulit jika ia melakukannya dari sini. Apakah ia akan meminta bantuan Sagara lagi dan akan merepotkan pria itu lagi? Memikirkannya saja sudah membuatnya merasa tidak enak lebih dulu. Sepertinya ia harus mencobanya sendiri, keputusan sudah bulat, ia akan pergi ke New York untuk mencari bukti.

Gadis itu terkejut saat supir angkot menyuruhnya turun, saat melihat sekelilingnya ternyata ia sudah sampai di sekolah. Achassia bahkan tidak menyadari kapan angkotnya jalan, tapi tiba-tiba sekarang ia sudah sampai di sekolah. Setelah membayar, ia langsung masuk ke dalam. Sekolah masih lumayan sepi, apakah ia berangkat terlalu pagi? Batin Acha dalam hati. Gadis itu datang lebih dulu daripada kedua sahabatnya.

Tidak lama setelah itu Anya dan Luna baru memasuki kelas. Mereka berdua langsung berlari menghampirinya dengan wajah ceria seperti biasa.

"Ca, Lo udah tau belum kalau bulan depan bakal di adain camping."

"Ihh Anya, kan Luna dulu yang mau kasih tau Acha. Kenapa Anya duluan sih yang ngomong." Ucap Luna kesal.

"Bodoamat, wlee." Balas Anya makin menjahili Luna.

"Bulan depan?" tanya Acha.

"Iya, pokoknya kita semua harus ikut." Kata Luna semangat.

"Acaranya berapa hari?" Tanya Achassia lagi.

"Kayaknya 3 hari deh."

Bukankah ini hal yang bagus untuk di jadikan alasan pada Mama-nya? Ia akan pergi ke New York dengan alasan pergi camping dan dalam 3 hari itu ia harus bisa menemukan bukti semua bukti. Ia akan berusaha keras, karena hanya ini kesempatan yang ia punya.

"Acha, kenapa diem aja?" Tanya Luna membuat Acha sedikit terkejut.

"Hah, nggak. Gue gapapa." Jawab Acha gelagapan.

"Jadi gimana? Ikut nggak?" Anya bertanya pada kedua sahabatnya.

"Nggak tau, lagian masih lama juga kan." Balas Acha yang juga di anggukan oleh Luna.

"Iya juga sih." Balas Anya lesu, ia sudah sangat bersemangat ingin pergi camping.

Pembicaraan mereka berakhir di situ karena guru sudah memasuki kelas untuk memulai pelajaran. Achassia merasa kepalanya sangat pusing karena memikirkan beberapa masalah. Sekarang masalah keselamatan Isvara sudah tidak perlu di khawatirkan lagi, tapi tentang Kainoa? Mengingat namanya saja sudah membuatnya pusing lebih dulu. Entahlah ia akan membiarkannya saja selagi cowok itu tidak punya niat untuk mengganggunya.

Karena suasana hatinya mendadak buruk, Achassia lebih memilih tidur daripada mengikuti pelajaran. Lagipula ini sudah hal biasa baginya dan guru-guru juga tidak mempermasalahkan hal itu sekarena nilainya selalu sempurna.

Karena tidurnya terlalu nyenyak, Achassia sampai melewatkan dua mata pelajaran. Kedua gadis sudah mencak-mencak karena pelajaran matematika, apalagi gurunya suka memberikan tugas mendadak yang begitu banyak.

"Tuh guru kalau ngasih tugas nggak ngotak anjir." Gerutu Anya melihat 3 lembar halaman yang harus di kerjakan.

"Kalau belum selesai ngerjainnya, kita nggak bisa istirahat dong." Ucap Luna lesu.

"Mangkanya cepetan kerjain." Suruh Anya pada Luna setelah itu berbalik ke belakang.

"Bangke, ni bocah dari tadi diem aja gue kira lagi ngerjain tugas. Taunya malah enak-enakan tidur." Ucap Anya tak habis pikir melihat Acha yang tertidur pulas.

"Ca, Acha." Anya menusuk-nusuk pipi Acha agar gadis itu bangun.

"Hmm." Gumam Acha mendorong jari Anya yang menusuk pipinya.

"Di suruh ngerjain tugas noh." Kata Anya memberitahu.

"Biarin aja, gue masih ngantuk." Balas Acha malas. Anya hanya menggelengkan kepalanya melihat temannya yang satu ini. Ia membiarkan Acha kembali tidur, lagipula ini sudah menjadi hal biasa untuknya dan Luna karena Achassia bisa mengerjakan semuanya dalam waktu singkat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!