NovelToon NovelToon
Janji Yang Kau Ingkari

Janji Yang Kau Ingkari

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Wanita Karir / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: husna_az

Adisti sudah mengabdikan hidupnya pada sang suami. Namun, ternyata semua sia-sia. Kesetiaan yang selalu dia pegang teguh akhirnya dikhianati. Janji yang terucap begitu manis dari bibir Bryan—suaminya, ternyata hanya kepalsuan.

Yang lebih membuatnya terluka, orang-orang yang selama ini dia sayangi justru ikut dalam kebohongan sang suami.

Mampukah Adisti menjalani kehidupan rumah tangganya yang sudah tidak sehat dan penuh kepalsuan?

Ataukah memilih berpisah dan memulai hidupnya yang baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Ingin mengambil hati

"Nyonya, di depan ada kiriman bunga mawar putih," ucap Doni—satpam rumah Adisti.

Adisti terdiam, sudah lama dia tidak pernah mendapatkan kiriman bunga, apalagi bunga mawar putih. Bunga yang sangat wanita itu benci sekarang. Mungkin dulu sangat disukainya, tapi tidak dengan sekarang. Adisti benar-benar membencinya, dia sangat tahu siapa yang sudah mengirim bunga itu.

Kenapa ... kenapa harus di saat seperti ini pria itu datang. Padahal dia sudah mengubur semuanya dari dulu. Tidak sedikitpun wanita itu mengingat masa lalu yang benar-benar menyakitkan. Adisti sudah berusaha pergi dan tidak mau kembali lagi.

"Buang saja bunganya. Jangan biarkan bunga mawar putih itu masuk ke dalam rumah. Jika lain kali ada orang yang mengirim bunga lagi, suruh orang itu membawanya kembali atau buang langsung saja ke tempat pembuangan sampah. Rumahku bukan taman bunga, apalagi bunga mawar."

Doni pun mengangguk dan segera beranjak dari sana. Dia sempat bingung kenapa majikannya seperti tidak begitu menyukai bunga mawar. Apalagi yang berwarna putih seperti ini. Namun, pria itu juga tidak bisa terlalu ikut campur, biarlah menjadi urusan wanita itu sendiri.

Selama ini Adisti lebih suka menanam tanaman buah. Menurut dia itu lebih bermanfaat karena akan menghasilkan buah yang bisa dinikmati, bahkan penghuni rumah lainnya pun juga bisa ikut menikmati. Meskipun sebenarnya bukan itu alasan yang sebenarnya. Wanita itu hanya tidak ingin terlihat menyedihkan dihadapan orang lain jadi, hanya itu yang dijadikan alasan.

Bunga-bunga yang ada di depan rumah pun para pekerjanya yang menanam. Adisti sama sekali tidak ikut campur, tetapi dia melarang keras adanya bunga mawar di rumahnya. Jika sampai ada yang melanggar maka harus bersiap berhenti kerja dan pergi dari rumah ini.

Adisti segera masuk ke dalam kamarnya, dia duduk di tepi ranjang memikirkan kedatangan bunga mawar putih itu. Rasa penasaran tentang sesuatu membuatnya tidak tenang. Meskipun sebenarnya dia sudah sangat yakin siapa pengirimnya. Namun, wanita itu ingin tetap meyakinkan dirinya, hingga Adisti pun menghubungi seseorang yang bisa ditanyai.

"Halo, assalamualaikum, Dis. Tumben kamu hubungin aku? Pasti ada sesuatu, kan? Nggak mungkin kamu telepon hanta karena kangen sama aku," tanya Vira.

"Memangnya kalau aku kangen sama kamu nggak boleh? Sudah lama 'kan kita nggak ketemu? Bagaimana kalau kita santai-santai sambil minum kopi."

"Kata-katamu jadi makin membuatku penasaran. Kamu bukan Adisti yang pengangguran, mana mungkin kamu mengajakku nongkrong tanpa alasan yang jelas. Katakan saja ada apa?"

Adisti tersenyum, sepupunya memang yang terbaik. "Kamu memang selalu tahu apa yang aku pikirkan. Ini mengenai ... Yasa."

Vira terkejut mendengar nama pria yang sudah lama ingin sepupunya lupakan. Dia yakin pasti telah terjadi sesuatu pada Adisti dan Yasa. Namun, dibalik itu, Bisa senang mendengar pria itu kembali. Vira sangat tahu bagaimana perjalanan hidup keduanya.

"Yasa? Kenapa dengan dia? Jangan bilang kalau dia menemuimu? Apa dia mau ngajakin kamu balikan? Gil* banget itu cowok, kamu 'kan masih punya suami!" seru Vira yang sengaja dibuat-buat.

"Aku menghubungimu karena ingin bertanya, kenapa sekarang jadi malah kebalik, sih?" tanya Adisti dengan kesal.

Ini sama saja dengan dia membongkar rahasianya. Padahal niatnya menghubungi Vira karena wanita itu ingin bertanya sesuatu pada sepupunya.

"Aku 'kan penasaran. Sebenarnya aku juga sudah lama tidak bertemu dengan dia hampir tiga tahunan. Kalau aku boleh kasih tahu sedikit tentang dia, setelah kamu meminta dia untuk pergi dari kehidupan kamu, dia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan usaha kedua orang tuanya. Tiga tahun yang lalu juga aku bertemu dengan dia, saat sedang menghadiri acara pernikahan salah satu teman kita. Dia sempat menanyakan keadaanmu, tapi karena memang saat itu kita sedang tidak baik-baik saja, aku jawab seadanya saja dengan sedikit berbohong, bahwa kamu bahagia dengan suamimu. Padahal aku juga tidak tahu bagaimana kamu dan suamimu saat itu."

"Maafkan aku, ya, Vira. Aku terlalu percaya pada orang yang tidak seharusnya aku percaya. Aku terlalu bodoh menelan mentah-mentah apa yang dia katakan selama ini."

Sebenarnya dari kemarin Adisti ingin menghubungi sepupunya dan meminta maaf, hanya saja dia masih belum ada waktu. Ditambah kesibukan dirinya mengurus segala sesuatunya tentang keluarga sang suami.

"Jadi ceritanya kamu sudah sadar nih? Kamu sudah tahu sifat asli sahabatmu itu?"

"Ya ... begitulah."

"Suami kamu bagaimana? Apa yang aku kirim waktu itu apa benar itu selingkuhan suamimu?" tanya Vira yang sangat penasaran.

Semenjak hari itu dia sangat khawatir pada sepupunya. Namun, tidak memiliki keberanian untuk bertanya, takut jika Adisti marah. Semua orang tahu bagaimana tabiatnya yang suka marah begitu saja.

"Kalau kamu mau tahu, datang saja ke rumah. Nanti aku cerita semuanya sama kamu."

"Jadi sekarang ini kamu jadikan aku sebagai pelarian begitu? Setelah kamu dikhianati oleh sahabatmu itu?"

"Ya, terserah kamu saja. Apa pun itu aku juga butuh teman."

"Nanti kalau aku senggang aku akan datang ke sana."

"Wah! Sekarang sudah mulai sibuk, nih!" seru Adisti yang sengaja ingin menggoda sepupunya.

"Tentu, dong. Aku juga ingin maju seperti kamu, bukan hanya bergantung pada kedua orang tua terus-menerus. Kapan-kapan kita bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Oh ya, aku punya nomornya Yasa terbaru, kalau kamu mau nanti aku kirimin."

"Nggak usah, aku nggak butuh!" sahut Adisti dengan cepat dan ketus.

"Beneran? Kalian harus saling bicara satu sama lain. Ada yang perlu dijelaskan agar tidak ada salah paham lagi. Semuanya halus jelas."

Memang benar apa yang dikatakan sepupunya, tetapi hati Adisti menolak dengan tegas. Dia tidak ingin mengulang cerita lama yang malah akan semakin membuat terluka. Cukup di masa lalu saja semua terjadi.

"Tidak ada yang perlu aku jelaskan, semuanya sudah selesai. Aku juga tidak butuh laki-laki yang pengecut."

"Baiklah, terserah padamu saja. Nanti kalau kamu ingin minta nomornya kamu bisa menghubungiku."

Adisto hanya diam tidak menjawab. Akhirnya keduanya pun mengakhiri panggilan dan berjanji akan bertemu saat keduanya senggang.

***

"Tuan, bunga yang Anda kirim telah dibuang oleh satpam di rumah Nona Adisti," ucap Rio pada atasannya.

"Apa? Bagaimana bisa? Jangan-jangan kamu membeli bunga yang layu. Sudah aku bilang cari yang paling bagus!"

"Mana mungkin saya berani, Tuan. Tentu saja saya memilih bunga yang lebih segar tidak peduli harganya berapa."

"Lalu kenapa bunganya dibuang? Itu bunga kesukaan Adisti."

"Tapi itu sudah beberapa tahun yang lalu. Sekarang Nona Adisti tidak menyukainya lagi. Baginya mawar hanya bisa memberi luka tanpa bisa mengobati."

Yasa mengerutkan keningnya, sama sekali tidak mengerti kata-kata Rio yang seperti teka-teki. "Maksudmu?"

Rio menyerahkan sebuah map kepada Yasa dan berkata, "Anda bisa membaca semuanya di sini."

"Apa ini?"

"Itu adalah data lengkap mengenai Nona Adisti dan segala kesehariannya."

Yasa melototkan matanya dengan menatap tajam ke arah asistennya. "Kamu mencari tahu tentang Adisti?"

"Tentu, Tuan. Sebelum Anda melakukan kesalahan yang lebih besar lagi," sahut Rio tanpa rasa bersalah. Justru dia sangat bangga dengan dirinya.

Yasa pun membuka lembaran tiap map yang ada di sana. Beberapa kali dia mengembuskan napas kasar. Bagaimana bisa dirinya tidak tahu semua itu. Ternyata sudah banyak hal yang dialami oleh wanita pujaan hatinya dan beberapa diantaranya juga karena pria itu sendiri.

"Jadi dia sudah tidak lagi menyukai bunga, terutama mawar putih. Itu semua karena aku?"

"Tidak diketahui penyebab pastinya, Tuan, tapi kemungkinan terbesarnya memang seperti itu. Memang sejak kepergian Anda, Nona Adisti menghancurkan taman bunga miliknya tanpa tersisa. Dia menggantinya dengan pohon buah, yang menurutnya lebih menghasilkan."

Yasa mengusap wajahnya kasar, sepertinya Adisti begitu sangat membencinya lalu, bagaimana dia harus mendekati wanita itu? Yasa menatap wajah asistennya, ingin bertanya, tetapi malu. Takut nanti Rio malah akan semakin mengejeknya. Mereka memang atasan dan bawahan, tapi juga terkadang seperti sahabat yang saling ejek satu sama lain jika ada kekurangan.

"Kenapa Anda menatap saya seperti itu, Tuan? Saya sedang tidak ingin berpikir, sebaiknya Anda pikirkan sendiri jawabannya bagaimana mendekati Nona Adisti," ucap Rio seolah tahu apa yang diinginkan oleh atasannya.

Seperti perkiraannya, Rio pasti sangat tahu apa yang dia pikirkan. "Katakan saja, kamu juga pasti tahu kan jawabannya."

Rio menghela napas dan akhirnya duduk di depan sahabatnya dengan santai. Sudah tidak ada lagi atasan dan bawahan, kini hanya tinggal teman. "Lagian kamu, Bro. Sok-sokan jadi pria hebat dengan merelakan wanita yang dicintai, tanpa tahu bagaimana kehidupannya. Sekarang sok-sok jadi pahlawan kesiangan kamu?"

"Ingat, ya! Ini masih di kantorku dan masih jam kerja."

"Ingat kalau ini di kantor, tapi kmu sendiri yang ngomongin masalah pribadi. Sebentar lagi juga jam pulang kantor."

"Menurutmu, aku harus apa? Kalau aku boleh saran sebaiknya kamu berusaha dari awal lagi."

"Dari awal? Maksudnya bagaimana?" tanya Yasa yang sama sekali tidak mengerti.

"Ya ... dari awal kamu mulai memikirkan cara bagaimana meluluhkan hati Adisti dan membuat wanita itu jatuh cinta. Itu akan lebih mudah daripada kamu harus meminta maaf atas semua dosa yang sudah kamu lakukan."

"Bukankah itu sama saja? Kalau aku mendekati Adisti, otomatis masa lalu kami juga akan ikut hadir dan dia akan mengingat semuanya."

"Ya, itu kamu harus lebih berusaha bagaimana menciptakan ingatan yang buruk berganti dengan kenangan yang baik."

Yasa melirik sebel ke arah asistennya. Kalau seperti itu mah sama saja bohong. Dia juga bisa memikirkan hal itu sendiri tanpa meminta sarannya.

1
niktut ugis
security lebih waras otaknya daripada si bryan
niktut ugis
eh si pelakor uring²an
Soraya
mampir thor
Nurhayati Nia
pagar makan tanaman kamu mah arsyla
Nurhayati Nia
mampir thorr
Dini Mariani s
Buruk
Dini Mariani s
cerdik Adisti...lanjut thor
vi
karyamu bagus Thor
Iyas Masriyah
Luar biasa
Iyas Masriyah
Lumayan
C I W I
Luar biasa
abu😻acii
aku suka karakter wanita tanguh ngk lemah👍
Dewa Dewi
iya betul
Warijah Warijah
Terimasih Thor novelnya, tetap semangat ya /Drool//Drool//Drool/
Warijah Warijah
Terimasih Thor novelnya, tetap semangat ya /Drool//Drool//Drool/
Reader
knp mesti selalu drama 'nolak dibawa ke RS' sii, dah pingsan jugaaa🤭
Hanisah Nisa
thanks Thor...
Putu Suciptawati
lanjut lanjut
Putu Suciptawati
akhirnya yg ditunggu2 up juga🙏🙏🙏
Hanisah Nisa
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!