Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 31
Lepas makan siang, Arselo tidak kembali lagi ke kantor ia pulang untuk menemui Vivi karena mendapat kabar bahwa dia sudah melabrak Safira. Setibanya di apartemen Vivi, Arselo tidak menemukan istrinya itu, diapun menanyai keberadaan Vivi kepada simbok yang bekerja di sana.
"Mbok, biasanya Vivi jam segini kemana Kenapa dia tidak ada disini? bukankah tadi pagi dia masih merasa tidak enak badan?" tanya Arselo pada si mbok.
"Maaf tuan, mbok nggak tahu nyonya sedang pergi ke mana tadi beliau hanya berpesan jika dia akan pulang larut malam" jawab si mbok jujur.
"Larut malam? Apa dia biasa seperti itu selama ini?" tanya arselo merasa heran, dia fikir karena Vivi sedang hamil besar jadi dia akan terus menerus berada di rumah.
"Ya tuan. Maaf saya hanya mengetahui itu saja" jawab si mbok.
"Lalu bagaimana dengan suster Mia? Apa yang dia lakukan selama Vivi pergi?" tanya Arselo.
Simbok tidak menjawab dia hanya membuka salah satu ruangan yang khusus dipakai oleh suster Mia. Arselo melihat tangan dan kaki suster Mia telah terikat sebuah tali, sedangkan suster Mia sendiri dalam keadaan pingsan dan tidak sadarkan diri.
"Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa bisa Vivi melakukan ini pada suster Mia" tanya Arselo.
"Maaf tuan, sebenarnya hal yang seperti ini sudah sering kali terjadi, tapi kami tidak bisa memberitahukan kepada siapa-siapa karena nyonya Vivi sudah mengancam kami dan beserta keluarga. Dia bilang dia tidak akan segan-segan untuk menyakiti keluarga kami jika kami membantah perkataannya" terang simbol dengan wajah yang sangat takut.
Arselo merasa sedikit heran dengan kelakuan Vivi Akhirnya dia pun menyuruh seseorang untuk mengawasi Vivi selama dua puluh empat jam dan melaporkan semua hal yang dilakukannya.
"Ya sudah mbok, tolong bantu suster Mia untuk melepaskan semua ikatan yang ada di tubuhnya biar saya telepon adik saya agar dia memeriksakan keadaan suster Mia" ujar Arselo.
"Baik Tuan" baik tuan jawab simbok seraya melepaskan semua ikatan yang membelit tubuh suster Mia.
Arselo pun berlalu meninggalkan simbok dan suster Mia yang masih tidak sadarkan diri, dia melangkah ke ruang tamu dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Arsela.
"Sel, kamu lagi sibuk nggak? Bisa ke apartemennya Vivi sekarang?" tanya Arselo setelah panggilannya dijawab oleh adiknya itu.
"Ada apa bang? Apa ada masalah dengan perut wanita itu?" tanya Arsela.
"Bukan ada hal lain, kau datang saja dulu nanti setelah di sini akan ku ceritakan" ucap Arselo, setelah berbicara seperti itu Arselo pun mematikan panggilannya.
"Mbok, tolong buatkan teh hangat untuk suster Mia. sebentar lagi arsela akan datang untuk memeriksanya" perintah arselo yang langsung di anggukki oleh simbok.
"Baik tuan akan saya buatkan dulu" ucap simbok, setelah itu si mbok pun berlalu menuju dapur.
Tak lama kemudian bel pintu pun berbunyi, Arselo melihat kedatangan adiknya dia pun segera membukakan pintu dan menyuruhnya masuk.
"Bang suster Mia kenapa?" tanya Arsela pada Arselo yang melihat suster Mia tengah pingsan.
"Kamu tolong periksa dulu lah dia, sepertinya dia sudah lebih dari dua jam tidak sadarkan diri" perintah Arselo.
Arsela pun dengan sigap segera memeriksa keadaan suster Mia.
"suster Mia dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat dari cairan C******l yang ia hirup, sepertinya wanita itu memang sengaja melakukan hal ini supaya ia bisa bebas dari mata-mata Abang" ucapan arsela setelah selesai memeriksa suster Mia.
"Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membangunkannya kembali?" tanya Arselo.
"Kita tunggu lah dulu sampai obat biusnya menghilang setelah lima jam pertama, jika dalam waktu lima jam suster Mia tidak bangun maka kita harus membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan" ucap Arsela.
Arselo menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Apa tidak sebaiknya jika suster Mia dan si mbok kita berhentikan dulu untuk bekerja di sini bersama Vivi? Entah kenapa aku merasa jika Vivi bukan orang biasa seperti kita melainkan dia seorang psikopat" ujar Arsela yang merasa tidak wajar dengan perilaku Vivi.
"Lalu apa yang akan kita lakukan jika Vivi tidak dalam pengawasan kita?" tanya Arselo.
"Mengawasi seseorang itu bukan berarti kita harus mengorbankan orang lain seperti ini bang. Abang tinggal pasang saja CCTV di semua tempat di sudut ini, dengan begitu kita akan leluasa memantau semua kegiatannya" ujar Arsela memberi saran.
Arselo mengerti dan mengangguk ia pun segera menghubungi Sofyan untuk mengirimkan petugas khusus yang akan memasang CCTV di apartemen Vivi.
Tak lama kemudian petugas CCTV yang harus Selalu minta pun datang. Dia menyuruh petugas untuk menempatkan CCTV di tempat yang tersembunyi dan bisa menjangkau semua kegiatan yang dianggap mencurigakan. Semua ruangan termasuk kamar, ruang tamu, kamar tamu, dapur dan juga balkon apartemen itu kecuali kamar mandi saja yang tidak dipasangkan CCTV.
Kepergian hari itu sudah lebih dari empat jam, semua orang sudah pergi dari sana kecuali Arselo yang masih menunggu kedatangan Vivi. Beruntung suster Mia sudah sadar, dia pun segera diminta Arselo untuk pergi membawa barang-barangnya keluar dari apartemen Vivi.
Cukup lama Arselo menunggu kedatangan Vivi, hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul sebelas malam, pintu apartemen baru terdengar ada yang membukanya. Semua lampu yang ada di ruangan itu gelap, Vivi berjalan dengan sempoyongan mencari saklar untuk menghidupkan lampu-lampu yang ada di sana, hingga akhirnya ia berhasil menghidupkan semua lampu itu. Vivi terkejut melihat Arselo tengah duduk di sofa tunggal yang ada di ruang tamu itu.
"El, Apa itu kamu? Apa itu Kamu? Sedang apa kamu berada di sini jam segini?" tanya Vivi dengan setengah sadar, wanita hamil itu terus memegangi kepalanya sebelah tangan, sedangkan sebelah tangan yang lainnya pakai untuk berpegangan menopang tubuhnya.
"Sejak kapan kamu mabuk-mabukan seperti ini Vi? Bukankah kamu sedang mengandung? Lalu kenapa kamu mengonsumsi alkohol seperti ini? Apa kamu tidak menyayangi anak yang berada dalam kandungan mu?" tanya Arselo bertubi-tubi.
"Untuk apa aku menyayangi bayi ini? Aku bahkan tidak mengetahui ayah kandung dari bayi ini" ucapan Vivi tanpa sadar.
"Lalu kenapa kau menyuruhku untuk menikahi mu?" tanya Arselo dengan tenang.
"Tentu saja karena aku membutuhkan uang darimu untuk bertahan hidup selama ini, kau adalah orang yang selalu memberikan uang lebih setiap kali selesai kita bercinta" ucap Vivi dengan tenang dan wajah tidak berdosa.
"Bukankah waktu itu kau bilang jika kau mencintaiku selama ini?" tanya Arselo.
"Cinta? Bahkan jika memang kamu juga mencintaiku tapi bila keadaanmu tidak seperti saat ini, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu, lebih baik aku mencari pria lain yang kaya darimu" jawab Vivi.
Arselo mengepalkan tangannya karena merasa kesal dengan semua yang sudah dikatakan terhadapnya.
"S***, jadi selama ini kamu menipu ku?" tanya Arselo dengan tidak sabar.
"Ha...ha...ha... laki-laki b****h sepertimu memang gampang untuk aku bohongi" jawab Vivi. Setelah mengatakan itu akhirnya tertidur dan tidak mengingat semua hal yang ia katakan terhadap Arselo.