Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehamilan Sindy
"Sweet heart, how's today?".
"I'm good, Dad", jawab Sindy dengan senyum tipis.
Daddy Ardi mengelus lembut kepala putri tunggalnya itu.
"Syukurlah. Daddy senang kalau kondisimu lebih baik hari ini".
Sindy kembali menunjukkan senyumnya meski ia sudah berada di brankar rumah sakit selama dua minggu terakhir.
"Ini apelnya sudah Daddy potong buat kamu. Setelah ini Daddy mau ketemu dokter dulu, ya. Makan dan habiskan", ucap Daddy Ardi sebelum dia meninggalkan Sindy. Tak lupa lelaki paruh baya itu memberikan kecupan sayang di kening Sang putri.
"Thank's, Dad", ucap Sindy.
Daddy Ardi kini sudah ada di ruang dokter yang selama ini merawat Sindy. Dokter itu adalah Dokter Dave, spesialis bedah sekaligus sahabat baik Daddy Ardi.
"So, how the result, Dave?", tanya Daddy Ardi.
Dokter Dave menghela nafas berat, "Sorry Dude, but I must show this to you", Dokter Dave menunjukkan hasil lab milik Sindy.
Daddy Ardi memperhatikan baris demi baris hasil lab itu.
"Jadi, kalau terus seperti ini kondisi Sindy akan semakin memburuk, begitu?", tanya Daddy Ardi meminta kepastian setelah dia selesai melihat hasil lab yang ada di tangannya.
Dokter Dave mengangguk, "Sampai hari ini kita belum mendapatkan donor sumsum tulang belakang yang cocok untuk Sindy. Kalaupun ada, operasi yang dilakukan akan tetap beresiko tinggi karena Sindy sedang hamil, Ardi", terang Dokter Dave.
Daddy Ardi terdiam. Dia tidak bisa membayangkan akan seperti apa nasib Sindy ke depannya.
"Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkan putriku, Dave?", tanya Daddy Ardi lagi dengan ekspresi sedih.
"No isn't, Ardi. Pilihannya hanya operasi secepatnya dengan resiko kehamilan Sindy atau menunggu sampai Sindy melahirkan dengan resiko anfal", jawab Dokter Dave.
Daddy Ardi menghela nafas berat. Dua pilihan yang tidak mudah baginya.
"Semenjak aku tahu Sindy hamil dengan resiko tinggi, aku sudah membujuknya untuk menggugurkan kandungannya itu, tapi dia tidak mau, Dave. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk membuat putriku tetap hidup", ada raut kesedihan yang kuat dalam ucapan Daddy Ardi.
"I know. Sindy pasti tidak akan mau melakukan hal itu, Ardi. Aku pikir mengugurkan kandungan pun itu jauh lebih beresiko lagi. Memang kondisi terbaik adalah dia tidak hamil agar kita bisa mengambil tindakan, but Sindy today is a plan of God. Kita hanya bisa berharap semua berjalan baik seperti apa yang kita inginkan", ucap Dokter Dave mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Daddy Ardi menganggukkan kepalanya perlahan. Ya, saat ini tidak ada yang bisa dia lakukan selain berharap pada Tuhan.
"Ok, thank's Dave. I hope you will always try so hard to safe my daughter".
"I will, Dude", janji Dokter Dave.
Selepas menemui dokter, Daddy Ardi kembali ke ruang rawat putrinya. Di sana, Sindy baru saja selesai menghabiskan apel yang tadi diberikan Sang Daddy.
"Sudah habis? hebat", puji Daddy Ardi.
Sindy tersenyum, "Iya dong, Dad. Aku harus sehat dan makan banyak biar babyku juga sehat", jawab Sindy sambil mengelus perutnya yang sudah tampak membesar.
Daddy Ardi tersenyum getir. Di satu sisi, dia senang dengan kehamilan Sindy karena itu artinya dia akan menjadi seorang kakek. Tapi di sisi lain, sebagai seorang ayah, Daddy Ardi merasa sedih saat mengingat resiko besar yang akan dihadapi Sindy dari kehamilannya itu.
"Honey, sebentar lagi Daddy harus pergi. Ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan. Nanti Bi Asih akan datang ke sini untuk menjagamu".
"Ok, Dad. Take care", ucap Sindy pada Sang Daddy.
Setelah Bi Asih datang, Daddy Ardi segera pergi meninggalkan rumah sakit itu.
Selama perjalanan, pikiran Daddy Ardi masih terpaut dengan hasil lab yang tadi dia lihat. Bayangan kemungkinan terburuk yang akan dihadapi Sindy kembali berkelebat dalam ingatannya.
Usia kandungan Sindy saat ini sudah lebih dari dua puluh minggu dan selama itu pula, baik Sindy maupun Daddy Ardi tidak pernah mengabarkannya pada Ezra maupun keluarganya.
Tapi hari ini Daddy Ardi sudah bertekad akan menyampaikan kondisi Sindy pada keluarga Hadinata.
Daddy Ardi menghentikan mobilnya di sebuah resto mewah yang ada di pusat kota. Ya, sejak dua jam yang lalu dia sudah menghubungi Papa Hadinata untuk bertemu di sana.
Tak butuh waktu lama, Daddy Ardi dan Papa Hadinata sudah duduk di meja yang sama lengkap dengan hidangan yang sudah dipesan.
"Bagaimana kabarmu dan keluarga di sana?", tanya Daddy Ardi.
"Semuanya baik. Hanya ya seperti yang kamu tahu, menantuku masih koma sampai sekarang", jawab Papa Hadi.
Memang sejak dia mengetahui Raya kecelakaan, Papa Hadi sempat memberitahu Daddy Ardi karena bagaimanapun juga, besannya itu harus tahu jika Ezra akan meninggalkan Sindy untuk waktu yang lama.
"Aku turut berduka. Apa pelaku tabrak larinya belum berhasil ditemukan?", tanya Daddy Ardi lagi.
Papa Hadi menggelengkan kepalanya, "Belum. Do'akan menantuku ya".
"Tentu", jawab Daddy Ardi pendek.
"Oh ya, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Ini soal Sindy", Daddy Ardi memasang mode serius.
"Sindy? kenapa dengan putrimu itu?".
Daddy Ardi menarik nafas dalam, "Maafkan aku dan Sindy karena sebelumnya tidak menginformasikan hal ini. Saat ini Sindy sedang hamil. Usia kehamilannya sudah lebih dari lima bulan dan hari ini aku juga sudah melihat hasil lab terbaru dari dokter. Hasilnya kehamilan Sindy sangat beresiko".
"Sindy hamil? kamu serius?", Papa Hadi terkejut.
Daddy Ardi menganggukkan kepalanya pertanda membenarkan hal itu.
"Bukankah sebelum mereka menikah kamu dan Ezra sudah menyepakati kalau hal seperti itu tidak akan terjadi?", tanya Papa Hadi lagi.
"Ya. Tapi Sindy sepertinya tidak ingin hanya sekedar menjadi istri Ezra di atas kertas. Dia benar-benar ingin menjadi istri Ezra seutuhnya".
"Aku sudah menanyakan hal itu pada Sindy dan dia mengakui kalau dia melakukan hal yang buruk untuk membuat Ezra menyentuhnya", terang Daddy Ardi.
Papa Hadi terdiam tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Apa Ezra sudah tahu tentang kehamilan Sindy?".
"Belum. Sindy belum memberitahunya. Dia justru memintaku untuk ikut merahasiakan hal ini, Hadi. Tapi aku tidak bisa, apalagi aku tahu kehamilan putriku beresiko tinggi", jawab Daddy Ardi.
Kedua lelaki paruh baya itu kini saling terdiam. Keduanya tenggelam sejenak dalam pikiran masing-masing.
"Menantuku di sana masih koma dan kamu tahu, dia keguguran akibat kecelakaan itu. Ezra sangat bersedih dan merasa sangat bersalah pada istrinya. Lalu sekarang Sindy hamil dan putraku belum mengetahuinya sama sekali. Aku tidak tahu Ezra akan memberi respon seperti apa atas ini semua", ucap Papa Hadi datar.
"Aku turut berduka atas kehilangan cucumu, Hadi. Aku juga tidak tahu bagaimana menyampaikan hal ini pada Ezra. Tapi putriku dan bayi yang sedang dikandungnya membutuhkan kehadiran Ezra. Kali ini aku mohon bantu aku sekali lagi untuk berbicara pada Ezra", pinta Daddy Ardi serius.
Papa Hadi terdiam sejenak. Pikirannya kalut. Masalah seolah tiada henti mendera putranya itu. Kecelakaan Raya sudah menyadarkannya akan keegoisannya pada Ezra dan sekarang dengan kehamilan Sindy, Papa Hadi bingung harus bersikap seperti apa lagi pada putranya itu.
"Hadi, please", Daddy Ardi kembali meminta dengan wajah memelas.
"Ok, I try", ucap Papa Hadi dengan dada yang sesak.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban