Bagaimana jadinya jika dijodohkan dengan ketua osis yang selalu menghukum mu disekolah? Konyol? Yah tentu saja!
Itulah yang terjadi dengan gadis bernama Bianca Dealova Christabel. Dijodohkan dengan ketos yang minim ekspresi. Hemat dalam mengeluarkan kalimat. Agam Ezekiel Arbyshaka, the king disekolah SMA Garuda.
Namun, siapa sangka dibalik cover kalem, dingin nan bijaksana, tersimpan sebuah sisi liar yang baru diketahui oleh Bianca setelah menikah dengannya.
"Dasar ketos nyebelin!"
"Shit! I'm addicted to that girl's lips."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari H
Dua hari telah berlalu. Hari ini adalah hari pelaksanaan pesta pernikahan Agam dan Bianca.
Tak terhitung berapa kali Bastian juga kedua orang tua Bianca membujuk Agam untuk mengundur pernikahan sampai ia sembuh total. Tapi cowok itu tetap ngotot untuk tetap melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.
Sebenarnya, rencana mereka akan melangsungkan pesta pernikahan di ballrom hotel Giovan, milik Rendra. Namun, mengingat kondisi Agam yang belum sepenuhnya pulih. Akhirnya kedua bela pihak memutuskan mengadakan pesta pernikahan di aula yang tersedia dirumah Agam sendiri agar lebih simple. Ruangan ini, cukup besar dan megah, yang sudah dihiasi oleh berbagai bunga untuk hiasan, sesuai dekorasi khas pernikahan.
Tak banyak tamu yang diundang. Hanya sanak saudara dari kedua mempelai dan beberapa karyawan dari perusahaan Rendra dan Bastian juga rekan kerja mereka. Bisa dibilang, cukup banyak juga. Teman-teman mereka tidak diundang untuk menjaga privasi sebab ini adalah pernikahan yang harus dirahasiakan, mengingat kedua remaja itu masih sekolah.
Lelaki dengan setelan tuxedo dan perempuan gaun putih anggun itu terlihat sama-sama gugup dihadapan penghulu.
"Bagaiman saudara Agam, apakah Anda siap?" Tanya pak penghulu sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Agam.
Agam yang tampak tegang, menghebuskan napas panjang, meredakan rasa gugupunya. Setelah mengangguk mantap, ia lantas menjabat tangan penghulu tersebut. Tangannya sampai bergetar saking gugupnya.
Sementara Bianca, tak usah ditanya. Cewek itu tak kalah tegang dan gugupnya dari Agam bahkan sampai perutnya terasa mules. Kedua tangannya yang mendingin saling bertaut.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Agam Ezekiel Arbyshaka dengan Bianca Dealova Christabel binti Rendra Giovan, dengan mas kawin uang tunai sebesar satu miliar, emas sepuluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
Agam menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya. "Saya terima nikah dan kawinnya Bianca Dealova Christabel dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Ia melafalkan untaian kalimat sakral yang telah di perlancarnya selama beberapa hari itu dengan lantang tanpa pengulangan, hanya sekali tarikan napas.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH!" jawab para tamu serempak.
Agam menghela napas lega dan membuka kelopak matanya saat mendengar kata 'Sah' menggema. Menolehkan kepala pada Bianca yang kini menunduk sambil menautkan kedua tangannya. Ketika tangan Agam terulur, gadis itu mengangkat pandangan menatap wajah juga uluran tangan Agam secara bergantian. Otaknya masih ngelag.
"Kenapa?" Bianca mengangkat alisnya bertanya dengan bisikkan. Maklumlah, ini yang pertama. Jadi, Bianca tak tahu.
Lantaran uluran tangannya tak kunjung diterima Bianca, Agam pun mengambil tangan Bianca untuk menjabat tangan. Mendekatkan tangan yang masih bertaut itu ke depan wajah Bianca. "Cium."
Barulah otak Bianca connect. Dia menyengir canggung. "O-oh." Lantas mencium punggung tangan Agam sekilas membuat senyum cowok itu mengembang.
Setelahnya, Bianca menitikkan air mata. Dia masih tak menyangka jika dirinya sudah menjadi seorang istri.
Masih banyak yang belum diketahuinya cara menjadi istri idaman. Memasak? bahkan dari kecil hingga sekarang ia tak pernah menyentuh alat dapur, apalagi mengerjakan segala urusan rumah tangga. Bianca hanya berharap semoga saja Agam tak membuangnya.
Kedua tangan Agam terjulur mengusap air mata Bianca yang membasahi pipi cantiknya. Mendaratkan ciuman cukup lama di dahi cewek itu. Padahal acara ini adalah acara yang membahagiakan, mengapa gadis ini malah menangis?
"My wife can't cry" ucap Agam menyatukan dahi mereka. Bianca mengangguk pelan sambil tersenyum. Tak mempedulikan para tamu yang ada disini, seakan dunia terasa milik berdua.
Hal itu mendapat sorakan dari teman-teman mereka yang tak lain dan tak bukan, Nathan, Tasya, Camella dan Bella yang baru saja datang menerobos penjaga sebab mereka tak mempunyai undangan. Mereka telah mengetahui kalau Agam dan Bianca dijodohkan. Kalian nanya tahunya dari mana? tentu saja dari Nathan si cepu, dan akhirnya mereka berempat datang tanpa diundang.
Nathan bersiul-siul menggoda pasturi muda itu. "Gass teross Gam! Cuakss!"
"Malam pertamanya jangan lupa siaran langsung woe!"
"Gue tidur ditengah-tengah kalian ya!"
"Keponakan, cooming soon yuhuu!"
Bianca dan Agam meringis malu mendengar sorakan demi sorakan teman-temannya yang mengundang tawaan dari para tamu yang lain. Dan kenapa bisa teman-teman mereka itu bisa berada disini?!"
Hah, kalau Agam sudah tak heran lagi. Sebab, Nathan sudah mengetahuinya.
***
Setelah prosesi ijab qobul selesai, kini dilanjutkan dengan acara resepsi. Meskipun tamu tak banyak. Namun, menyambut tamu cukup melelahkan bagi Bianca.
Perempuan itu nampak lesu dan kakinya sudah kesemutan karena kelamaan berdiri. Agam dan Bianca berdiri di depan kursi pelaminan, menyalami para tamu secara bergiliran.
"Capek?" bisik Agam ditelinga Bianca mendapat anggukan dari sang empu.
Sebelah tangan Agam terangkat menepuk sekilas pucuk kepala Bianca. "Bentar lagi Bi, sabar yah."
Cewek itu mengangguk pelan.
Setelah memberi selamat pada Agam dan Bianca melalui lagu yang berjudul 'Cerai' diatas pelaminan tadi, Nathan kini berada didepan meja dengan macam-macam hidangan manis yang tersedia diatas meja tersebut, ditangannya membawa kantong plastik. Satu persatu kue itu ia masuk kan kedalam kantong plastik tersebut dan setelah penuh, barulah ia menyudahinya.
"Lumayan buat ngemil nanti malem!" riangnya antusias berlarian kearah Tasya yang tengah menikmati caramel cake. Dengan kejahilannya yang mendarah daging, Cowok itu menyambar hidangan manis yang berada ditangan Tasya kemudian ngacir menjauh sebelum mendapat amukan dari cewek itu.
"NATHANANJING!" pekiknya memancing atensi para tamu beralih kepadanya. Tasya mengejar lelaki itu dengan langkah capat dan tak kalah cepat pula Nathan kabur untuk menghindar dari amukan singa betina. Terjadilah aksi kejar saling mengejar yang menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan. Mereka berlarian kecil mengelilingi meja ke meja lain. Bahkan, beberapa hidangan jatuh karena mereka.
Camella dan Bella geleng-geleng kepala melihat keabsurdan-an keduanya. Sedang Agam dan Bianca sudah tertekan dengan keributan yang mereka ciptakan. Oh ayolah, jangan mengacaukan acara pernikahan mereka!
Nathan memeletkan lidahnya membuat Tasya semakin gemas pada lelaki itu. Cowok itu berlarian keluar dari ruangan tersebut.
Tentu Tasya tak akan membiarkannya lolos. Ia bergegas mengejarnya dan tepat pada ambang pintu, ia menabrak seorang Lelaki bertubuh kekar hingga tubuhnya terjerambab kelantai. "Aduhh sakit ihh!"
Tasya langsung bangun tanpa menatap wajah lelaki itu. "Kalo jalan itu pake mata bukan kaki! Eh--" tatapannya mengarah keatas,"Pake mata atau kaki yaa? kalo pake mata terus langkahnya gimana?" gumamnya menggaruk kepalanya yang memang terasa gatal. Cewek itu sibuk bergelut dengan isi dikepalanya perihal pertanyaan, jalan itu pakai mata atau kaki?. "Kalo pake kaki, terus gak pakai mata, ntar gimana? ngerayap?" pusing sendiri dirinya memikirkannya.
Sedangkan lelaki itu, ia tersenyum kecil melihat tingkah Tasya yang konyol. Padahal pertanyaan yang gampang. Jalan pakai mata atau kaki? kalau bisa dua-duanya kenapa harus milih salah satunya?
"Ah sudahlah! yang intinya kalo jalan itu--"
"Bocil."
Tasya terdiam ketika mendengar suara yang terdengar asing namun tak asing. Suara ini, pernah didengarnya, tapi dimana?
Cewek itu mendongak kemudian langsung tertegun. Lelaki ini?!!
"Hey little girl, we meet again."
***
Flashback on
Setelah merebut microphone dari sang MC, Nathan memukul pelan microphone tersebut dengan tangannya. "Ehm cek cek.." ucapnya setelahnya.
"Abang-abang, kids-kids, Tante-tante rempong, bapak-bapak berjenggot, nenek-nenek peyot semua yang ada disini!" Tatapan Nathan lurus kedepan menatap seluruh para tamu yang seluruhnya juga setia menontonnya.
"Saya berdiri disini, untuk menyanyikan sebuah lagu buat kedua mempelai yang sebentar malam akan menghabiskan malam pertama sampai sang adinda tak bisa berjalan."
Agam dan Bianca meringis malu mendengar penuturan yang terlontar dari Nathan yang tak difilter. Memalukan sekali. Ingin menghentikan, takutnya akan membuat suasana semakin runyam. Pada akhirnya mereka membiarkan Nathan melakukan sesukanya.
"Baiklah langsung to the poin saja."
"Langsung to the poin gimana?! udah dari tadi dia ngebacot!" gerutu Bianca sudah mulai jengkel. Agam terkekeh melihat wajah Bianca yang kusut.
"Aku akan menyanyikan lagu yang berjudul, 'Cerai' lagu dari Rita Sugiarto."
"Wahh masa lagunya tentang cerai sih?!" Bianca langsung berdiri bersiap akan membacok Nathan, namun Agam menahannya tangannya. "Jangan Bi, kamu mau, nanti bakalan ada berita heboh tentang kekacauan pesta pernikahan dan penyebabnya karena mempelai wanitanya yang berkelahi dengan seorang laki-laki. Kamu mau gitu?"
Mendengar itu akhirnya Bianca duduk kembali dengan menahan kekesalannya. Sumpah demi apapun, ia ingin menghantam Nathan sekarang!
Nathan mulai mengambil napas, bersiap akan menyanyi.
"Bila ku teruskan denganmu
hatiku kan menggilaimu
namun sayang kau tak dapat
meninggalkanku"
"Tlah lama kita bersama
bercinta berbagi rasa
merasakan merasakan
kecewa kecewa kecewa kecewa hatiku"
Nathan melantunkan lagu tanpa musik yang mengiringi. Sebelah tangannya bergerak-gerak seolah menghayati tiap bait lagu tersebut.
"Ceraikan saja aku sayang
aku tak sanggup lagi
karena hatimu masih memiliki dia"
"Aku tak mau sakit lagi
sakit seperti ini
aku tak bisa bersamamu bila ada dia"
"Mungkin perpisahan ini
yang terbaik dan harus terjadi
maafkan aku harus pergi"
"Merasakan merasakan
kecewa kecewa kecewa kecewa hatiku"
"Ceraikan saja aku sayang, aku tak sanggup lagi
karena hatimu masih memiliki dia
aku tak mau sakit lagi, sakit seperti ini
aku tak bisa bersamamu bila ada dia"
"Ceraikan saja aku sayang, aku tak sanggup lagi
karena hatimu masih memiliki dia
aku tak mau sakit lagi, sakit seperti ini
aku tak bisa bersamamu bila ada dia"
"Mungkin perpisahan ini
yang terbaik dan harus terjadi
maafkan aku harus pergi"
Dan tepat setelah lagu tersebut selesai dinyanyikan oleh Nathan, Bianca sudah tak mampu menahan kekesalannya. Dengan asap menyembur dari dua telinganya, cewek itu berdiri dan meraih salah satu kursi, bersiap akan melemparkannya pada Nathan. Agam berniat akan menghentikannya, namun na'as, kursi itu telah melayang menghantam kepala Nathan.
Flashback of
***