Married With Ketos
...WARNING! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KATA KAS4R, HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!...
...KALAU ADA TYPO ATAU KESALAHAN KATA, MOHON DIMAKLUMI, KARENA SEBAGIAN CHAPTER TIDAK SENGAJA TERHAPUS, JADI TIDAK BISA DIREVISI!...
...HAPPY READING!...
..."Hari ini aku membencimu. Tetapi, tak ada yang tahu hari esok kelak. Mungkin saja nama mu lah yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz sebagai takdirku."...
..._Bianca Dealova Christabel...
...***...
Gadis bernama lengkap Bianca Dealova Christabel sedang memandangi tembok yang menjulang tinggi dihadapannya. Kira-kira ukuran tinggi tembok pembatas ini lebih dari satu meter. Padahal, inginnya Bianca tak ingin melakukan ini lagi. Namun, keadaan mengharuskannya untuk melakukan ini lagi.
Menguncir rambutnya menggunakan ikat rambut ditangannya dan menghembuskan napas. Bianca lantas menaiki tangga yang terletak memang didepan tembok tersebut. Saat sampai diatas, Bianca kemudian melompat turun kebawah dan kakinya pun memijak sempurna di tanah.
Bianca celingukan untuk memastikan apakah disekitar ada anggota osis yang mengawasi atau tidak. Untuk waspada, Bianca berjalan mengendap-endap seperti maling dari belakang sekolah hingga sampai di koridor kelas.
Bianca menghembuskan napas lega saat sampai sejauh ini tak ada tanda-tanda anggota osis yang berpatroli dikawasan sekolah. Pada akhirnya ia melanjutkan kembali langkahnya dengan perasaan lega dan santai seperti tak ada beban.
Selama perjalanannya menuju kelas, Bianca bersenandung kecil sembari mengunyah karet didalam mulut.
"Lambat lagi?"
Langkah Bianca spontan terhenti saat mendengar suara bariton tersebut. Matanya memejam sekilas sembari meringis kecil. Kenapa tiap kali terlambat ia selalu ketahuan?
Tanpa menoleh tentu Bianca sudah tahu sang pemilik suara berat tersebut. Agam Ezekiel Arbyshaka. Ketua osis disekolah SMA Garuda ini.
Bianca berancang-ancang akan kabur. Namun, Agam menahannya dengan menarik tas Bianca sehingga membuat gadis itu mundur dua langkah dan nemplok di tubuh bagian depan laki-laki dibelakangnya.
"Mau kabur huh?" tanya Agam datar.
Mengusap tengkuknya yang tak gatal, Bianca nyengir lebar menampakkan deretan gigi putihnya.
"Lo, ikut gue keruang osis." Agam melepas tas Bianca dan menatapnya tanpa ekspresi. "Gue akan mikirin hukuman yang pas buat lo kali ini." imbuhnya lagi.
Bianca mendengus. "Bisa gak sih untuk kali ini, kakak lolosin Bia dulu? capek tau gak dihukum terus." keluhnya jenuh.
"Salah sendiri lambat." sahut Agam cuek membuat Bianca kesal setengah mati. Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal dilantai koridor.
"Dasar ketos nyebelin!"
Agam tak menanggapinya, ia berjalan tegap sambil memasukkan kedua tangannya disaku jas almamaternya. Merasa ada kesempatan, Bianca berancang-ancang akan kabur lagi. Namun, ternyata Agam sudah hapal dengan tabiat Bianca. Dengan cepat lelaki itu membalikkan badan saat Bianca hendak akan kabur.
Agam melemparkannya tatapan tajam, seolah memberi peringatan pada Bianca agar tak kabur. "Ikut gue, jangan kabur." tekannya tajam.
Bianca menggerutu kesal. Ia berjalan dengan mencak-mencak mengikuti Agam menatap kesal kearah punggung lelaki itu. Dalam hati Bianca sudah marapalkan sumpah serapah untuk murid kesayangan para guru-guru di SMA Garuda ini.
Menurut kebanyakan kaum perempuan di SMA Garuda ini, Agam adalah pria idaman dengan sejuta pesona. Dirinya dijuluki sebagai King disekolah ini. Karena selain tampan, Agam memiliki perangai yang cool dan badas. Terlebih lagi kapasitas IQ nya yang diatas rata-rata, membuatnya menjadi kesayangan para guru-guru di sekolah ini.
Akan tetapi bagi Bianca tidak berlaku, Agam tak lain hanya seorang laki-laki paling menyebalkan di bumi ini. Selain tampang dan otak, tak ada yang istimewa dari sosok Agam dimata Bianca. Malah hanya wajah sedatar triplek dan sok berwibawa dimata Bianca. Baginya, tak ada yang lebih tampan dari Lucas, sang kekasih.
Saat mereka memasuki ruang osis, saat itu juga atensi beberapa murid yang juga mengenakan almamater osis berwarna biru dongker seperti yang dikenakan Agam saat ini terpusat pada keduanya.
"Dia lagi Gam?" tanya Camella sang bendahara osis pada Agam, dengan tatapan mengarah ke pada Bianca yang mengambil posisi duduk di sebelah Agam. Agam menghela napas panjang lalu mengangguk singkat.
"Jadi, hukuman apa yang lo kasih ke dia kali ini?" Nah kali ini suara Nathan, wakil ketua osis.
Agam memijat pelipisnya merasa pening memikirkan hukuman untuk Bianca. Pasalnya gadis ini terlalu sering terlambat seperti kali ini juga sampai membuatnya bingung harus memberi hukumannya dengan apa. Ia ingin memberikan sebuah sanksi yang dapat membuatnya kapok. "Lagi mikir." sahutnya.
"Seperti biasa aja. Bikin pusing aja mikirnya." Timpal Bella sang sekretaris osis tanpa menoleh. Ia sibuk membuka-buka lembaran buku ditangannya.
Saat ini memang kelas mereka sedang jam kosong dan sedang mager untuk melakukan patroli. Tadi saja Agam hanya dari toilet dan tanpa sengaja memergoki Bianca.
Agam memberikan gelengan kepala. "Jangan. Hukuman kali ini harus lebih berat, biar dia kapok." ujarnya melirik sekilas kepada Bianca. Diam-diam, Bianca merutuki Agam didalam hati. Tega sekali terhadap gadis yang mungiel ini.
Camella dan Nathan meletakkan tangan di dagu membantu Agam berpikir, hukuman apa yang pas untuk sang adik kelas yang sering terlambat ini.
"Bersihin perpus?" usul Camella.
"Atau bersihin toilet?"
Sambil meletakkan buku diatas meja, Bella juga menyuarakan usulan simpel. "Jemur aja seperti biasa."
Agam menjentikkan jari saat diantara saran dari ketiganya ada yang pas menurutnya. "Bersihin toilet cewek sama cowok." finalnya datar.
Mata Bianca membelalak sempurna mendengarnya. What--bersihin toilet? mana mau dia! Sudah bau, membuat lelah jiwa dan raga pula. "Masa bersihin toilet sih." Protesnya tak terima.
"Apa? gak terima? salah sendiri lambat."
Bianca menyatukan kedua tangannya memohon. "Please, apapun deh asal jangan bersihin toilet."
"Gam pake usulan gue aja, bersihin perpus."
Agam mengacungkan tangannya di udara tanda tak menyetujui usulan itu "Malah hukuman yang gak ingin sama sekali dia kerjakan itu yang paling pas buat hukumannya."
Mendengar perkataan itu membuat bahu Bianca melemas. Sudahlah pasrahkan saja kepada yang maha kuasa.
Agam menegakkan duduknya dan melipat tangannya diatas meja. "Oke fine! jadi keputusan sudah bulat. Jam istirahat nanti, lo harus bersihin toilet cewek sama cowok." pungkasnya penuh jiwa kewibawaan.
Bianca menghembuskan napas kasar seraya memutar bola matanya malas. Kebanyakan orang mungkin melihat Agam adalah orang yang berwibawa. Tapi tidak bagi Bianca, menurutnya ketua osis ini hanya sok berwibawa.
"Ke kelas sana."
Bianca yang masih jengkel persoalan hukuman membersihkan toilet itu bangkit dengan kasar kemudian langsung beranjak dan menutup pintu ruang osis dengan keras sehingga membuat keempat anggota osis tersebut terlonjak kaget.
Brakk!
Nathan, Bella dan Camella reflek mengusap-ngusap dada saking terkejutnya. Sedangkan Agam, ia tetap stay cool walaupun dalam hati terjengit, terjungkal dan terjengkang. Lelaki itu begitu pandai menyembunyikan ekspresi.
****
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Setidaknya itu peribahasa yang kompatibel untuk mendeskripsikan nasib Bianca saat ini.
Lihatlah Bianca sekarang, Gadis itu seperti kucing yang disirami air. Kepalanya menunduk tak berani bersitatap dengan sang Guru killer yang sudah memberikan tatapan mengintimidasi kepadanya. "Kenapa lambat?"
Bu Bona__julukan murid-murid kepada sang Guru matematika super galak yang sedang menginterogasi Bianca saat ini didepan seluruh siswa yang berada didalam kelas X MIPA 7.
Tak mendapat respon, Bu Bona memukul-mukul penggaris panjangnya diatas meja. "Jawab Bianca Dealova Christabel! Gak punya mulut kamu?!" bentaknya garang. Hal itu membuat Bianca merasa takut sekaligus malu. Kedua tangannya saling bertaut tegang, bingung harus menjawab apa.
"A-anu buk. Salah bangun." Kalimatnya terbata-bata saking gugupnya.
"Salah bangun gimana?" tanya Bu Bona galak. "Jadi maksudnya, kamu tidurnya dikamar, tapi saat bangun kamu salah bangun di jalanan?" Tanya demi tanya yang dilayangkan Bu Bona mengundang tawa nyaring para murid-murid yang ada dikelas itu. Guru itu memukul-mukul penggaris panjangnya diatas meja untuk meredakan tawa warga kelas.
Bianca semakin kelimpungan sendiri ditempatnya dan segera mengoreksi ucapannya. "M-maksud aku, kesiangan buk."
"Oh, makanya yang jelas bicaranya. Udah kelas sepuluh tapi gak tahu membedakan antara salah bangun sama bangun kesiangan" Bu Bona beralih menatap ke depan dan memberikan instruksi pada murid-murid dikelas tersebut. "Lanjut catat materi." Titahnya kembali beralih melirik Bianca. "Untuk kamu Bia, kamu berdiri disini sambil angkat kaki sambil jewer kedua telinga sampai jam istirahat."
Menghembuskan napas panjang, Bianca benar-benar sial hari ini. Lantas kemudian mengangkat sebelah kaki dan menyilangkan tangannya untuk mencubit kedua telinganya sendiri seperti perintah. Tidak ada gunanya memberikan komplain, mengingat bagaimana Kepri Bu Bona selama ini, semakin kita keras kepala, maka ia juga akan kian keras memperlakukan kita.
Ekor netranya sedikit melirik kearah bangkunya saat Tasya sang sohib melambai-lambaikan kecil tangannya. Mata Bianca menyipit tajam memperjelas apa yang Tasya ucapkan dengan gerakan mulut. "Kok bisa lambat?"
Mengubah arah lirikan mata pada Bu Bona sejenak, saat memastikan Guru killer itu tengah sibuk menulis materi dipapan Bianca pun menjawab pertanyaan Tasya dengan gerakan mulut pula. "Kesiangan, tadi malem begadang, nonton drakor."
Tasya menggeleng-gelengkan kepala, pantas saja! Sudah, terima saja nasib burukmu wahai Bianca!
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Ari Fishing
baru baca udh ngakak gara-gara salah bangun 🤣🤣🤣
2024-05-22
0
Erina Situmeang
😂😂😂😂
2023-09-09
0
Starry💫
Daku mampir kemari Thor...
2023-07-28
0