NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Joseph Sebastian Abraham

Mentari pagi ini terlihat sangat cerah, panasnya terasa membakar ketika menyentuh kulit.

Pagi ini, Seorang gadis cantik bernama Marsha, tampak bahagia meskipun berdesakan saat naik bus.

Kulit putihnya yang terawat, rambutnya yang dicat blonde, kontras dengan pemandangan sekitar. Ini adalah pengalaman pertama gadis itu.

Marsha mengamati sekeliling, matanya mengedar membiak keramaian. Beberapa orang tampak berkeringat. Mulanya ia bisa menahan, tapi lama kelamaan pertahanannya tumbang juga.

'Bau,' pikirnya.

Ia mencoba menahan napas. Di waktu yang sama, tangannya refleks menutupi hidungnya.

Tampak beberapa orang memperhatikan sikapnya.

"Mbaknya gak terbiasa naik angkutan umum ya?" Seseorang mencoba menuduh dengan nada bertanya.

Seketika pertanyaan itu mengundang reaksi penumpang lainnya. Riuh, dan ricuh.

Air muka Marsha berubah takut. Takut dirinya disalahkan, dihakimi, lalu dikucilkan. Benar dugaannya.

"Kalau gak biasa turun aja Mbak!" seru penumpang lainnya, ikut memprovokasi.

Sontak seketika suasana menjadi riuh.

"Turun, turun, turun!" teriak penumpang lain bersamaan.

Mereka menyoraki Marsha.

Gadis itu hanya diam, sambil menundukkan kepalanya di tengah ramainya kerumunan orang-orang.

Tak lama kemudian salah seorang kondektur berjalan mendekati Marsha yang meski dengan mimik terkejut tetapi tetap diam.

"Mbaknya turun saja ya? Ketimbang ricuh, naik taksi saja," ujar kondektur bus memberi saran.

"Oke deh, Pak. Saya turun di sini," sahut Marsha, akhirnya ia pasrah.

Tentu saja ia pasrah, Marsha kalah suara. Sebenarnya tak heran jika ia bersikap seperti itu, sebab ini pertama kalinya ia jadi penumpang bus.

Marsha sedih, dan kecewa. Tetapi dengan begitu ia paham, jika ternyata di luar itu tak seramah di rumah nyamannya yang mewah. Dunia memang sekeras itu.

Beberapa saat kemudian setelah turun, Marsha menutupi wajahnya dari matahari siang yang mencoba membakar kulitnya. Silau? Mungkin.

"Sedang mencari tumpangan?" tanya sekaligus sapa seseorang yang membuat Marsha terkejut.

Suara itu, adalah suara yang biasa ia dengar setiap kali menonton live tiktok seseorang. Ya, itu suara yang sama. Sangat familiar.

"Pak Joseph ya, wah ... saya selalu nonton live Bapak loh, saya juga pakai semua produk Bapak," sahut Marsha yang tiba-tiba heboh, sok akrab lagi.

Joseph melongo mengamati.

Marsha biasanya gadis pendiam. Entah mengapa tiba-tiba bisa seramai itu seperti orang kerasukan saat berbicara dengan orang yang ia sukai.

Ya. Joseph Sebastian Abraham, serta pria tampan yang merupakan founder sekaligus CEO brand ternama. Ia terkenal lewat kanal media sosial ketika membantu anak buahnya menawarkan beberapa produk miliknya.

Wajah tampan dan kharismatiknya memang mampu menarik perhatian ibu-ibu muda dan para gadis kebanyakan. Siapa yang tidak jatuh hati, Joseph adalah seorang bos muda yang tersohor, terlebih ia diganrungi perempuan.

"Wah, penggemar saya rupanya. Masuk," sahut Joseph mempersilakan sembari membukakan pintu.

Ia memang lebih irit kata ketimbang Marsha, tetapi masih mengulas senyum yang melengkung indah di wajahnya. Membuat Marsha semakin canggung tentunya.

Senyuman Marsha yang semula lebar seketika pudar. Perlahan senyum itu hilang dari guratan wajah cantiknya. Ia sempat mengalihkan pandangannya ke sekeliling, ramai, dan semua orang sibuk. Tak seorangpun peduli.

Seolah membuatnya terpaksa menginjakkan kaki jenjangnya memasuki mobil sport berwarna hitam yang ditumpangi oleh Joseph kala itu.

Kini Marsha sudah duduk di sebelah Joseph. Mendadak, suasana menjadi hening. Marsha tak seriuh sebelumnya. Ia justru sering mengalihkan pandangan ke arah luar jendela.

Menghindari bertatapan, mungkin.

"Hey, aku harus manggil kamu apa? Kenalin, aku Joseph. Bukan sopir taksi, tapi aku mau antar kamu ke tempat tujuan kamu."

Lalu, setelah mendengar ditegur, Marsha memberanikan diri menoleh. Ya, meski jantungnya ingin melompat tak terkendali saat ini.

"Aku Marsha, mau ke hotel depan sana," sahut Marsha singkat.

Mendengar jawaban Marsha, kening Joseph berkerut. Entah apa yang ada di pikirannya kala itu.

"Hotel?" tanyanya mengulang, ragu mungkin.

"Ya, aku ada meet and greet dengan para pembacaku," jawabnya, kali ini rautnya terlihat serius meski nada suaranya terdengar rendah.

"Oke, maaf ya tadi sempat mikir aneh," ujar Joseph menimpali sambil tersenyum, sedangkan matanya tetap terfokus ke jalanan depan.

"Iya gak apa-apa."

"Kamu pakai parfum oud rouge ya? Gimana? Suka wanginya?" tanya Joseph dengan ekspresi mencari tahu.

Parfum itu memang diproduksi oleh perusahaan miliknya.

Marsha hanya menjawab dengan anggukan kepala saat itu. Entah mengapa, kini ia berubah menjadi seorang pendiam. Atau bahkan tersipu malu? Entah.

"Jam berapa meet and greetnya? Boleh saya datang?" tanyanya, sambil sesekali mencuri pandang ke arah Marsha.

Seolah sedang ingin menerka, seperti apa sebenarnya kepribadian gadis itu.

Tak biasanya Marsha bersikap acak seperti hari ini, tiba-tiba jadi riuh, tiba-tiba juga ia senyap menjadi seorang pendiam sejati. Salah tingkah, mungkin.

"Jam setengah sepuluh sampai jam sebelas siang, Pak," tutur Marsha.

Lagi, ia memilih untuk menghindari tatapan Joseph. Ada debaran aneh yang ia rasakan. Sehingga untuk bicara saja, kalimat dari bibirnya seolah tertahan.

"Hei, jangan panggil Bapak. Saya masih muda," ujar Joseph sambil tersenyum menggoda.

Menit setelahnya ia menatap jam di pergelangan tangannya.

"Nah sudah sampai, waktunya sepuluh menit lagi berarti ya, nama kamu tadi siapa? Saya mau datang ke acara kamu."

"Marsha. Dan ... terimakasih."

Keduanya saling menatap, hanya beberapa detik, menit setelahnya Joseph mulai mendekat, berusaha mengikis jarak, membuat Marsha refleks memejamkan matanya.

Melihat sikap gadis itu, Joseph terkekeh dibuatnya. Napasnya bahkan terasa menghangat saat mengenai wajah Joseph. Ia pun, ikut membeku sesaat. Mengamati pahatan indah di hadapannya.

Klik!

"Aku hanya mau bantuin kamu buka seat belt." Joseph berbicara sambil membukakan pintu untuk gadis itu setelahnya.

Marsha masih mematung, wajahnya memerah karena menahan malu.

"Terimakasih tumpangannya. Wah, saya gak tahu nih harus bayar dengan cara apa. Karena mungkin kalau gak dikasih tumpangan saya bakal telat," ungkap Marsha berkata jujur.

***

Acara berlangsung lancar. Usai memberikan sambutan singkat, acara dilanjutkan dengan penandatanganan buku.

Beberapa orang mengantre untuk meminta tanda tangan setelah membeli novel karya Marsha.

Gadis itu benar-benar sibuk, ia meunduk dan serius, membubuhkan tanda tangan serta coretan kata untuk penggemarnya.

Antrean panjang membuat Marsha terfokus pada buku yang ia tanda tangani.

'Huft, masih banyak. Semangat,' batinnya, menyemangati dirinya sendiri.

Tiba-tiba, di antrean selanjutnya, aroma parfum yang sama dengan yang ia kenakan menguar mendominasi. Membuat bau keringat orang-orang menjadi tersamarkan.

Seketika, Marsha menghirup udara dalam-dalam sembari memejamkan matanya sejenak. Ya, ia memang suka parfum beraroma mawar itu.

"Kamu suka oud rouge ya, aku bawain buat kamu. Sekaligus minta tanda tangan ya, sekarang ... gantian, aku yang akan jadi penggemar kamu," cetus Joseph.

Marsha terkejut.

Suaranya membuat Marsha langsung membuka mata dan mendongak menatapnya.

"Wah, Pak Joseph. Kita ketemu lagi, ya. Terimakasih sudah mau datang." Marsha tersenyum.

Seperti memiliki magnet, Marsha rupanya membuat Joseph penasaran. Ingin bertemu lagi, dan lagi.

"Aku gak nyangka kamu penulis terkenal, boleh dong nonton filmnya bareng besok malam," tandasnya menawarkan diri.

Entah apa yang dilakukannya, sebenarnya ia tidak pernah melemparkan pujian untuk wanita manapun, entah ibu atau kakak perempuannya sekalipun. Tapi kali ini ia berbeda, seperti sedang berusaha.

Senyum Marsha memudar, wajahnya berubah tegang menatap Joseph sembari meraih buku dari tangan pria tampan itu.

"Boleh, anggap saja hadiah dari saya karena tadi sudah memberikan tumpangan." Marsha berbicara seraya menggoreskan penanya di atas kertas, di bagian akhir novel karya miliknya.

"Jangan lupa cantumkan nomor hp," sergah Joseph, membuat Marsha kembali menatap ke arahnya sambil tersenyum kecil.

Di waktu yang sama, seorang pria berseragam serba hitam, berlari mendekat ke arah Marsha dengan napas yang masih memburu.

"Mbak, Marsha. Saya disuruh jemput sama Bapak, katanya akan ada tamu spesial, Mbak Marsha harus tepat waktu. Nanti saya bisa dipecat," seloroh pria itu dengan ekspresi panik.

Marsha langsung menoleh ke arah sopir pribadi ayahnya sembari menghela napas berat. Pertanda ia frustrasi atas kedatangannya.

"Apa, Pak Jo? Saya masih sibuk, bilang saya masih sibuk! Tamu siapa sih sampai segitunya," cerocos Marsha.

Raut wajahnya berubah muram.

"Calon suaminya Mbak Marsha, orangnya ganteng, tinggi besar, sepertinya orang jepang!"

Marsha dan Joseph saling pandang. Entah apa yang mereka rasakan setelah mendengar kabar itu. Tapi yang jelas, Marsha menunjukkan ekspresi tidak sukanya. Berita itu, benar-benar ... mengejutkan.

Bersambung....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!