Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BEREAKSI
Rumah kuno peninggalan kolonial Belanda tampak berdiri kokoh dihadapannya. Meski tampak rapi dan terawat, namun kesan suram dan mencekam tak bisa tertutupi, apalagi menjelang tengah malam seperti ini.
Begitu kakinya menginjak halaman rumah , entah kenapa Nayla merasakan perasaan familiar yang hangat, berbanding terbalik dengan kesan pertama ketika mobil memasuki halaman rumah.
“Kenapa aku merasa nyaman berada disini. Apa ini berarti, aku telah bisa menerima semuanya dengan lapang dada ”
Apa yang Nayla rasakan juga tengah dirasakan oleh mbah buyut yang telah membukakan pintu untuk menyambut kedatangan cucu buyut yang sudah sejak lama di nantikannya.
Begitu melihat sosok Nayla, mbah buyut tak bisa menyembunyikan tangis harunya, “Cucu buyutku”, ucapnya sambil memeluk Nayla dengan erat.
Nayla menyambut hangat satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Meski raga ini bukan miliknya, tapi jiwa Nayla yang mendiami tentu sangat terharu akan pertemuan ini.
“Maaf, maafkan mbah buyutmu ini yang terlambat menemukanmu hingga mbah buyut terpaksa membawa jiwamu masuk kedalam raga ini agar kamu tetap bisa hidup”, ucap mbah buyut sambil berderai air mata.
Telunjuk Nayla dengan lembut mengusap air mata yang jatuh ke pipi yang telah keriput itu sambil tersenyum hangat.
“Semua yang terjadi adalah takdir, begitu juga dengan pertemuan kita ini, jadi mbah buyut tak perlu merasa bersalah”, ucap Nayla penuh ketulusan.
Winata membiarkan kedua orang beda generasi tersebut melepas rindu sejenak sebelum mereka kembali membahas masalah yang lebih berat nantinya.
Kwaaak kwaaak kwaaak
Bunyi teriakan burung gagak diatap rumah menyudahi percakapan antara mbah buyut dan Nayla. Keduanya pun bergegas menuju sebuah ruangan yang akan dijadikan ritual malam ini.
Sebagai penerus mbah buyut, jiwa Nayla tak terlalu sulit untuk menjalani berbagai macam ritual yang memakan waktu kurang lebih dua jam tersebut dengan sangat lancar.
Kini, jiwa dan raga Nayla telah bersatu sepenuhnya sehingga pengangkatan kutukan pada diri Azzam pun bisa segera dilakukan.
“Kamu cari dulu barang yang Azzam bawa didalam tubuhnya diwaktu-waktu yang mbah buyut sebutkan tadi. Setelah benda itu ketemu, kamu bisa segera menuju ke alas purwo untuk membawa kembali jiwa Azzam dari cengkeraman badarawuhi. Mbah buyut akan membantumu dari sini”
Nayla mengangguk paham akan semua instruksi yang diberikan oleh mbah buyutnya dan juga telah menghafalkan waktu-waktu yang baik untuk dia melakukan pencarian tersebut karena hanya diwaktu-waktu tertentu, kekuatan gelap yang mengikat tubuh Azzam melemah dan kesempatan baik itu bisa dipergunakan untuk Nayla menjalankan misinya.
Begitu semua hal yang diperlukan telah selesai, Nayla pun pamit undur diri dan berjanji akan kembali menemui mbah buyutnya itu begitu misi ini telah berhasil dia selesaikan.
________
Sementara itu di negeri Sakura, malam ini jantung Nayla yang ada dalam tubuh Gisel kembali melemah.
Jika diteruskan seperti ini maka kemungkinan nyawa Gisel melayang pun semakin cepat. Kondisi ini tentu saja membuat dokter yang merawatnya merasa sangat khawatir.
Tak ingin nantinya disalahkan, dokter yang merawatnya pun segera memberitahukan kqabar terbaru mengenai kondisi terakhir Gisel tersebut kepada Lucas, agar pria itu bisa secepatnya datang kerumah sakit untuk memberikan keputusan.
Lucas yang sedang pusing dengan berbagai macam urusan dikantor pun untuk sementara hanya meminta dokter untuk mengupayakan semua tindakan yang terbaik terlebih dahulu sebelum dia bisa meluangkan waktu untuk pergi kesana.
Dokter yang mengerti kesulitan Lucas pun hanya memberi waktu paling lama dua minggu, lebih dari itu maka dia akan angkat tangan mengenai kondisi Gisel.
Meski berat namun Lucas hanya bisa setuju dengan pengaturan yang dibuat oleh dokter itu untuknya.
Setelah menutup telepon dari dokter yang merawat kekasihnya, Lucas kembali fokus pada semua berkas yang ada dihadapannya.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja semua proyek yang sedang berjalan memiliki masalah yang cukup serius sehingga terpaksa perusahaan harus menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk menutupinya.
Hal ini tentu saja membuat kepala Lucas terasa mau pecah. Apalagi perawatan untuk Gisel dinegeri sakura jumlahnya cukup fantastis.
Jika kondisinya tetap buruk seperti ini maka Gisel harus kembali menjalani transpalasi jantung baru, dan hal itu tentunya membutuhkan biaya yang tak sedikit.
Mengambil dana dari perusahaan jelas tak mungkin karena saat ini para anggota direksi dan pemegang saham tengah mengawasinya, berusaha menilai apakah dia layak untuk menduduki posisi CEO perusahaan tersebut atau tidak.
Hal sekrusial ini tentu saja tak bisa membuat Lucas bertindak gegabah dan membiarkan kesalahan kecil menghancurkan rencana besar yang telah dia buat.
Pulang dari kantor, Lucas berjalan gontai kearah kursi yang ada di pojokan kamar, tepat mengarah kearah balkon kamar.
Jas dia buka dan campakkan begitu saja di lantai. Setelah duduk dia merogoh kantung nya dan mengeluarkan sebungkus rokok, dia ambil satu dan hisap dalam-dalam.
Kepalanya penat akibat permasalahan yang terjadi dikantor dan juga mengenai kondisi Gisel saat ini.
Lucas duduk sambil menyilangkan kaki, mendongak sambil menatap langit-langit kamar sambil menghembuskan asap rokoknya ke atas dengan bentuk lingkaran.
Plup plup plup...
Asap rokok berbentuk lingkaran yang dia hembuskan dengan perasaan rumit. karena kepalanya sangat penat, Lucas terus melepaskan asap rokok keatas dengan insentitas semakin cepat, membuat asap rokok dengan cepat segera memenuhi ruangan.
Uhuk uhuk uhuk
Lucas terbatuk sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, dan kedua matanya terasa panas akibat asap yang entah sejak kapan sudah memenuhi ruangan.
Ia berusa membuka pintu balkon untuk menghirup udara segar, namun sekeras apapun upayanya, knop pintu sama sekali tak bergerak, membuatnya memutar badan dengan cepat dan berlari menuju kamar mandi.
Brak!
Begitu pintu kamar mandi tertutup, Lucas segera mengisi paru-parunya dengan udara secara rakus.
Wajahnya yang tadi memerah karena menahan nafas kini telah kembali normal seperti sedia kala. Begitu nafasnya stabil, diapun bangkit dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci mukanya agar segar.
Begitu dia menatap wajahnya, cermin didepannya retak dan disela-sela retakannya ada darah segera merembes keluar.
Lucas menyentuh cairan merah tersebut demi meyakinkan dirinya jika cairan merwarna merah tersebut benar darah atau bukan.
Cairan merah itu Lucas pengang, ia endus dan aroma anyir menguar, membuat matanya terbelalak dan tubuhnya bergetar ketakutan.
Diapun segera berlari keluar dari kamar mandi begitu darah segar semakin banyak keluar dari sela-sela retakan wastafel dan hingga terciprat kelantai kamar mandi, membuat kondisi salam kamar mandi terlihat sangat mencekam.
Lucas berlari keluar dengan panik dan bergegas menuju nakas, mencari obat dilaci nakas dengan tubuh bergetar.
Mimpi-mimpi buruk mengenai kondisi mengenaskan Nayla yang penuh dengan darah membuat Lucas langsung teringat akan peristiwa mengenaskan tersebut begitu dia melihat darah muncul diretakan kaca wastafel tadi.
Bayangan wajah Nayla yang menyedihkan membuat rasa bersalah dalam dirinya semakin besar.
Apalagi kabar yang mengatakan jika jantung Nayla menolak tubuh Gisel membuatnya semakin tertekan.
Jika dia tahu sejak awal jika ada alternatif lain mengenai donor jantung seperti yang dokter katakan tadi, mungkin dia tak akan membuat kesalahan yang fatal seperti ini.
Namun nasi sudah menjadi bubur, mimpi buruk dan rasa bersalah itu terus menghantuinya, membuat kesehatannya menurun, baik secara fisik maupun secara psikisnya.
Setiap kali dia memejamkan mata, bayangan kesakitan Nayla bagai kaset yang terus berputar di otaknya.
Beberapa temannya menyarankannya untuk pergi ke psikiater, namun Lucas tak mau karena dia menganggap jika orang yang pergi ke psikiater hanya orang gila, sementara dirinya tidak.
Alhasil, Lucas hanya bisa mengkonsumsi obat penenang yang dibelinya secara ilegal karena tanpa resep dokter, dia tak akan bisa membelinya di apotik.
Tak ada yang tahu kondisi Lucas karena dia bisa menyembunyikannya dengan apik, dihadapan orang tua dan semua orang yang mengenalnya.