NovelToon NovelToon
Kehidupan Kedua

Kehidupan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.

Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.

Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.

Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?

*

Ig: aca0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Pagi ini setelah pertengkaran singkat dengan Erlan tadi malam, Siena bangun lebih awal, memakai baju olahraga dan topi, ia berlari mengelilingi taman yang tidak begitu jauh dari mansion.

Siena sudah berlari sebanyak tiga putaran dan berlanjut untuk putaran ke empat.

"Hai, sea!" Nando tiba-tiba datang dan berlari beriringan dengannya.

"Kau! Kenapa bisa ada disini?" Tanya Siena setengah melotot.

" Aku tinggal di rumah besar yang ada di seberang taman ini. Bagaimana kalau sehabis olahraga kau mampir dulu ke rumahku?" Nando balik bertanya, bibirnya tidak berhenti tersenyum yang membuat Siena bergidik ngeri.

"Tidak, terimakasih." Tolak Siena masih bersikap sopan.

"Kenapa?" Nando terus mengikuti Siena.

"Aku harus pulang."

"Sebentar saja, Siena. kita sarapan bersama lalu setelahnya kau bisa pulang. Bagaimana?" Nando kembali bertanya, tidak menyerah begitu saja.

"Maaf, aku terbiasa sarapan bersama suamiku."ujar Siena menekankan kata suami, sebagai peringatan untuk Nando agar tidak menggangu istri orang. Siena yakin dengan wajah tampan dan hartanya, tidak akan sulit bagi Nando untuk mendapatkan wanita lain yang masih lajang.

"Ayo menikah,"

Astaga! orang gila ini, benar-benar keras kepala. Siena berhenti, lama-lama muak juga dengan Nando yang bermuka tebal dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Berhenti mengikutiku. Aku tidak mengenalmu!" Bentak Siena menatap tajam,

"Aku tahu kau masih marah. Tapi, ayolah, Alvaro memang seharusnya mati," Ujar Nando tanpa rasa bersalah, lalu tangannya dengan sangat berani meraih tangan Siena dan menggenggamnya, "lupakan dia, ya? Ayo kita menikah."

"Orang gila! Aku lebih baik mati bersama Alvaro daripada harus menikah dengan pembunuh sepertimu!" Berang Siena menyentak kasar tangannya hingga terlepas dari genggaman Nando.

"Siena," Geram Nando, rahangnya mengeras, matanya menjadi lebih dingin, "Jangan katakan itu lagi, aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

"Aku akan bunuh diri kalau kau berani menemuiku lagi." Ancam Siena, hanya sekedar ancaman karena tentu Siena tidak akan berani melakukannya.

"Jangan mengikutiku!" Siena berkacak pinggang, kemudian berbalik pergi dan berlari keluar taman. Dosa apa yang pernah ia lakukan sehingga di kehidupan kedua nya pun tidak bisa tenang, orang-orang di sekitarnya saat ini bahkan lebih gila daripada Bela dan Bara.

Kalau tahu begini, lebih baik ia tidak pernah hidup lagi. Hidup Siena ternyata lebih rumit daripada yang selama ini terlihat di berita-berita.

Sambil berlari Siena sesekali masih menoleh ke belakang. Nando tidak mengikutinya dan itu membuat nya sedikit lega.

" Apa aku harus pergi keluar negeri untuk menghindari nya?" Monolog Siena sambil terus berjalan melewati gerbang mansion. Meskipun mansion ini memiliki penjagaan ketat, Siena tidak yakin bisa aman dari Nando mengingat pria itu tinggal tidak jauh dari taman.

"Nyonya," Popy menundukkan kepala saat Siena berjalan melewatinya.

"Apa Erlan sudah berangkat?" Tanya Siena duduk di meja makan, ia mengambil segelas air putih dan menandaskan dalam sekali teguk.

"Sudah, Nyonya."

Siena mengetukkan telunjuk di dagunya, berpikir sejenak bagaimana cara menjauhkan Erlan dari Cindy.

"Ah, daripada memikirkan itu lebih baik aku memasak sesuatu," gumam Siena bangkit dari duduknya, ia berjalan ke dapur dengan baju olahraga yang masih melekat di tubuhnya. Siena membuka kulkas besar di sudut dapur, memeriksa bahan makanan.

Mata Siena langsung berbinar melihat ada begitu banyak daging berkualitas tinggi, baru saja tangannya hendak mengeluarkan satu bungkus daging, ponsel di sakunya berdering.

"Siapa sih yang nelpon?" Decaknya kesal, tak urung mengeluarkan ponsel dan melihat siapa yang mengganggunya.

Matthew is calling.

Asisten pribadi Erlan, untuk apa dia menelpon Siena? Dengan setengah hati Siena menekan tombol hijau di layar, menyalakan loud speaker.

"Hallo..." Sapa Siena,

"Hallo, selamat pagi Nyonya. Saya ingin mengabarkan Tuan Erlan masuk rumah sakit-"

" Erlan kenapa? Di rumah sakit mana dia sekarang?" Potong Siena cemas.

" Rumah sakit Grich, nyonya."

"Baiklah, saya akan kesana." Siena memutuskan sambungan telepon kemudian bergegas keluar.

"Ke rumah sakit Grich, pak." Perintah Siena kepada supir yang biasa bertugas mengantarkan nya.

"Baik, Nyonya."

Siena menjadi sangat khawatir. Saat ini, ia sudah melupakan kata-kata menyakitkan yang Erlan lontarkan tadi malam. Yang Siena inginkan adalah melihat pria itu sekarang dalam keadaan yang baik-baik saja.

Sesampainya di rumah sakit Siena langsung berlari menghampiri Matthew yang sudah menunggu di lobi. Pria yang satu tahun lebih muda dari Erlan itu membawa Siena ke dalam salah satu kamar VIP.

Erlan terbaring di atas ranjang, dapat Siena lihat perban yang melilit tangan kanannya dan juga keningnya yang di plester. Erlan sudah sadar, ia menatap Siena sekilas.

"Apa yang terjadi? Kenapa Erlan bisa luka-luka begini?" Tanya Siena duduk di kursi yang di sediakan.

" Ada perbaikan di lantai dua kantor, Nyonya, lalu tak sengaja salah satu materialnya menimpa tuan." Matthew menjelaskan.

Siena mengamati tangan Erlan yang di perban, tidak biasanya Erlan terluka. Saat ini, tiba-tiba saja Siena ingat dengan Nando, mungkinkah dia yang sudah bergerak untuk mencelakai Erlan?

"Saya permisi, tuan, nyonya." ucap Matthew untuk pamit keluar.

Pintu tertutup dari luar, Siena duduk diam tanpa ada keinginan untuk memulai pembicaraan. Pikirannya melalang buana pada sosok Cindy dan Nando.

" Sepertinya kau sudah baik-baik saja, kalau begitu aku pergi dulu." kata Siena seraya berdiri.

Erlan tidak menanggapi dan hanya menatap Siena datar.

" Nanti siang aku kesini," ucap Siena, lalu segera pergi. Siena harus harus menemui Nando atau Cindy, dan kalau bisa akan bernegosiasi dengan mereka. Siena harus memastikan mereka tidak membahayakan orang-orang terdekatnya, keluarga Calliope ataupun Erlan yang saat ini adalah suaminya.

...***...

Jangan lupa like, komen dan vote...

1
Alisya Yeppeumnida
terlalu murahan kerakter Siena nya
Velita Muharto
bagus lanjut dong thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!