"Zivanna aku menikahimu karena ingin balas dendam kepada ibu mu. Bukan karena aku mencintaimu," Devan mencengkeram kuat dagu gadis itu, lalu dihempaskan kelantai kamar dengan kasar.
"Aa--aa--apa! Bukanya selama ini kakak mencintai ku?" tanya Zizi tergagap di sertai air matanya.
"Cih, cinta kata mu! Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku melakukannya agar bisa menjalankan misi balas dendam ku. Apa kamu sudah mengerti sekarang,"
Namun, ketika dia hamil mampukah Zizi mempertahankan anaknya? Sementara dia harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Sedangkan Devan sudah mengancamnya. Apabila dia hamil, maka anak itu akan lelaki itu lenyap kan. Kira-kira Zizi akan tetap tinggal di rumah mewah Devan atau mengugurkan kandungan nya? Atau dia memilih pergi bersama bayi dan penyakit yang di deritanya?
Penasaran sama ceritanya? Yuk langsung ke bab selanjutnya.🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang kendali.
🌷🌷🌷🌷🌷
.
.
"Dari mana saja kamu jam segini baru tiba di rumah? Apa kamu tahu sekarang sudah jam berapa?" bentak Devan karena Zizi baru sampai di rumah pukul sepuluh kurang enam menit.
"Ma--maf, Tuan. Sa--saya baru selesai bekerja. Makanya saya baru tiba di rumah." ucap gadis itu tergagap di sertai oleh air matanya.
"Alasan saja, sekarang ayo ikut aku," tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu Devan langsung saja menarik tangannya dengan kasar dan di bawa masuk kedalam lift menuju lantai atas dan meninggalkan Fiona begitu saja di ruang keluarga.
Walaupun, perempuan itu ingin marah melihat Devan mengabaikan dia setelah melihat kedatangan Zizi. Tapi demi mendapatkan cinta Devan, dia rela memendam kemarahan nya.
Begitu keluar dari lift Devan kembali lagi menyeret Zizi masuk kedalam kamar gadis itu dan mengunci pintunya.
"Sakit kak!" sentak Zizi yang sudah tidak bisa berpura-pura harus memanggil Devan dengan sebutan tuan.
"Apa! Berani sekali kamu memangil ku, kakak. Apakah hukuman yang aku berikan waktu itu tidak membuat mu, jera?" lelaki itu melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar sehingga membuat Zizi terjerambah di atas lantai.
"Auuuuh!" rintih Zizi kesakitan karena lututnya lecet dan mengeluarkan darah meskipun tidak banyak.
"Jadi selama aku tidak ada, seperti ini kelakuan, mu. Pergi pagi lalu tengah malam baru pulang. Ayo mengaku, Fiona sudah melaporkan semuanya." ucap pria itu penuh emosi mengigat ucapa sahabatnya tadi.
"Iya, aku memang pergi pagi dan baru pulang sekarang. Tapi aku pergi kuliah dan bekerja di luar sana bukannya pergi jalan-jalan." jerit Zizi berdiri dari lantai lalu memberanikan untuk membela dirinya yang di perlakukan tidak adil oleh Devan.
"Wah, wah ternyata kamu sudah berani membentak, ku. Jadi benar kamu selalu pulang tengah malam selama aku tidak ada! Ayo katakan berapa para pria belang itu membayar tubuh, mu. Aku akan membayar sepuluh kali lipat dari pada mereka. Asalkan kamu bisa memuaskan aku malam ini." sergah Devan sebelum tangan Zizi melayang di pipi mulusnya.
Plaaak...
"Jika saya sebutkan berapa bayaran tubuh, saya. Maka Anda tidak akan sanggup membayarnya. Apa Anda tahu kenapa Tuan Devan yang terhormat? Karena tubuh ini hanya milik suami saya. Bukan untuk diperjual belikan. Satu lagi, jika Anda bertanya kenapa saya pulang tengah malam seperti ini. Jawaban nya adalah karena saya harus bekerja untuk membiayai kuliah dan makan, saya." ucap Zizi sambil menunjuk muka Devan dengan jari tangannya.
Gadis itu sudah hilang kendali sehingga dia tidak sadar telah menampar Devan dan memaki suaminya itu.
Mendengar ucapan Devan yang menyebut dia menjual tubuhnya membuat emosi Zizi meluap begitu saja. Sedangkan Devan yang mendapatkan tamparan geratis beserta makian hanya bisa termangu sembari memegang pipinya yang terasa panas.
Seumur-umur lelaki itu tidak pernah mendapat tamparan dari siapapun. Tidak ada yang berani menantang nya apalagi saat dia marah seperti sekarang.
Zizi yang melihat Devan tidak mencekik lehernya atau apapun itu guna membalasnya, kembali lagi mengeluarkan apa yang dia rasakan di dalam hatinya selama menjadi istri kakak tirinya itu.
"Saya bekerja sampai larut malam karena suami saya tidak bertanggung jawab untuk membiayai semua kebutuhan, saya. Jadi meskipun saya menjual tubuhku di luar sana itu bukan hak nya." ucap Zizi dengan nafas naik turun menahan sakit bila mengingat perselingkuhan suaminya. Dari rasa cemburu itulah dia memiliki keberanian menentang Devan.
"Heh, kamu pikir aku akan percaya begitu saja pada anak wanita yang sudah merebut suami sahabatnya sendiri demi kehidupan mewah." Devan tergelak melihat keberanian istri kecilnya itu yang membuat dia semakin tertantang untuk bertambah menyakitinya.
"Ibu, ku tidak pernah merebut suami siapapun. Jadi jaga ucapan Anda." sergah Zizi hendak meninggalkan kamar itu. Namun, pergelangan tangannya sudah lebih dulu di cekal oleh Devan lalu di tarik kearah ranjang tempat tidurnya.
Tiba di sana lelaki itu langsung mendorong tubuh Zizi lalu menindihnya dengan tangan yang sudah melepaskan paksa pakaian wanita itu. Jerit dan makian Zizi sudah tidak dia dengar, yang ada di dalam hati maupun pikirannya hanya memberi gadis itu pelajaran karena sudah berani menantang nya.
"Lepaskan!" Zizi terus menarik tangannya dengan paksa. Namun, bukanya terlepas justru Devan semakin mengeratkan cengkeraman tangannya dan mencumbu istrinya dengan paksa. Padahal jika dia meminta haknya baik-baik gadis itu pasti akan kembali melayaninya seperti yang sudah-sudah.
"Diam! Bukanya kamu bilang tubuh mu ini hanya milik suamimu. Jika benar begitu ayo layani aku." kata Devan mulai melahap bibir ranum yang sudah membuatnya candu, karena selama berada di luar negeri dia tidak menemukan rasa bibir yang sama seperti milik sang istri.
Menyadari Zizi tidak berontak lagi Devan baru melepaskan cengkraman tangannya dan mulai menyentuh gadis itu seperti saat dia mengambil kehormatan nya beberapa minggu yang lalu.
Meskipun, di mulutnya menolak tapi tidak dengan hatinya. Di dalam hati gadis itu tidak bisa di pungkiri jika dia memang sangat merindukan sosok Devan begitu pula sentuhannya.
Meskipun rasa sentuhan itu sudah tidak sama lagi seperti pertama kali tubuhnya di jamah oleh Devan. Entah karena rasa kecewa atau hal lain Zizi juga tidak tahu.
Akan tetapi tidak dengan Devan. lelaki itu malah merasa sangat puas walaupun Zizi tidak membalas ciuman maupun sentuhannya. Berhubungan badan bersama istrinya, baru dia mendapatkan kepuasan maupun kenikmatan dunianya.
"Aaakkh!" Devan mendesah nikmat begitu tabung lelenya sudah menerobos masuk ke tempatnya. Lalu dia diamkan sesaat untuk memberi ruang pada Zizi yang menangis di bawah Kungkungan nya.
"Tidak usah menangis, aku akan membayar, mu sepuluh kali lipat" kata Devan sebelum dia mulai acara tabur menabur. Bukanya diam tapi justru Zizi semakin mengis mendengar Devan akan membayar nya.
Tapi sayang lelaki itu tetap tidak peduli dengan air matanya. Yang ada dia semakin memberikan hentakan agar tabung lelenya bisa masuk semua kedalam lembah milik Zizi yang tetap terasa sempit.
"Aaakkh!" Oh shiiit kenapa rasanya nikmat sekali. Di luar negeri kemarin entah mengapa aku tidak bisa menikmati permainan nya. Tapi ini---"
Rutuk Devan di dalam hati sambil merasakan nikmat pada tabung lelenya yang sedang berjuang untuk kembali menabur bibit lelenya lagi.
Sampai satu jam kemudian barulah Devan mengerang panjang menandakan jika dia sudah sampai pada puncak nirwana nya.
"Aaaakkkh" dengan nafas tidak beraturan Devan tumbang di atas tubuh istrinya yang juga ikut mengerang.
Setelah merasa lebih baik Devan menarik tabung lelenya dengan limpahan lahar panas dia dan istrinya yang sudah bercampur menjadi satu.
"Bersihkan tubuh mu, setelah itu baru tidur. Dan ingat jangan lupa minum obat pencegah kehamilan nya. Jika kamu sampai hamil, tidak hanya anak mu yang kuhabisi tapi juga nyawa mu. Aku tidak sudi memiliki keturunan dari wanita seperti, mu." ucap Devan sebelum dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh polosnya.