Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Momen yang Terulang
Dona menatap Angga dengan keraguan yang tersirat di matanya. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Angga menghela napas dalam dan memutuskan untuk berkata lebih jujur. "Dona, aku tahu mungkin suasananya kurang tepat, tapi aku pengen jujur sama kamu. Sebenarnya aku sudah lama memerhatikan kamu. Aku suka kamu. Itu alasan kenapa aku ada di sini, kenapa aku khawatir."
Dona terkejut, kata-kata Angga membekukan sejenak pikirannya. Ia mengalihkan pandangannya, berusaha mengatasi perasaan campur aduk yang tiba-tiba menyeruak. Ia benar-benar tak menyangka Angga akan menyatakan cinta padanya. Malam semakin sunyi, hanya suara hembusan angin dan langkah kaki pejalan kaki yang sesekali melintas di kejauhan.
"Kak Angga... aku menghargai perhatianmu, tapi ini tiba-tiba sekali," jawab Dona pelan, matanya menunduk.
Angga tersenyum tipis, mencoba mengurangi ketegangan. "Aku tahu. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk bicara soal perasaan, tapi sekarang yang terpenting adalah memastikan kamu pulang dengan aman. Setelah ini, kita bisa ngobrol lagi kalau kamu mau."
Dona menghela napas panjang, akhirnya mengangguk. "Baiklah, terima kasih, Kak."
Angga membuka pintu mobil untuknya, lalu mereka berdua masuk. Sepanjang perjalanan, tak banyak kata yang terucap, hanya ada keheningan yang diwarnai perasaan canggung dan hangat. Di dalam hati, Dona tahu perasaan Angga membuat segalanya terasa lebih rumit, tapi di sisi lain, ia merasa aman di dekatnya.
***
Ello sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku ketika Ziel tiba-tiba berlari menghampirinya. Mata bocah itu berbinar penuh semangat, dan senyum lebar terpampang di wajahnya.
“Om Ello!” Ziel memanggil dengan nada ceria, menarik perhatian Ello dari bukunya.
“Ada apa, Ziel?” tanya Ello sambil tersenyum, menutup bukunya.
“Ayo kita ke taman! Aku ingin main di sana, dan aku mau Tante Diandra ikut juga,” kata Ziel dengan mata bersinar. Diandra yang berada di dekat pintu, baru saja dari luar melihat taman bunga, menatap ke arah mereka dan tersenyum tipis menghampiri mereka.
Ello menghela napas, menatap Ziel dengan alis sedikit terangkat. “Kenapa Om Ello? Kenapa bukan Papa atau Mama yang mengajakmu?” tanyanya, berharap bisa mengalihkan permintaan Ziel.
Ziel menatap Ello dengan ekspresi serius yang tidak biasa untuk anak seusianya. "Papa dan Mama jarang punya waktu berdua, Om. Papa selalu sibuk, dan kalau Ziel ikut, Ziel jadi mengganggu mereka," jawabnya dengan polos tapi dalam.
Ello tertegun, kehabisan kata. Diandra juga terlihat terkejut, lalu senyumnya muncul perlahan, terkesan dengan pemikiran matang dari anak sekecil itu. “Kamu benar-benar anak yang perhatian, Ziel,” katanya dengan nada lembut, membelai rambut bocah itu dengan sayang.
"Ayolah, Om Ello! Hanya sebentar,” rengek Ziel, menggoyangkan lengan Ello.
Ello menatap keponakannya itu, lalu beralih memandang Diandra yang tersenyum simpul melihat interaksi mereka. "Diandra, kamu mau di ajak bocah ini ke taman?" tanyanya.
Diandra hanya mengangguk dan tersenyum tipis menunjukkan kesediaannya untuk ikut.
Ello menghela napas, tak mampu menolak rengekan Ziel yang menatapnya dengan mata berbinar penuh harap. “Baiklah, tapi hanya sebentar saja ya. Om Ello harus masuk shift sore nanti,” jawab Ello akhirnya, tak mampu menolak tatapan penuh harap Ziel.
“Yay! Terima kasih, Om!” Ziel berseru kegirangan, berlari-lari kecil mengitari ruangan. Diandra tertawa kecil melihatnya, lalu menatap Ello dengan mata berbinar.
Diandra tersenyum lembut melihat antusiasme Ziel. "Kamu benar-benar tahu cara meyakinkan Om Ello, ya, Ziel," ujarnya bercanda. Ziel hanya tersenyum polos, tak menyadari betapa bijaknya jawaban yang baru saja ia lontarkan.
Ello mengangguk, berusaha menyembunyikan senyum kecilnya. “Kalau begitu, mari kita bersiap-siap,” katanya sambil bangkit berdiri. Di hatinya, perasaan hangat selalu tumbuh, saat menyaksikan betapa Ziel mengisi hidup mereka dengan keceriaan yang tulus.
Ziel melompat kegirangan, sementara Diandra menatap Ello dengan pandangan yang seakan memahami perasaan rumit yang terpendam di matanya. Dan untuk sesaat, dunia seakan tenang, hanya diisi oleh tawa Ziel yang riang dan senyuman hangat yang mulai merekah di wajah Diandra.
***
Taman sore itu dipenuhi suara tawa anak-anak dan kicau burung. Ello, Diandra, dan Ziel tampak seperti keluarga kecil yang tengah menikmati waktu bersama. Orang-orang yang lewat sering melirik mereka dengan senyum simpul, mengira mereka sekeluarga. Terlebih karena wajah Ziel, yang memiliki kemiripan dengan Ello, menambah ilusi itu.
"Om Ello, lihat ini!" Ziel berteriak, menunjukkan cup es krimnya sebelum menjilatnya dengan riang. Ello sedang menikmati es krimnya sendiri ketika Ziel mendekat dan, dengan iseng, mendorong cup es krim Ello. Akibatnya, es krim itu menyentuh hidung Ello, meninggalkan noda manis di sana.
"Ziel!" Ello mengelap hidungnya dengan tertawa gemas, sementara Ziel melompat mundur sambil terkekeh. "Tangkap aku kalau bisa!" Ziel melambaikan tangan, berlari mengitari taman dengan langkah lincah.
"Tunggu kau!" Ello mengejar Ziel, langkah-langkah kakinya berpacu di antara gelak tawa yang memenuhi udara.
Diandra tertawa kecil melihat tingkah Om dan keponakan itu. Ziel berlari zigzag, melompati semak-semak kecil, dan akhirnya berhenti mendadak di depan Diandra.
Saat Ello mendekat, Ziel dengan cepat menjulurkan kakinya, membuat Ello tersandung dan kehilangan keseimbangan. Waktu seolah melambat saat Ello jatuh ke arah Diandra yang berdiri terkejut. Dalam sekejap, mereka berdua terjatuh ke rumput, dengan posisi Diandra di bawah Ello. Diandra tertawa kecil meski terkejut, sementara Ello berusaha menahan tawa dengan posisi mereka yang canggung.
Adegan itu memutar kembali memori Ello ke masa lalu, ke sebuah momen serupa bersama Diana dan Ziel. Rasanya seakan Diana hadir di sana, tapi kenyataan segera menyusul. Ello menatap wajah Diandra yang tersenyum malu-malu di bawahnya, hatinya bergejolak antara rasa bersalah dan nostalgia yang tak terhindarkan.
"Maaf... aku nggak sengaja," ucap Ello pelan, menatap mata Diandra yang membalasnya dengan tatapan lembut dan penuh pengertian.
Ziel berdiri di samping mereka, terkikik penuh kemenangan. "Kena, Om Ello!" teriaknya riang, tak menyadari emosi yang bergulir dalam hati Ello.
"Ziel... tunggu sampai aku menangkapmu!" Ello menggeram penuh canda, kembali mengejar keponakannya yang berlari lincah di antara pohon-pohon taman. Ziel tertawa riang, suaranya memantul di udara pagi, menambah semarak suasana. Diandra berdiri memandang mereka dengan senyum hangat, hatinya dipenuhi kehangatan yang sulit dijelaskan.
Melihat Ello dan Ziel berkejaran seperti itu, perasaan bahagia merambat pelan ke dalam dirinya. Udara pagi yang sejuk, tawa anak-anak, dan wajah Ello yang ceria membuat momen ini terasa sangat hidup. Tanpa disadari, Diandra merasakan sesuatu yang mengalir di pipinya. Ia menitikkan air mata. Bingung dengan perasaannya sendiri, ia menyentuh pipinya yang basah dan tertawa kecil di tengah isak yang samar.
"Kenapa aku menangis?" gumam Diandra pada dirinya sendiri, setengah heran, setengah tersentuh. Hatinya terasa penuh, seolah ada kekosongan yang perlahan terisi. Momen ini, meski sederhana, memberikan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ada kebahagiaan dalam kebersamaan itu, kebersamaan yang membuatnya merasa seolah ia akhirnya menemukan sesuatu yang telah lama ia cari.
Ello yang sempat melihat Diandra dari kejauhan berhenti sejenak. Wajah Diandra yang basah oleh air mata dan senyum yang tetap terukir di sana membuat dada Ello berdesir. Ada sesuatu yang berbeda dalam momen itu, sesuatu yang membuatnya ingin menjaga senyuman itu selamanya. Namun, ia segera kembali fokus ketika Ziel memanggilnya lagi dengan gelak tawa.
"Ayo, Om Ello! Nggak mungkin bisa nangkap aku!" Ziel melompat dan berputar, memanggil-manggil Ello untuk melanjutkan kejar-kejaran. Dan Ello, dengan seulas senyum yang penuh makna, kembali mengejar keponakannya, membiarkan momen itu mengisi hatinya dengan kebahagiaan yang rumit namun indah.
...🌸❤️🌸...
.To be continued